Globalisasi dan Terorisme : Perkembangan jaringan AL-Qaeda

Abiyu Ibnuyasa
mahasiswa jurusan hubungan internasional upn veteran jatim
Konten dari Pengguna
25 Desember 2020 14:57 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abiyu Ibnuyasa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
pemimpin AL-Qaeda yang sekarang yaitu Ayman al-Zawahiri (Foto: REUTERS/Myra MacDonald)
zoom-in-whitePerbesar
pemimpin AL-Qaeda yang sekarang yaitu Ayman al-Zawahiri (Foto: REUTERS/Myra MacDonald)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dewasa ini perkembangan teknologi dan komunikasi telah menghantarkan manusia menuju era globalisasi. untuk memahaminnya globalisasi dapat diidentifikasikan dari beberapa karakteristik yaitu adanya reformasi kelembagaan dan politik, perkembangan teknologi informasi komunikasi serta adanya liberalisasi perdagangan (Khan & Estrada, 2017). Ketiga karakteristik tersebut menghantarkan dunia menuju era di mana Negara-negara saling terintegrasi. Integrasi tersebut membuat pudarnya batasan-batasan antar Negara yang membuat dunia seakan terhubung tanpa memperhatikan jarak maupun batasan teritorial suatu Negara. hal tersebut mebuat berkembangnya aspek perekonomian yang terintegrasi seperti munculnya FTA dan Common market. Selain itu, kemudahan yang terjadi akibat globalisasi membuat adanya interaksi yang intens antara masyarakat global. Namun, globalisasi tidak selalu tentang dampak positif seperti kemajuan teknologi maupun integrasi ekonomi. Globalisasi juga memiliki sisi lain seperti globalisasi dianggap terlalu mempromosikan budaya barat atau westernization. hal tersebut dianggap terlalu menghomogenisasi atau mengarahkan masyarakat terhadap budaya-budaya barat yang menyebabkan ketimpangan antar identitas budaya barat dengan non barat. Westernisasi juga secara tidak langsung dianggap sebagai representasi dari intervensi politik globalnya Amerika serikat. Intervensi yang dilakukan AS dianggap terlalu mempromosikan barat yang membuat relasi tidak seimbang antar bentrokan identitas yang terjadi. Perbedaan tersebut yang secara tidak langsung bisa memunculkan konflik-konflik baru seperti konflik identitas yang bahkan bisa merujuk pada suatu tindakan terorisme (Neumayer & Plümper, 2009).
ADVERTISEMENT
Terorisme sendiri berkembang dan memiliki pendefinisian yang berbeda-beda tergantung sudut pandang yang digunakan. Namun, jika ditarik garis besarnya terorisme bisa diartikan sebagai kekerasan atau ancaman yang ditujukan terhadap masyarakat di mana tindakan tersebut mengandung tujuan ataupun motif politik yang dilakukan oleh aktor non-negara. Berbeda dengan separatism di mana tujuanya untuk memisahkan diri, terorisme lebih ke arah ke political message dan menebar ketakutan. Selain itu perbedaan terorisme dengan separatism adalah separatism biasanya tindakan atau ancamanya ditujukan langsung ke Negara yang bersifat vertical dari suatu kelompok ke Negara, berbeda dengan terorisme yang ancamanya atau tindakan terornya ditujukan kepada masyarakat (Lutz & Lutz, Terorrism The Basic, 2011). Selain definisi sebelumnya, terorisme juga memiliki artian yang berbeda seperti yang diddefinisikan oleh AS lebih tepatnya FBI yang mendefinisikan sebagai penggunaan kekerasan yang melanggar hukum manusia atau properti untuk mengintimidasi atau memaksa pemerintah, sipil, populasi atau segmennya dalam kelanjutan politik atau tujuan sosialnya (Schinkel, 2009). pendefinisian terorisme juga tidak terlepas dari konteks politik. Pada dasarnya setiap wilayah memiliki pemahamanya sendiri terkait dengan terorisme.
