news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Semangat Reformasi Putih untuk Keterbukaan Birokrasi

Abraham Samad
Ketua KPK 2011-2015
Konten dari Pengguna
21 Mei 2018 11:49 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abraham Samad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi jabat tangan. (Foto: rawpixel via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jabat tangan. (Foto: rawpixel via pixabay)
ADVERTISEMENT
Saya merasa prihatin menyikapi 20 tahun perjalanan reformasi bangsa Indonesia. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih membelenggu bangsa. Padahal, tujuan utama reformasi 1998 adalah menghancurkan praktik KKN.
ADVERTISEMENT
Gerakan Reformasi Putih untuk kembali meluruskan tujuan mulia gerakan reformasi. Reformasi Putih adalah gerakan damai yang melibatkan seluruh elemen bangsa untuk melakukan perubahan secara menyeluruh dengan dijiwai semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera.
Pokok-pokok pikiran soal gerakan reformasi putih ini akan saya sampaikan di tiga kampus di Manado, yakni Universitas Negeri Manado, Universitas Sam Ratulangi, dan Politeknik Negeri Manado. Karena saya akan menjadi narasumber pada seminar Spirit of Indonesia di Manado, 21-22 Mei.
Saya risau akan perjalanan 20 reformasi, menilai masih maraknya praktik KKN karena bangsa ini tidak fokus. Kita seolah sibuk melakukan perubahan. Tapi, kita tidak tahu perubahan itu untuk siapa dan menjawab kebutuhan apa. Reformasi birokrasi yang saat ini sedang digalakkan hanya dimaknai sebagai remunerasi alias naik gaji, tanpa perubahan yang berarti.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, rakyatlah yang dikorbankan. Kualitas pelayanan publik rendah, pembangunan tidak merata. Di sisi lain ego sektoral semakin tinggi dan menghambat perubahan itu sendiri.
Seharusnya kepentingan apa pun, termasuk kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok bahkan Kementerian atau Lembaga, tidak mengalahkan kepentingan bangsa. Jika ada kepentingan lain di luar kepentingan bangsa dan negara, maka akan menimbulkan konflik kepentingan.
Karena itulah, saya melontarkan gagasan ini untuk kembali digelorakannya reformasi. Memang, bukan reformasi seperti 1998 yang memakan nyawa anak negeri. Melainkan reformasi damai tanpa pertumpahan darah.
Indonesia perlu Reformasi Putih yang damai yang didasari semangat kebersamaan dan melibatkan seluruh elemen bangsa. Jangan ada anak bangsa yang ditinggalkan, apalagi dilupakan.
Abraham Samad. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Abraham Samad. (Foto: Fadjar Hadi/kumparan)