JNE, Bisnis, dan Implementasi Nilai-nilai Multikulturalisme

M Gufran
Mahasiswa S3 Prodi Ilmu Sosial (peminatan Media dan Komunikasi) Universitas Airlangga Pimpinan Penerbit CV. Al-Haramain Lombok
Konten dari Pengguna
26 Maret 2023 19:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Gufran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi JNE, Bisnis, dan Implementasi Nilai-nilai Multikulturalisme
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi JNE, Bisnis, dan Implementasi Nilai-nilai Multikulturalisme
ADVERTISEMENT
JNE adalah singkatan dari PT. Jalur Nugraha Ekakurir. JNE merupakan salah satu perusahaan penyedia jasa pengiriman barang di Indonesia. Perusahaan ini disebut sebagai jasa pengirim barang terbesar dengan jaringan terluas di Indonesia saat ini. JNE dirintis pada tahun 1990 oleh seorang pengusaha bernama Soeprapto Suparno. Kini, JNE berpusat di Jakarta dan mempunyai kantor cabang di berbagai kota di Indonesia seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Medan, Palembang, Balikpapan, Pontianak, Kendari, Mataram, dan Denpasar.
ADVERTISEMENT
Tulisan ini hadir bukan bermaksud semata-mata memaparkan apa itu JNE dan bagaimana sejarah kemunculannya, tapi penulis ingin mengulas semangat pengembangan ekonomi/ bisnis dan implementasi nilai-nilai multikulturalisme yang ada dalam praktik bisnis yang dijalankan JNE.
Pengembangan Ekonomi/ Bisnis
Kehadiran JNE sebagai bisnis yang bergerak pada jasa pengiriman barang di Indonesia telah membawakan angin segar bagi pelaku usaha kecil, menengah, hingga usaha berskala besar. Ada ratusan bahkan ribuan pengusaha telah menikmati keberadaan JNE dalam proses transaksi jual beli di berbagai daerah di Indonesia, terutama mereka yang bergerak pada bisnis jual beli online. Masyarakat dengan begitu mudah melakukan transaksi tanpa tatap muka, lalu barang dikirim melalui jasa JNE.
JNE sudah membuktikan kesuksesannya sebagai perusahaan penyedia jasa pengiriman barang, juga sebagai penyedia lapangan kerja bagi ribuan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, secara tidak langsung telah tampil menggaungkan pesan untuk terus semangat dan bangkit bersama di era pasca pandemi Covid-19 yang telah melanda negeri selama bertahun-tahun. Kesuksesan itu dapat dilihat dari banyaknya penghargaan yang sudah diraih. Sejak tahun 1998 sampai tahun 2021, JNE telah berhasil meraih 124 penghargaan dari berbagai kalangan. Penghargaan paling baru yaitu pada tahun 2021, JNE berhasil meraih penghargaan Indonesia WOW Brand 2021 Category Courier Service dari Markplus.Inc.
ADVERTISEMENT
Implementasi Nilai-nilai Multikulturalisme
Apa yang dimaksud multikulturalisme? Dalam konteks tulisan ini, multikulturalisme mengandung dua pengertian, yaitu 1) multikulturalisme sebagai realitas sosial yang menggambarkan keragaman kultur, agama, etnis, kepercayaan, dan bahasa dalam masyarakat. 2) multikulturalisme, sebagaimana kata Akhyar Yusuf Lubis, adalah sebuah sudut pandang untuk melihat kehidupan manusia yang penuh dengan keberagaman dan bagaimana merespons keberagaman tersebut (Akhyar Yusuf Lubis, Pemikiran Kritis Kontemporer, Rajawali Pers 2016). Keberagaman itu yang amat banyak itu dipandang sebagai realitas kehidupan untuk kemudian harus dihargai dan dirawat, bukan dijadikan ancaman apalagi sebagai sebab untuk berkonflik. Akhyar Yusuf Lubis menyebutkan bahwa terdapat tujuh karakteristik pemikiran multikulturalisme, yaitu: 1) Adanya superioritas atau dominasi satu kelompok (agama, ras, etnis, Bahasa, dan lain-lain) dalam masyarakat dan negara, 2) Adanya kelompok lain yang minoritas, 3) Adanya pelajaran bagaimana menyikapi perbedaan, 4) Adanya hak dan kontribusi dari semua kelompok masyarakat, 5) Adanya paradigma berpikir analitis yang membuka ruang pada keberagaman perspektif, 6) Adanya definisi dan pemahaman yang luas tentang keberagaman, 7) Adanya Kerjasama yang baik antara berbagai kelompok, ras, etnis, seks, gender, dan budaya yang berbeda. (Akhyar Yusuf Lubis, Pemikiran Kritis Kontemporer, Rajawali Pers 2016).
