Menikmati Pesona Danau Weekuri

Konten dari Pengguna
14 Oktober 2017 22:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abraham Sitompul tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saya pertama kali berkunjung ke Sumba Barat pada tahun 2003. Ketika itu, saya belum mendengar perihal objek wisata bernama Danau Weekuri. Namun, beberapa tahun belakangan, pesona Weekuri mulai mencuri perhatian publik.
ADVERTISEMENT
Saya berkesempatan mengunjungi Danau Weekuri pada bulan Oktober 2017. Secara administratif, Weekuri masuk dalam wilayah Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD), tepatnya di daerah Kodi. Hanya perlu 50 menit terbang dari Denpasar untuk tiba di SBD. Sedangkan untuk mencapai Danau Weekuri, dibutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari pusat kota Waitabula.
Tidak ada kemacetan di sepanjang perjalanan. Kalaupun ada yang sedikit memperlambat laju kendaraan biasanya karena ada aktivitas di pasar tradisional, kegiatan adat yang sedang berlangsung, dan segerombolan kerbau yang hendak menyeberangi jalan.
Kondisi jalan pada umumnya sudah beraspal dan lurus. Namun mendekati danau, jalanan masih berupa tanah dengan kerikil-kerikil kecil. Memasuki wilayah Kodi, pemandangan alam dan rumah-rumah adat terhampar di kiri-kanan jalan. Tentunya akan menyegarkan mata mereka yang sehari-hari terbiasa dengan pemandangan berupa gedung-gedung tinggi.
Sebelum memasuki danau, pengunjung harus membeli “tiket masuk”. Sejauh yang saya tahu, tidak ada patokan khusus tentang harganya. Bayar seikhlasnya saja. Setelah itu, kendaraan bisa diparkir di lahan yang sudah tersedia. Area parkir memang tidak terlalu luas. Kalau weekend atau hari libur baru terasa bahwa lahan parkir yang ada tidak terlalu memadai.
ADVERTISEMENT
Di sekitar danau terdapat sejumlah gazebo. Cocok digunakan untuk tempat beristirahat sejenak sebelum atau sesudah berenang dan menikmati santap siang. Selain itu, ada juga sejumlah lapak sederhana tempat orang-orang lokal berjualan. Barang-barang yang dijual bervariasi, mulai dari minuman dan makanan hingga sejumlah kerajinan lokal seperti gelang dan kain tradisional.
Fasilitas lain yang tersedia adalah jalan setapak yang sudah disemen. Ini akan memudahkan para tamu yang ingin berkeliling area danau. Kalaupun ada prasarana yang masih kurang adalah toilet. Hanya ada satu yang sudah bisa digunakan pengunjung. Dua toilet lainnya masih dalam tahap penyelesaian akhir.
Selesai berkeliling di seputar danau, tiba saatnya untuk menikmati “sajian” yang sesungguhnya, Danau Weekuri. Berikut beberapa tahapan menikmatinya menurut saya: pertama, perkenankan mata Anda yang terlebih dulu memuaskan dahaganya.
ADVERTISEMENT
Pandang sampai puas keindahan yang ada di depan mata. Air yang jernih, pasir putih, pepohonan rimbun, dan batu karang yang kokoh berdiri mengelilingi danau. Selanjutnya, berikan ketenangan pada telinga Anda yang mungkin terbiasa dengan kebisingan. Dengarkan suara angin, burung, dan sayup-sayup orang-orang lokal yang berbicara dalam bahasa daerah.
Agenda selanjutnya sudah tentu adalah segera melompat dan berenang di danau. Nikmati airnya yang dingin, jernih, dan asin. Asin? Ya, karena memang air di Danau Weekuri merupakan air laut yang masuk dari celah-celah batu karang. Tembok karang ini menjadi batas antara laut dan danau. Anda bisa juga naik ke tembok tersebut dan melihat lautan lepas di seberangnya.
Di pinggir danau disiapkan papan loncat setinggi kurang lebih 3-4 meter. Uji adrenalin Anda dengan melompat dari sana. Air danau sendiri bervariasi tingginya. Ketika saya datang sekitar jam 9 pagi, air masih sebatas paha orang dewasa. Namun semakin siang semakin tinggi dan dapat mencapai 1 bahkan 2 meter di beberapa titik. Menjelang pukul tiga sore, saya dan sejumlah teman memutuskan untuk berhenti berenang. Tidak lama kemudian, anak-anak kampung tiba di danau. Giliran mereka menikmati keindahan alam di halaman belakang kampung mereka.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana dengan Anda? Kapan giliran Anda memanjakan diri di Danau Weekuri?