Konten dari Pengguna

Bertani untuk Para Maling

Abdurrahman
Sedang menempuh pendidikan di universitas widya mataram yogyakarta. Mengambil jurusan adminitrasi publik, fakultas fisipol. Menjabat sebagai presiden mahasiswa univerisitas widya mataram yogyakarta periode 2022-2023 dan periode sekrang 2023-2024.
7 September 2023 16:51 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abdurrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani di sawah. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Mencari nafkah untuk penghidupan sudah dari dulu dilakukan masyarakat pada umumnya, begitu pun yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Ngali, Kabupaten Bima. Mereka bekerja seperti masyarakat biasa, bercocok tanam pergi subuh pulang malam, kalau pun itu ladangnya dekat dengan rumahnya. Terkadang yang jauh dari rumahnya akan menginap, bahkan menetap di ladangnya sampai panen selesai.
ADVERTISEMENT
Tapi apa dikata, hasil kerja keras dari pagi, siang dan malam kini terancam diraup habis oleh maling. Keberadaan maling bukan hal baru, sudah ada sejak dulu. Cuma maling yang dulu dan sekarang ada perbedaan. Kalau dulu orang-orang maling karena kelaparan, beda kalau maling sekarang. Mereka maling bukan kelaparan tapi untuk bersenang-senang, hasil dari maling biasanya mereka buat mabuk-mabukan, judi, dll.
Berangkat dari keresahan masyarakat di Desa Bima sekarang dihebohkan dengan kehilangan barang-barang berharga, seperti mobil, sepeda motor, laptop, HP, dan barang-barang yang lainnya. mereka mengeluh bukan soal harga pupuk naik, harga obat-obatan yang setiap tahunnya semakin melonjak tinggi. Tapi mereka mengeluh di karenakan hasil dari mereka bertani sering sekali dicuri oleh maling.
ADVERTISEMENT
Sudah seminggu saya memantau dari jauh lewat media facebook, tidak ada status yang lain yang muncul dari beranda saya, status-status kehilangan semua yang muncul. Ada yang buat status habis kehilangan motor, sehari sesudah itu ada lagi berita kehilangan laptop, HP, dll.

Aksi pencurian yang dilakukan

Para maling ini juga tidak kalah menarik seperti di film-film hollywood yang kita tonton di televisi. mereka masuk rumah ke rumah orang-orang yang sudah ditargetkan, seperti memasuki rumah sendiri. Sebelum mereka mengambil barang-barang berharga di rumah korban, mereka juga melakukan aktivitas menonton televisi sambil buat kopi dan tak lupa sebat sebatang rokok di rumah korban.
Silakan datang di NTB, Kota Bima, Kecamatan Belo, Desa Ngali. Kalian boleh melakukan observasi atau apa pun untuk membuktikan apa yang saya ucapkan ini. Saya yakin kalian akan terkejut mendengarnya dan bahkan lebih parah dari yang saya tulis ini.
ADVERTISEMENT
Mungkin ini terlihat seperti cerita dalam film-film tapi begitulah kenyataan yang ada di desa Ngali. Yang lebih menariknya pencurian ini memiliki rute dalam artian ada kalendernya, kita akan mendapatkan kabar di bulan maret dan Agustus-September.
Karena di bulan-bulan itu masyarakat di sana akan keluar dari desanya untuk pergi bertani di luar daerahnya. Biasanya mereka akan pergi bertani di daerah Sumbawa dan akan tinggal di situ sampai selesai panen, baru mereka akan kembali ke rumah masing-masing.
Jarak yang ditempuh dari Desa Ngali ke Sumbawa cukup jauh sekitaran akan menghabiskan 7-9 jam baru bisa sampai ke lokasi. Bertani jauh meninggalkan rumah itu memang berisiko, salah satunya akan mengalami rumahnya dimalingi. Tapi mau bagaimana lagi, di daerah Sumbawa cukup banyak lahan kosong yang dipergunakan untuk bertani bawang merah.
ADVERTISEMENT
Di bulan-bulan bertani itulah, para maling ini selalu melancarkan aksinya. Biasanya mereka lebih dulu melihat rumah targetnya yang akan dibobol, kemudian mereka akan menunggu waktu yang pas untuk mereka grogoti semua barang-barang berharganya.

Keberadaan kepolisian di Bima untuk apa?