ADVERTISEMENT
Berkembangnya terorisme juga dianggap sebagai dampak buruk dari globalisasi. meskipun tidak memberikan dampak secara langsung, tetapi karakteristik yang terdapat dalam globalisasi mempermudah dan mengembangkan aksi terorisme. baru-baru ini globalisasi secara keseluruhan telah dikaitkan dengan hubungan yang menguntungkan antara teknologi, politik, dan keadaan ekonomi. Seringkali, salah satu konsekuensi dari pergerakan ide dan material adalah bahwa kelompok yang berbeda secara sosial akan didekatkan secara fisik satu sama lain, mungkin mengarah kepeningkatan konflik. kemajuan teknologi seperti kemudahan dalam berkomunikasi yang dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk memperluas jaringannya. Belakangan ini, ekstremis sayap kiri yang aktif di paruh akhir abad ke-20 juga aktif menentang penyebaran kapitalisme global. Kelompok kekerasan dengan ideologi sayap kanan juga ikut bereaksi terhadap apa yang mereka anggap sebagai efek negatif globalisasi. selain itu Terorisme agama meningkat pesat menjelang akhir abad kedua puluh. Dalam beberapa kesempatan beberapa kelompok agama bereaksi negatif terhadap tantangan yang datang dengan globalisasi. pada akhirnya Kelompok yang dirugikan oleh perubahan yang menyertai globalisasi secara alami dapat menentang para pemimpin, kelompok, atau sistem politik yang terkait dengan perubahan ini (Lutz & Lutz, 2015).
ADVERTISEMENT
Salah satu kasus munculnya kelompok teroris di era globalisasi adalah bangkitnya kelompok teroris Al Qaeda yang mengatasnamakan agama islam. abad kesembilan belas dan kedua puluh, negara-negara Barat menyerang negara dunia ketiga dan menerapkan politik, ekonomi, budaya, norma dan nilai pada mereka. Perang Dingin terjadi antara dua superkekuatan. Negara-negara dunia ketiga seperti Afghanistan, Korea, Vietnam, dan Palestina adalah menjadi korban karena ketegangan dan konflik ini. Hasilnya adalah kekalahan Uni Soviet serta pergeseran konsentrasi bipolar menjadi satu kekuatan politik, dan menghasilkan '' Tata Dunia Baru '.di tahap tata dunia baru era kepemimpinan politik dipegang oleh Amerika Serikat, yang memaksakan nilai-nilainya di seluruh dunia (Khan & Estrada, 2017). Al-Qaeda dimulai sebagai jaringan logistik untuk mendukung Muslim berperang melawan Uni Soviet selama Perang Afghanistan di mana seluruh anggotanya direkrut di seluruh dunia Islam . Ketika Soviet mundur Afghanistan pada tahun 1989, organisasi itu bubar tetapi terus menentang apa yang oleh para pemimpinnya dianggap rezim Islam yang korup dan kehadiran asing (yaitu, AS) di tanah Islam (Britannica, 2019). Kemunculan Al-Qaeda merupakan representasi dari dampak buruk globalisasi. pengaruh globalisasi yang seakan mempromosikan westernisasi secara tak langsung menekan identitas minoritas dan memunculkan kelompok-kelompok ekstrimis. Al-Qaeda dibawah kepemimpinan Osama memiliki ideologi islamisme dan jihad (Mahmud, 2017). Al-Qaeda melihat dunia islam sekarang berada dalam tekanan kekuasaan asing yang diperlakukan secara tidak adil oleh kaum yahudi dan nasrani. Mereka juga melihat organisasi internasional seperti PBB justru lebih memihak terhadap Amerika. Osama sebagai pemimpin AL-Qaeda juga melihat Amerika di wilayah timur tengah tidak hanya menyebarkan demokrasi namun juga berusaha menyingkirkan islam. AL-Qaeda juga bergerak menjadi jaringan organisasi jihadis global yang menaungi beberapa kelompok seperti Jama'ah IslamiyahAsia Tenggara (JI), Grup Abu Sayaf (ASG) Filipina, Harakat Al-Jihad Al-Alami (HUJA), the Islamic Jihad Union (IJU), Uzbek group that split fromthe Islamic Movement of Uzbekistan (IMU) (Gunaratna & Oreg, 2010).
