Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Semangat Reformasi Putih untuk Keterbukaan Birokrasi
21 Mei 2018 11:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Abraham Samad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saya merasa prihatin menyikapi 20 tahun perjalanan reformasi bangsa Indonesia. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) masih membelenggu bangsa. Padahal, tujuan utama reformasi 1998 adalah menghancurkan praktik KKN.
ADVERTISEMENT
Gerakan Reformasi Putih untuk kembali meluruskan tujuan mulia gerakan reformasi. Reformasi Putih adalah gerakan damai yang melibatkan seluruh elemen bangsa untuk melakukan perubahan secara menyeluruh dengan dijiwai semangat persatuan dan kesatuan untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan sejahtera.
Pokok-pokok pikiran soal gerakan reformasi putih ini akan saya sampaikan di tiga kampus di Manado, yakni Universitas Negeri Manado, Universitas Sam Ratulangi, dan Politeknik Negeri Manado. Karena saya akan menjadi narasumber pada seminar Spirit of Indonesia di Manado, 21-22 Mei.
Saya risau akan perjalanan 20 reformasi, menilai masih maraknya praktik KKN karena bangsa ini tidak fokus. Kita seolah sibuk melakukan perubahan. Tapi, kita tidak tahu perubahan itu untuk siapa dan menjawab kebutuhan apa. Reformasi birokrasi yang saat ini sedang digalakkan hanya dimaknai sebagai remunerasi alias naik gaji, tanpa perubahan yang berarti.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, rakyatlah yang dikorbankan. Kualitas pelayanan publik rendah, pembangunan tidak merata. Di sisi lain ego sektoral semakin tinggi dan menghambat perubahan itu sendiri.
Seharusnya kepentingan apa pun, termasuk kepentingan pribadi, golongan, atau kelompok bahkan Kementerian atau Lembaga, tidak mengalahkan kepentingan bangsa. Jika ada kepentingan lain di luar kepentingan bangsa dan negara, maka akan menimbulkan konflik kepentingan.
Karena itulah, saya melontarkan gagasan ini untuk kembali digelorakannya reformasi. Memang, bukan reformasi seperti 1998 yang memakan nyawa anak negeri. Melainkan reformasi damai tanpa pertumpahan darah.
Indonesia perlu Reformasi Putih yang damai yang didasari semangat kebersamaan dan melibatkan seluruh elemen bangsa. Jangan ada anak bangsa yang ditinggalkan, apalagi dilupakan.