Dalam Pasal 14 UU Nomor 2 Tahun 2002, dijelaskan lebih lanjut tentang tugas kepolisian, yakni: mengatur, menjaga, mengawal, dan melakukan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintahan sesuai kebutuhan.
Keberadaan kepolisan di Kabupaten Bima perlu di pertanyakan, mereka benar-benar bekerja atau hanya menghabiskan anggaran negara saja. Kejadian ini bukan hanya satu kali atau dua kali. Tapi sudah berpuluh-puluh kali. Bahkan masyarakat sudah melaporkan kejadian kemalingan, cuman apa hasilnya? Tidak ada tindak lanjut sama sekali dari pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT
Di Desa Ngali, hampir 70% masyarakat melakukan aktivitas bertani di luar daerahnya, dan mereka akan balik di desa ketika selesai panen, dan habis panen mereka berhenti sejenak dan berangkat kembali untuk memulai aktivitasnya bertani. Di sela inilah biasanya para maling ini melancarkan aksinya, dan saya sangat menyayangkan adalah kejadian ini seperti sudah lumrah dan dibiarkan oleh aparat penegak hukum yang ada. Seolah-olah ini hal yang wajar. Yang lebih parahnya lagi tidak ada respons dari pihak desa untuk menjaga warganya tetap aman dari pencurian, mungkin ada, tapi takut.
Selama kasus pencurian hanya sumpah serapah yang bisa dilakukan oleh korban atau keluarganya di sosial media miliknya masing-masing, biasanya mereka akan membuat status di Facebook. Maklum di Kota Bima ini hampir 80% warganya semua aktif menggunakan media sosial Facebook.
ADVERTISEMENT
Dari kejadian yang menimpa warganya tidak ada respons yang serius dari pihak desa, dan aparat penegak hukum, tidak ada yang bisa diharapkan ketika masalah pencurian, mereka menutup mata dan telinganya ketika melihat dan mendengarkan jeritan masyarakat yang kehilangan barang-barang yang ada di rumahnya.
Masalahnya para maling ini bukan hanya mengambil barang-barang yang harganya berpuluh juta tapi juga peralatan rumah tangga sampai sandal jepitnya.

Mencuri untuk membeli narkoba

Ini bukan pencurian untuk sekadar memenuhi kebutuhan makan tapi pencurian ini terkait dengan peredaran narkoba. Transaksi barang haram tersebut menimbulkan efek domino yang mendorong mereka melakukan pencurian. Dari beberapa cerita kawan-kawan saya, mereka menyatakan bahwa wilayah di Bima di berbagai titik telah tersebarnya obat-obat terlarang, sehingga menjadi ancaman di Desa Ngali, apa lagi desa Ngali sudah dijadikan warna merah dalam peredaran dan pemakai narkoba di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Dari jauh saya sangat prihatin dengan keadaan ini. Apalagi desa ini dikenal dengan desa para pejuang, salah satu desa yang telah berhasil mengusir para penjajah pada tahun 1908, dan mayoritas penganut islam yang bisa dikatakan Islam yang sangat kental sekali. Apakah ini kurang tegasnya pemerintah daerah atau penegak hukum, sehingga maraknya pencurian dan pengedaran narkoba, atau mereka memang sengaja membiarkan itu tetap ada, wallahualam.
Dengan segenap hati saya masih yakin dan percaya bahwa integritas dalam diri kepolisian masih ada, maka saya mendorong pihak kepolisian segera menindak lanjuti masalah pencurian ini agar masyarakat bisa bertani dengan tenang tanpa harus gelisah memikirkan rumah yang mereka tinggalkan.
Kalau masalah ini dibiarkan terus menerus maka akan mengakibatkan krisis kepercayaan terhadap lembaga penegak hukum itu sendiri, apa lagi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pihak kepolisian semakin menurun di beberapa tahun terakhir ini.
ADVERTISEMENT

Pemerintahan desa harus ambil langkah

tugas dan tanggung jawab kepala desa bukan hanya saja memimpin para jajarannya tapi juga memimpin masyarakatnya, dan menjaga ketentraman desa yang dia pimpin. Kepala desa harus segera mengambil langkah untuk memberantas para maling.
Bila perlu segera buatkan aturan khusus agar hal-hal yang bisa merugikan masyarakat tidak berdampak semakin besar. Kalau pemerintah tidak mengambil langkah secepatnya maka kepercayaan masyarakat terhadap kepala desa akan hilang karena tidak bisa menyelesaikan masala pencurian yang ada di desa Ngali.
Kalau pemerintah desa hanya berdiam saja tanpa melakukan apa pun, ini akan menimbulkan kemarahan pada masyarakat, dan jangan salahkan masyarakat bila masyarakat akan mengambil tindakan sendiri tanpa harus melalui pemerintahan desa atau penegak hukum.
ADVERTISEMENT
Seharusnya pemerintahan desa sudah memahami psikologi masyarakatnya, kalau tidak secepatnya di tindak lanjuti akan ada pertumpahan darah, bahkan akan menghilangkan nyawa. Apa harus seperti itu dulu baru pihak desa mau merespons atau harus ada yang mati dulu baru pihak kepolisian turun tangan.