ADVERTISEMENT
Selain itu organisasi AL-Qaeda juka memiliki struktur yang jelas seperti adanya Amir atau pemimpin yang diisi oleh Osama Bin Laden. Selain pemimpin juga terapat wakil, sekretaris, dewan komando, dan beberapa komite serta unit lainnya (Gunaratna & Oreg, 2010). Dari segi perekrutan anggota organisasi Al-Qaeda melakukan beberapa metode seperti metode perekrutan tradisional dan metode ddengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagaimana organisasi ini bisa memiliki pengikut dari penjuru dunia. Lalu, bagaimana mereka melakukanya ?. pertama-tama seseorang harus dihadapkan pada ideologi ekstremis, kemudian secara sadar mengidentifikasinya, sebelum akhirnya menyerahkan diri mereka ke proses indoktrinasi yang intens. Namun, beberapa kasus beberapa orang tidak dihadapkan dengan ideologi ekstremis namun para calon anggota hanya dihadapkan melalui pesan yang berasal lewat media sosial saja. Para ektremis juga biasnya menyasar individu yang rentan dengan menyebarkan pesan sederhana tentang masalah sosial, ekonomi dan politik lokal dan internasional yang kompleks, biasanya dengan solusi kekerasan yang lugas . selain itu para ekstremis juga menyasar audiens yang lebih muda, hal itu ditandai dengan munculnya kampanye rekrutmen berdasarkan ide 'Jihadi Cool,' di mana para ekstremis memanfaatkan media yang terinspirasi budaya pop termasuk rap, video game, dan komik yang menggambarkan fundamentalisme Islam secara menarik . langkah selanjutnya adalah dengan memanfaatkan media internet lain seperti forum, blog, dan media sosial digunakan untuk mengintensifkan pemikiran ekstremis individu tersebut. Langkah terakhir adalah dengan mendapatkan proses radikalisasi sebelumnya para calon anggota seakan menerima kewajiban untuk bertindak. Jika orang-orang ini tidak mampu membeli tiket pesawat ke kamp teroris asing, ekstremis mapan malah akan fokus untuk menyediakan materi online kepada para jihadis yang baru berkomitmen ini yang dapat memfasilitasi guna melakukan aksi dari rumah (Dornbierer, 2011). Materi online tersebut bisa berupa tutorial perakitan bom, tips menghancurkan bangunan, cara memegang senjata dan sebagainya. Dalam kebanyakan kasus, hasil dari strategi perekrutan ekstremis di internet bukan sesuatu yang bisa diperhitungkan dari tindakan yang akan dilakukan anggota dan sebagainya di mana justru menghasilkan individu yang sembrono dan tidak menentu. Namun, orang-orang seperti itu sama-sama merepotkan pihak berwenang karena mereka seringkali lebih sulit dilacak dan dihalangi. Cara tersebut akan tetapi mambu menyebarkan aksi terror dibeberapa belahan dunia meskipun tindakanya kurang bisa diprediksi sekalipun (Dornbierer, 2011).
ADVERTISEMENT
Terkait dengan pendanaanya, AL-Qaeda diprediksi memiliki beberapa sumber pendaan. Seperti pengumpulan dana dari para donor terutama di wilayah Teluk,tetapi juga dari negara-negara di seluruh dunia. Selain itu mereka juga mendapatkan pendanaan dari badan amal lokal dan internasional seperti The International Islamic Relief Organization (IIRO), the Benevolence International Foundation, the al Haramian Islamic Foundation, Blessed Relief (Muwafaq) Foundation, and the Rabita Trust. (Comras, 2005). Selain dari donator dan amal kelompok ini juga mampu menghasilkan keuangan merek sendiri melalui bisnis yang dijalankan. Selama awal 1990-an, Al Qaeda menjalankan serangkaian bisnis internasional dengan aman di Sudan. Beberapa bisnis tersebut diantaranya Ladin International Company, import-export, Taba Investment, currency trading firm, Hijra Construction dan sebagainya (Comras, 2005). Beberapa kerjasama dilakukan oleh pemerintah AS dan Saui Arabia guna melacak dan menutup sumber-sumber kekuangan AL-Qaeda .
