Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Keberlanjutan Pertanian Ethiopia 2024: Solusi Krisis Iklim dan Ketahanan Pangan
27 Oktober 2024 1:13 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Abigail Jacob tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ethiopia, sebagai negara dengan perekonomian yang sangat bergantung pada sektor pertanian, menghadapi tantangan besar di tengah krisis iklim yang semakin mempengaruhi produktivitas dan ketahanan pangan. Pada tahun 2024, perubahan pola cuaca yang tidak menentu, peningkatan suhu, dan kekeringan berkepanjangan telah mengakibatkan penurunan hasil panen yang signifikan. Di sisi lain, laju pertumbuhan populasi yang cepat memperburuk masalah ketahanan pangan. Namun, di tengah tantangan ini, ada beberapa solusi dan pendekatan keberlanjutan yang dapat diimplementasikan untuk menghadapi krisis tersebut.
Menurut data dari World Bank, pertanian menyumbang sekitar 40% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Ethiopia dan 85% dari populasi negara ini bergantung pada sektor pertanian untuk mata pencaharian mereka. Namun, dampak krisis iklim, termasuk kekeringan yang lebih sering dan curah hujan yang tidak menentu, telah menyebabkan kerugian pada hasil pertanian sebesar 10-20% pada beberapa dekade terakhir. Proyeksi pada tahun 2024 memperkirakan bahwa tanpa tindakan mitigasi yang kuat, lebih dari 5 juta hektar lahan pertanian di Ethiopia berisiko mengalami degradasi akibat perubahan iklim.
Data dari United Nations Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa Ethiopia masih menghadapi krisis ketahanan pangan yang serius. Pada 2023, sekitar 20% dari populasi Ethiopia mengalami kerawanan pangan akut, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat pada 2024 jika tidak ada langkah-langkah pencegahan yang tepat. Faktor krusial yang memperburuk ketahanan pangan di Ethiopia adalah ketergantungan pada pertanian tradisional yang masih rendah inovasi dalam hal teknologi modern, dan sistem irigasi yang terbatas.
Selain itu, teknologi irigasi cerdas, seperti drip irrigation dan smart irrigation, memungkinkan penggunaan air yang lebih efisien, mengurangi konsumsi hingga 50% dibandingkan metode tradisional. Adopsi varietas tanaman yang tahan terhadap iklim ekstrem juga penting untuk meningkatkan hasil panen hingga 25% dalam kondisi lingkungan yang sulit. Selain teknologi, peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan terkait praktik pertanian berkelanjutan dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani kecil hingga 20%. Terakhir, Ethiopia memerlukan investasi besar dalam infrastruktur penyimpanan dan distribusi pangan untuk mengurangi kerugian pasca-panen yang mencapai 30% per tahun. Dengan langkah-langkah ini, Ethiopia bisa lebih tangguh dalam menghadapi krisis pangan dan perubahan iklim yang semakin menantang.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi krisis iklim dan ancaman terhadap ketahanan pangan, keberlanjutan pertanian Ethiopia membutuhkan langkah-langkah strategis dan inovatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan. Dengan komitmen bersama dari pemerintah, organisasi internasional, dan sektor swasta untuk berinvestasi dalam teknologi dan pemberdayaan petani, Ethiopia memiliki peluang untuk membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Melalui kolaborasi ini, ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian dapat dicapai secara berkesinambungan, membantu negara ini mengatasi tantangan iklim dan mewujudkan masa depan yang lebih stabil dan sejahtera bagi rakyatnya.
-F.A.J-