Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Menguak Sejarah Lewat Novel Gadis Kretek Karya Ratih Kumala
5 Juli 2024 19:01 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Abim Faqocth tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Analisis Poskolonialisme
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sinopsis
ADVERTISEMENT
Analisis Poskolonial
Novel Gadis Keretek mengandung unsur mimikri budaya dan kebiasaan. Mimikri budaya dalam novel tersebut dapat dilihat dari segi cara berpikir, gaya pakaian, agama, pendidikan dan pergaulannya, serta dari segi bahasa. Hal tersebut dapat lihat dalam uraian berikut.
1. Gaya pakaian
Berbeda dengan pernikahan Idroes yang sederhana, Djagad sepertinya mengundang seisi kota M untuk merayakan pernikahannya. Perempuan itu, konon berasal dari Madura. Ia tak pernah melihat perempuan mana pun di kota M yang berdandan seseronok istri Djagad, gincunya merah merekah, dan seakan-akan tumpah dengan kebaya yang dikenakan terlalu pas, untuk tak menyebut kekecilan. (Ratih, 2012:119)
Dengan nama dagang Kretek Gadis, orang-orang diajak berfantasi tentang perempuan muda nan cantik, yang membuat mereka serasa lebih jantan. Sedangkan, dengan nama Kretek Garwo Kulo, mengingatkan mereka akan istri di rumah yang mungkin jarang dandan, pakainnya nglombrot, dan cerewet. (Ratih, 2012:153)
ADVERTISEMENT
Dalam hal berpakaian, peniruan yang dilakukan mereka tidak secara keseluruhan di masyarakat kota M dipandukan dengan pakaian yang sudah terbiasa mereka gunakan sesuai tradisi. Jadi peniruan budaya yang dilakukan tidak secara penuh, tetapi hanya sebagian saja yang menggunakan kebaya.
2. Alat Transpotasi
Awalnya, Idroes Moeria agak enggan harus ikut-ikutan ritual gunung kawi segala. Tapi kemudian ia berpikir, demi menunjukkan keseriusannya pada pemodal, sekaligus menghormati kepercayaan yang telah diberikan kepadanya, Idroes Moeria memutuskan pergi ke gunung kawi. Sebuah bus membawanya keluar dari Kota M menuju Jogjakarta. Lalu dari situ lebih mudah mencari bus ke Malang. Dari Malang, harus berganti kendaraan lagi hingga akhirnya tiba di gunung kawi. Itu adalah kali pertama Idroes Moeria ke tempat itu, meski ia sudah sering mendengar orang-orang China dari Kota M banyak yang kerap mengunjungi makam pembantu Pangeran Diponegoro, Mbah Djoego, di gunung itu. (Ratih,2012:145)
ADVERTISEMENT
Dalam hal Alat Transpotasi, peniruan didalam Novel Gadis Kretek sebagai Alat Transpotasi untuk mengantar Idroes Moeria untuk pergi mencari pemodal yang mau membantu dia untuk mejualkan keret dia tersebut.
3. Alat Produksi
Impian Idroes Moeria untuk membuat kretek yang tak bisa dikalahkan oleh Suedjagad mulai terlihat titik cerahnya. Nama Kretek Gadis melambung. Pemodal juga memberikan tambahan modal untuk beriklan. (Ratih,2012:151)
Dalam hal Alat Produksi, didalam Novel Gadis Kretek Idroes Moeria mencari pemodal untuk kreteknya supaya tidak ancur dalam pembisinisan kretek miliknya yang dibangun sejak dulu.
4. Rumah
Kami memutuskan untuk sekadar meluruskan badan di pabrik. Ada rumah masa kecil kami yang menjadi satu di wilayah pabrik, yang memang sengaja dirawat untuk dipergunakan jika kami berkunjung. Di rumah itu kami menghabiskan masa kecil sebelum room memutuskan untuk pindah ke Jakarta demi membesarkan Kretek Djagad Raja. Awalnya, wilayah rumah yang berarti juga wilayah pabrik kretek tidak sebesar sekarang. (Ratih,2012:164)
ADVERTISEMENT
Ada pula klinik yang disediakan untuk fasilitas kesehatan gratis. Lebih dari itu, pada hari-hari tertentu ada pasar tiban, alias pasar kaget yang menjual dari baju sampai peniti. (Ratih,2012:165) Dalam hal bentuk mimikri perlengkapan peralatan hidup seperti rumah, mereka membangun sebuah klinik sedangkan di zaman itu belum ada bangunan sama sekali.