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai bangsa yang besar, dengan ratusan suku bangsa dan berbagai agama yang dianut penduduknya, Indonesia memiliki potensi konflik yang juga besar. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 275.361.267 jiwa menempatkan Indonesia dalam posisi keempat negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. (Akbar Mia, Pemuda, Moderasi Beragama dan Multikulturalisme Indonesia, Kumparan 21 Februari 2023). Indonesia yang kaya akan keragaman suku bangsa, budaya, agama, sampai karakter, menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar sekaligus bangsa yang rentan terjadi konflik sosial. Apabila terjadi satu gesekan akibat perdebatan atau pertikaian soal agama, adat istiadat, atau soal ekonomi, hal tersebut sangat rentan memicu konflik yang dapat mengancam ketertiban sosial.
Penulis tertarik untuk menganalisis secara singkat terkait sikap JNE yang mengundang rohaniwan dengan beragam latar belakang agama untuk memberi siraman rohani kepada karyawan yang memiliki latar belakang agama dan aliran kepercayaan masing-masing. Dalam sebuah berita (Ratna Puspita, JNE Undang Rohaniwan untuk Isi Kegiatan Karyawan, Republika 16 Desember 2020) Direktur Utama JNE, Mohamad Feriadi, mengatakan bahwa "JNE, untuk karyawan beragama Islam, kami akomodir untuk jumatan dan pengajian dua bulanan. Bagi non-muslim, bagi yang Kristen ada kegiatan Oikumene, ada retret, natal juga. Termasuk yang Hindu dan Buddha”. JNE, melalui Direktur Utamanya, menegaskan diri sebagai sebuah perusahaan yang memandang penting menghargai keragaman agama yang dianut oleh para karyawannya, sehingga pimpinan perusahaan memperlakukan semua karyawannya dengan layak tanpa ada diskriminasi terhadap salah satu agama yang dianut karyawannya. Dalam perspektif pemikiran multikulturalisme, keragaman itu dilihat tidak sebagai ancaman melainkan sebagai mozaik yang dapat memperindah dinamika kehidupan. Semua agama atau budaya yang dianut oleh masyarakat, dipandang sama rata dalam hal hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Teori multikulturalisme boleh jadi melihat keragaman itu sebagai cara manusia mencintai ciptaan Tuhan dan cara menghormati nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Sikap yang dilakukan oleh JNE tersebut merupakan bagian dari implementasi dari sebagian dari semangat multikulturalisme sebagai sebuah sudut pandang. Sikap menjunjung tinggi nilai multikulturalisme yang dijalankan JNE ini tentu saja memiliki dampak positif yang justru akan semakin menaikkan reputasi JNE di mata masyarakat Indonesia. JNE dipandang sebagai perusahaan yang humanis, sekaligus membuka lebar jalan kesuksesan bisnisnya di masa-masa yang akan datang.
Prinsip JNE yang termanifestasi melalui sikap pimpinannya tersebut, layak diapresiasi sebagai bentuk kedewasaan hidup bersosial di negara yang masyarakatnya datang dari beragam agama dan budaya yang berbeda-beda. JNE juga patut membuka diri atas kritik saran yang disampaikan oleh karyawan maupun pelanggannya, sebagai salah satu manifestasi keterbukaan dan kebijaksanaannya sebagai pelaku bisnis yang menghendaki kemajuan dan kesuksesan yang progresif. JNE sebagai institusi bisnis layak menjaga komitmennya untuk ikut andil membangun ekonomi bangsa, dan ikut andil menjaga nilai-nilai multikulturalisme, sehingga JNE tampil tidak hanya sebagai pelaku bisnis, tapi sekaligus sebagai organisasi yang berkomitmen menjaga nilai kebersamaan dalam keragaman agama, budaya, etnis bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sebagai catatan akhir, penulis menegaskan bahwa sebagai bangsa yang cinta Tanah Air, baik sebagai individu atau sebagai komunitas dalam organisasi, semua kita wajib menjaga marwah dan eksistensi bangsa dan negara kita. Salah satu caranya adalah dengan merawat baik nilai-nilai kebersamaan, dan terus berjuang menyumbang kontribusi positif bagi kemajuan bangsa, tentunya sesuai dengan kapasitas dan bidang masing-masing.