ADVERTISEMENT
Dengan pendanaan yang matang AL-Qaeda mampu menjadi kelompok terorisme yang paling ditakuti di dunia. Beberapa aksi terorisme tersebar diberbagai penjuru dunia dan sebagian besar mengatasnamakan AL-Qaeda. Salah satu puncak dari aksi terorisme AL-Qaeda adalah tragedy 9/11. Pembajakan pesawat yang dilakukan oleh 19 orang anggota AL-Qaeda yang kemudian menabrakan diri ke gedung WTC tahun 2001 menewaskan ribuan korban jiwa. tragedi tersebut merupakan tragedi terorisme yang pernah dialami AS. Tindakan tersebut benar-benar mendapat perhatian serta memengaruhi pandangan masyarakat terkait apa itu terorisme. Beberapa perdebatan muncul terkait motif yang dilakukan AL-Qaeda melakukan tindakan tersebut. Namun yang pasti Dukungan AS untuk Israel, terutama dukungan yang diberikannya terhadap invasi Israel ke Lebanon selatan pada tahun 1982, yang memicu anti-Amerikanisme Bin Laden selaku pemimpin AL-Qaeda (Bergen, 2006). Kelompok tersebut seakan merasakan tekanan yang dilakukan oleh barat maupun yahudi yang seakan mendiskriminasi umat islam penganut agama di Kashmir, Palestina, Balkan, dan sebagainya . Secara tidak langsung menurut beberapa sumber tindakan tersebut dilakukan guna menapatkan perhatian dari dunia luar terkait diskriminisasi terhadap islam dan tekanan yang dillakukan oleh ASpasca tragedy 9/11 AS kemudian melakukan tindakan dengan memburu pemimpin AL-Qaeda. Setelah tragedy 9/11 AL-Qaeda mengalami kemunduran. Beberapa tindakan dilakukan seperti dengan melacak sumber pendanaanya dan memblokirnya. Selain itu, Penggulingan Taliban oleh AS menghancurkan organisasi dan keuangan Al Qaeda infrastruktur memutuskan kemampuannya untuk melatih ribuan jihadis dan naik mayor operasi. Pada tahun 2005, perang melawan teror telah menewaskan ribuan anggota Al Qaeda dan sisanya ditahan. Pecahan-pecahan organisasi tersebut masih melakukan aksi terror seperti bom bunuh diri di london 2005. Akan tetapi hilangnya control dari pusat membuat beberapa afiliasi AL-Qaeda bingung menentukan arah. Hal itu diperparah dengan terbunuhnya Osama Bin Laden sebagai pemimpin AL-Qaeda di tahun 2011.meskipun posisi kepemimpinan telah digantikan oleh Ayman al-Zawahiri, akan tetapi organisasi tersebut tidak memiliki kekuatan untuk melaksanakan aksi terror seperti 9/11. Terlebih terjadinya Arab Spring dan adanya konflik internal membuat organisasi tersebut seakan telah mati (Celso, 2012). Kenyataan dibalik hal tersebut adalah meskipun tidak memiliki kemampuan melakukan aksis terror secara besar-besaran organisasi tersebut masih aktif merekrut anggota dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Pada 2015, pemimpin al-Qaeda saat ini, Ayman al-Zawahiri, memperkenalkan Hamza Bin Laden yang berusia 30 tahun sebagai "singa dari sarang" dari jaringan Bin Laden. Dia telah dipromosikan sebagai bintang yang sedang naik daun di situs web pro-al-Qaeda, seseorang yang diharapkan akan menghidupkan kembali kelompok tersebut (Ali, 2019). Beberapa afiliasi seperti AQIM, AQAP, AQIS, JNIM, Al-Shabab, HTS dan Al-Qaeda di Mesir masih aktif melakukan aksi terror hingga sekarang.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan :
