Penuh Mahasiswa, Jatinangor Dalam Bahaya

abid raihan
Mahasiswa Jurnalistik Fikom Unpad
Konten dari Pengguna
25 Mei 2022 13:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari abid raihan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Talkshow Parade Jurnalistik 2022. Tangkapan layar diambil oleh Abid Raihan.
zoom-in-whitePerbesar
Talkshow Parade Jurnalistik 2022. Tangkapan layar diambil oleh Abid Raihan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jatinangor merupakan sebuah Kecamatan yang terletak di ujung Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecamatan yang memiliki luas 3.285,5 Hektar ini juga dikenal sebagai daerah yang penuh dengan Mahasiswa. Bagaimana tidak, di kecamatan ini terdapat empat institusi perguruan tinggi.
ADVERTISEMENT
Yang paling dikenal mungkin adalah Universitas Padjajaran karena memang kampus utamanya terdapat di Jatinangor. Selain Unpad, di Jatinangor juga berdiri ITB kampus Jatinangor, Ikopin, dan juga IPDN.
Di sebuah kecamatan yang tidak begitu luas, Jatinangor dipenuhi oleh pendatang karena banyaknya mahasiswa yang datang dari luar kota. Tak hanya dari Jawa Barat atau Jabodetabek saja, mahasiswa rantauan juga datang dari Papua hingga ujung Indonesia Barat, yaitu Aceh.
Selain mahasiswa, tentunya Jatinangor telah lebih dulu ditinggali oleh warga setempat. Dengan kedatangan mahasiswa, Jatinangor menjadi lebih penuh lagi tentunya. Maka, apakah ada dampak negatif dengan banyaknya mahasiswa yang menetap di sana?
Menurut Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat Meiki Wemly Paendong dalam talkshow dengan tajuk “Encouraging the Society to Understand Climate Matters Through Science Journalism” yang diadakan Parade Jurnalistik pada Selasa (17/5), tentunya kedatangan mahasiswa di Jatinangor akan berdampak pada daya dukung dan daya tampung kecamatan ini.
ADVERTISEMENT
“Karena di sana banyak kegiatan manusia, ditambah lagi sekarang sudah ada jalan tol, serta sekarang sudah ada kegiatan pertambangan. Itu yang terjadi sekarang di Jatinangor, kita sebut kawasan karena daerah-daerah di sekitar Jatinangor memberikan dampak kepada kecamatan ini,” ujar Meiki.
Menurut Meiki, perubahan yang terjadi di Jatinangor terjadi saat kegiatan pendidikan pindah ke Kecamatan ini karena mobilisasi manusia meningkat. “Karena adanya kegiatan yang begitu besar, akhirnya berpengaruh terhadap daya dukung dan daya tampung kawasan Jatinangor ini,” sambung Meiki.
Karena adanya kegiatan yang banyak di Jatinangor, akhirnya pembangunan pun masif dilaksanakan di sana. Menurut Meiki, dengan adanya infrastruktur tambahan seperti tempat kegiatan pendidikan dan apartemen, daya dukung Jatinangor menjadi berkurang.
“Bukti daya dukung Jatinangor sudah melemah adalah peristiwa banjir pada tahun 2020 lalu,” lanjut Meiki memberikan bukti daya dukung Jatinangor melemah. Menurut Meiki, banjir tahun 2020 menjadi bukti daya dukung Jatinangor melemah karena sebelum-sebelumnya belum pernah terjadi banjir di Jatinangor.
ADVERTISEMENT
Selain banjir, Meiki juga mengatakan bahwa berkurangnya daya dukung Jatinangor karena sampah yang dihasilkan manusia di sana tidak dapat ditampung lagi. Dengan bukti-bukti ini, yang ditakutkan, Jatinangor tidak bisa memberikan daya tampung lagi.
“Daya tampung yang dimaksudkan bukan tidak bisa memberi tempat tinggal lagi, namun karena banyaknya penduduk, Jatinangor tidak bisa menampung kegiatan di sana, seperti menampung air hujan,” lanjut Meiki. Menurutnya, dengan berkurang daya dukung Jatinangor, daya tampung juga akan ikut melemah.
“Seharusnya, air hujan bisa ditampung di bawah tanah, tidak dibuang semua, sehingga kita manusia di atasnya bisa memakainya,” ujar Meiki. Menurut Meiki, jika tanah tidak bisa menampung air hujan, artinya daya dukung sudah melemah.
“Jadi, bukan berarti ketika kita tidak bisa menemukan tempat tinggal lagi di sana baru berarti daya tampungnya berkurang, tapi ketika alam sudah tidak bisa mendukung juga. Ketika alam sebagai daya dukung sudah sangat berkurang, maka otomatis daya tampung berkurang juga,” sambung Meiki.
ADVERTISEMENT
Meiki mengatakan, hal ini memang belum terjadi, baru tanda-tandanya terlihat, namun yang Walhi lihat sekarang, Jatinangor sudah mengarah ke sana. “Ini adalah hal yang kami tidak harapkan terjadi, tapi kami lihat sudah perlahan menuju arah sana,” ujar Meiki.
Tentunya, hal ini menjadi kasus yang harus ditanggapi secara serius. Walau sekarang Jatinangor masih sangat memungkinkan untuk menampung para mahasiswa, namun harus ditemukan solusi agar berkurangnya daya dukung dan daya tampung Jatinangor tidak terus terjadi, sehingga kegiatan pendidikan bisa terus berjalan.