Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten Media Partner
Pameran Lukisan Tatabuhan Andi Suandi, Hasil Ritual Tarawangsa
6 Mei 2018 12:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
![Pameran Lukisan Tatabuhan Andi Suandi, Hasil Ritual Tarawangsa](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1525584619/pameran_lukisan-1_wnmp8k.jpg)
ADVERTISEMENT
AboutCirebon.id ,- Pameran Tunggal XIII Andi Suandi kembali digelar di Kota Cirebon. Kali ini, Andi Suandi berkolaborasi dengan Topeng Tabuh Cirebon Nani Losari.
ADVERTISEMENT
Mengusung tema Tatabuhan, pameran lukisan Andi Suandi berlangsung di Lobi Hotel Santika, Jalan Wahidin, Kota Cirebon, yang berlangsung dari tanggal 5 sampai 20 Mei 2018.
Andi Suandi mengatakan Tatabuhan mempunyai artinya bunyi-bunyian, namun dirinya mempunyai konsep tersendiri tentang refleksi dari kegiatan tersebut, yaitu rasa syukur kepada sang pencipta dan alam.
“Dalam Tatabuhan ini, gagasan yang saya ambil itu ketika mengikuti kegiatan ritual Tarawangsa di Sumedang,” ujarnya kepada About Cirebon, Sabtu (5/5/2018) malam.
Ia menjelaskan, Ritual Tarawangsa adalah dikumpulkannya berbagai macam makanan dan buah-buahan yang semata-mata untuk rasa syukur mereka kepada sang pencipta.
“Di situ ada hal-hal yang menarik, ternyata masyarakat di sana dekat dengan alam dan tahu bagaimana cara mencintai lingkungan,” bebernya.
ADVERTISEMENT
“Hal-hal seperti itulah yang mendasari saya, sehingga muncul karya-karya Tatabuhan ini,” imbuhnya.
Lukisan dengan konsep abstrak, Andi Suandi memamerkan 27 karya dengan ukuran-ukuran yang cukup besar. Hasil karya lukisan Tatabuhan yang ingin disampaikan adalah kembali untuk merenung.
“Karena sekecil apa pun kegiatan kesenian akan memberikan gaung dan menghasilkan suara-suara yang membuat orang menjadi merasa masih ada kekurangannya,” jelasnya.
Lanjut dia, apa yang disampaikan dalam lukisan tersebut, yaitu berpikir tentang bagaimana berhadapan dengan alam dan Tuhan.
“Saya berharap ketika para apresiator melihat bisa menjadi pemicu diri untuk berapresiasi, kemudian merefleksikan diri sendiri. Intinya lebih kepada perenungan,” tutupnya.