Globalisasi memberikan kemajuan di berbagai bidang guna mempermudah kehidupan manusia. Namun dalam perkembanganya globalisasi tidak selalu berkaitan dengan hal-hal positif. Bagi beberapa kelompok atau etnis masyarakat globalisasi dianggap sebagai ajang guna mempromosikan paham barat atau westernisasi. Hal tersebut melahirkan rasa diskriminasi oleh sebagian kaum minoritas terlebih ditambah intervensi yang dilakukan AS pasca perang dingin. Sebuah organisasi muncul yang tujuan awalnya untuk menolak westernisasi yang disebut AL-Qaeda. Namun seiring berjalanya waktu, organisasi yang dipimpin Osama Bin Laden berubah arah menjadi ekstremis paham islam yang menjadi radikal. Organisasi tersebut kemudian memperluas jaringanya dengan memanfaatkann kemajuann teknologi informasi dan komunikasi. Alhasil mereka mampu merekrut anggota-anggota yang berasal dari berbagai wilayah di dunia. Al-Qaeda juga mampu membaur dengan jaman seperti memanfaatkan hip-hop guna melakukan kampanye dan radikalisasi serta melatih para anggotanya melalui website atau blog sehingga dapat melakukan aksis terror tanpa harus terbang ke pusat. Meskipun bukan penyebab utama, tetapi globalisasi memberikan dampak tidak langsung bagi perkembangan kelompok terorisme.selain itu AL-Qaeda juga mendapatkan pendanaan dari berbagai sumber lokal maupun internasional. Puncak dari aksi mereka adalah 9/11 yang benar-benar mendapat perhatian dari seluruh dunia terkait dengan terorisme dan kenapa hal tersebut bisa terjadi. Meskipun setelah itu AL-Qaeda mengalami kemunduran akan tetapi mereka tersu bergerak meskipun kekuatanya tidak sebesar sebelumnya. Dengan menafaatkan web maupun media sosial mereka etap aktif dalam merekrut anggota-anggota baru. Beberapa kasus terorisme pun masih terjadi di berbagai belahan dunia yang dilakukan afiliasi AL-Qaeda. Adanya organisasi tersebut seharusnya mampu menjai pelajaran bagi masyarakat dalam memahami identitas serta merupakan tantangan bagi pemerintah untuk bisa meminimalisir organisasi terorisme yang mampu menyesuaikan diri dengan jaman.
ADVERTISEMENT
Referensi
Ali, Z. (2019). Hamza Bin Laden: Is al-Qaeda still a threat? Retrieved December 24, 2020, from BBC: https://www.bbc.com/news/world-asia-48056433
Bergen, P. (2006). What were the causes of 9/11? Retrieved December 24, 2020, from Prospect: https://www.prospectmagazine.co.uk/magazine/whatwerethecausesof911
Britannica. (2019). Al-Qaeda : Islamic militant organization. Retrieved December 23, 2020, from https://www.britannica.com/topic/al-Qaeda
Celso, A. (2012). Al Qaeda's Post–9/11 Organizational Structure and Strategy: The Role of Islamist Regional Affiliates. Mediterranean Quarterly, 23, 30-41. doi:10.1215/10474552-1587847
Comras, V. (2005). Al Qaeda Finances and Funding to Affiliated Groups. Strategic Insights, 4(1), 1-16.
Dornbierer, A. (2011). How al-Qaeda Recruits Online. Retrieved December 24, 2020, from THE DIPLOMAT: https://thediplomat.com/2011/09/how-al-qaeda-recruits-online/
Gunaratna, R., & Oreg, A. (2010). Al Qaeda's Organizational Structure and its Evolution. Studies in Conflict & Terrorism, 33, 1043-1078. doi:10.1080/1057610X.2010.523860
ADVERTISEMENT
Khan, A., & Estrada, M. A. (2017). Globalization and terrorism: an overview. Quality & Quantity, 51. doi:10.1007/s11135-016-0367-5
Lutz, B. J., & Lutz, J. M. (2011). Terorrism The Basic. LONDON & NEW YORK: ROUTLEDGE.
Lutz, B. J., & Lutz, J. M. (2015). Globalisation and Terrorism in the Middle East. Perspectives on Terrorism, 9(5), 27-46. Retrieved from https://www.jstor.org/stable/26297432
Mahmud, F. (2017). GERAKAN KEGANASAN DALAM MASYARAKAT ISLAM (ANALISIS GERAKAN AL-QAEDA). Retrieved from https://www.researchgate.net/publication/320946537_GERAKAN_KEGANASAN_DALAM_MASYARAKAT_ISLAM_ANALISIS_GERAKAN_AL-QAEDA
Neumayer, E., & Plümper, T. (2009). International Terrorism and the Clash of Civilizations. British Journal of Political Science, 39(04), 711-734. doi:10.1017/S0007123409000751
Schinkel, W. (2009). On the concept of terrorism. Contemporary Political Theory, 8, 179-198. doi:10.1057/cpt.2008.37