5. Penindasan
Romaisa benar-benar tertekan. Ia ingin pergi untuk mencari Idroes Moeria tapi juru tulis dan istrinya menyuruh Roemaisa untuk sembunyi, setelah mendengar kabar orang-orang Jepang juga membawa paksa perempuan untuk dijadikan pemuas hawa nafsu. Perempuan itu depresi. (Ratih,2012:79)
6. Ilmu Pengetahuan
“Jeng Yah itu pemilik Kretek Gadis.“ Kretek Gadis?” Aku dan Mas Tegas saling pandang, lalu tertawa mendengar merek itu. Aneh. Meskipun jika dipikir, banyak merek kretek yang beredar dengan nama asal-asal, tak dipikir Filosofinya. Seperti nama yang asal comot untuk membuat satu produk dadakan dan gambling di pasaran. Sedangkan nama Djagad Raja tentu saja punya sejarah panjang dan ada filosofi-filosofi tertentu. (Rantih,2012: 163)
ADVERTISEMENT
Dari kutipan tersebut ilmu pengetahuan kurang berkembang sebab novel ini berlatarkan masa kolonial. Pada masa ini pendidikan hanya berlaku bagi orang tertentu saja.
Kesimpulan
Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini menggunakan: latar yang menyaran pada tempat terjadinya peristiwa di kota M (Muntilan), Jakarta, Temangung, Kudus dan Yogyakarta. Latar yang menyaran pada waktu terjadinya peristiwa dalam tempo yang relatif pendek. Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala terjadi pada masyarakat yang heterogen. Berdasarkan urutan waktu , novel Gadis Kretek menggunakan alur regresif dengan teknik sorot balik (flash back).
Berdasakan jumlah alur novel ini menggunakan alur ganda, sedangkan berdasarkan kepadatan alur, alur yang digunakannya adalah alur longgar (loose plot). Tokoh utama dalam Novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala ini adalah Lebas, Idroes Moeria, Roemaisa, Soedjagad, Dasiyah, dan Soeraja sebagai tokoh utama dan Karim, Pak Trisno, Mak Iti, sebagai tokoh tambahan. Cara melukiskan watak para tokoh utama pengarang menggunakan tiga cara yaitu dengan cara analitik dan dramatik. Tema utama (mayor)novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala adalah perjalanan napak tilas bisnis pabrik rokok kretek dan rahasia keluarga serta menguak asal usul kretek Djagad Raya,sedangkan tema tambahan (minor) adalah (1) sebuah penyesalan, (2) kerja keras akan membuahkan kesuksesan. Amanat novel Gadis Kretek karya Ratih Kumala pertama, serapi apapun rahasia disimpan pada akhirnya akan terbongkar dan kedua, kerja keras akan membuahkan keberhasilan atau kesuksesan. Sedangkan situasi sosial budaya yang tampak pada novel adalah sial budaya masyarakat Jawa khususnya berkaitan rangakaian titual kelahiran seorang bayi.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yoyakarta: Penerbit Ombak.
Kumala, Ratih. 2012. Gadis Kretek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal. dan Willem G, Westeijn. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: PT. Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2007. Sastra dan Cultural Studies, Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Soeratno, Chammamah. 2001. “Penelitian Sastra: Tinjauan tentang Teori dan Metode Sebuah Pengantar”. Ed. Jabrohim. Dalam Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: PT. Hanindita Graha Widia.
Suyitno. 1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegese. Yogyakarta: PT Hanindita.
Sumardjo, Jakob. 1979. Novel Indonesia Mutakhir Sebuah Kritik. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya.
Teeuw, A. 1984 (Cetakan Kedua). Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarata: Pustaka Jaya.
ADVERTISEMENT
Waluyo, Herman J. 1994. Apresiasi dan Pengajaran Sastra. Surakarta: FKIP UNS.