Konten dari Pengguna

Mengapa Akselerasi Islamisasi di Indonesia Baru Terjadi pada Abad ke-13?

Abdullah Muhammad Saman
Mahasiswa Sejarah Peradaban Islam - FAH UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
26 Juni 2022 19:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdullah Muhammad Saman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Umat Muslim tengah melakukan salat Idul Fitri di Masjid Raya al-Mashun Medan. Foto: Shutterstock/PLOO Galary
zoom-in-whitePerbesar
Umat Muslim tengah melakukan salat Idul Fitri di Masjid Raya al-Mashun Medan. Foto: Shutterstock/PLOO Galary
ADVERTISEMENT
Perdebatan mengenai peristiwa sejarah tidak akan ada habisnya. Selalu ada fakta sejarah baru terungkap, selalu ada argumen baru yang terangkat sehingga membuat diksusi sejarah terus berjalan, begitupun mengenai sejarah Islamisasi yang terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Proses Islamisasi yang terjadi di Indonesia sama halnya seperti proses Islamisasi yang terjadi di Asia Tenggara, seperti melalui perdagangan, perkawinan, tasawuf, pendidikan, dan kesenian. Teori pedagangan sendiri merupakan teori yang sangat populer dan cukup logis, karena dengan datangnya para pedagang Muslim, sebuah nucleus komunitas Muslim pun tercipta, hingga pada gilirannya memiliki andil yang besar terhadap Islamisasi. Selain itu para pedagang Muslim yang datang merupakan orang yang memiliki finansial yang tinggi dan mungkin saja pedagang tersebut menikahi putri bangsawan lokal hingga akhirnya mereka punya keturunan dan memiliki kekuasaan politik guna melakukan Islamisasi.
Tetapi apabila dikritisi lebih lanjut mengapa Indonesia yang sudah menjadi tempat perniagaan sejak abad ke-7 M/1 H sehingga banyak pedagang Arab, India, Persia datang ke Indonesia untuk berdagang namun belum ada eksistensi Islamisasi yang terjadi? Tidak hanya itu, padahal di daerah Barus pada abad ke-7 M sudah ada perkampungan Arab tetapi mengapa tidak ada berita sudah adanya pribumi yang menganut Islam?
ADVERTISEMENT
Di sini bukan berarti menolak pendapat Islamisasi melalui perdagangan, hanya saja Islamisasi melalui perdagangan bukan jalur yang tepat dengan kondisi yang ada di Indonesia, sehingga membuat Islamisasi yang terjadi menjadi sangat lambat.
Terdapat dua faktor yang membuat teciptanya akselerasi Islamisasi pada abad ke-13 yakni:
Islamisasi dimulai dari Kaum Bangsawan ke Masyarakat Biasa (Top to Bottom)
Museum Kerajaan Samudera Pasai. Foto: Shutterstock/Laudeiqbal
Ketika memasuki abad ke-13 Islamisasi tidak lagi dari masyarakat biasa ke kaum bangsawan, akan tetapi dimulai dari kaum bangsawan ke masyarakat biasa. Hal ini dibuktikan oleh Hikayat Raja-Raja Pasai yang kala itu Mirah Silau berganti nama menjadi Malik as-Saleh setelah masuk Islam.
Di karenakan posisi Malik as-Saleh pada saat itu telah menjadi raja, otomatis rakyatnya pun ikut masuk Islam. Hal ini terjadi karena raja memiliki dua otoritas (Tajus-Salatin) yakni otoritas politik dan otoritas religius. Alasan dibalik adanya otoritas religius karena muncul sebuah persepsi raja adalah dewa, dewa-raja (god-kings), pancaran dewa (god emanations), dan reingkarnasi dewa (god reincarnation) sejak Indonesia kala itu belum tersentuh Hindu-Budha dan sistemnya masih kesukuan. Sehingga rakyat yang dipimpin sangat menghamba kepada rajanya, dan mengikuti apa yang rajanya pilih. Oleh karena itu akselerasi Islamisasi berkembang sangat pesat.
ADVERTISEMENT
Kedatangan para Sufi ke Indonesia
Tarian sufi. Foto: Shutterstock/RauL C7
Pada abad ke-13 dunia Islam sedang berada pada fase kehancuran, karena Dinasti Abbasiyah yang kala itu menjadi tonggak keberadaan Islam telah diruntuhkan oleh pasukan Mongol. Demi menjaga Islam serta menyebarkan Islam, para sufi melanjutkan tongkat estafet pasca keruntuhan Dinasti Abbasiyah dengan menyebar ke seluruh penjuru dunia dan salah satunya yakni ke Nusantara, sehingga dunia Islam kala itu sedang didominasi oleh paham tasawuf.
Anthony H. Johns di dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Jilid 1 mengungkapkan mengapa akselerasi Islamisasi bisa terjadi ketika para sufi datang ke Nusantara. Hal ini dikarenakan para sufi dalam menyebarkan Islam dengan cara atraktif, lebih memfokuskan kepada kesesuaian dan kontinuitas ketimbang perubahan dalam hal kepercayaan dan praktik lokal. Mudahnya, para sufi dalam menyebarkan Islam ke Nusantara melalui pendekatan yang sangat halus secara perlahan-lahan, serta mengakulturasikan kebudayaan Nusantaran ke dalam Islam, sehingga masyarakat kala itu bisa dengan mudah menerima. Selain itu yang membuat sufi sangat sukses karena otoritas karismatik mereka serta kekuatan magis mereka, sehigga sebagian para sufi bisa menikahi putri-putri bangsawan.
ADVERTISEMENT
Johns juga menambahkan bahwasanya Islam baru bisa mengakar kuat di Nusantara ketika para sufi telah datang. Fatimi juga sepakat dengan pendapat Johns dikarenakan telah terjadi kasuksesan yang besar dalam hal Islamisasi di Anak Benua India ketika para sufi datang.
Selain itu karakteristik Islamisasi yang dibawa oleh sufi sangat cocok sekali dengan kondisi Nusantara yang masyarakatnya telah menganut keagaaman dan kental akan nilai budaya. Hal ini juga diungkapkan oleh salah satu Dosen Sejarah Peradaban Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung.
Sumber:
WM, Abdul Hadi, Azyumardi Azra, Jajat Burhanudin, Muhamad Hisyam, Setyadi Sulaiman, and Taufik Abdullah. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Akar Historis Dan Awal Pembentukan Islam. Edited by Taufik Abdullah and Endjat Djaenuderajat. Sejarah Kebudayaan Islam Indonesia Akar Histori Dan Awal Pembentukan Islam. Jilid 1. Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
ADVERTISEMENT