Dua Sisi Fernando Torres

24 November 2017 16:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Torres pernah mengerikan bersama Liverpool. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Torres pernah mengerikan bersama Liverpool. (Foto: ANDREW YATES / AFP)
ADVERTISEMENT
Tak ada yang lebih mengecewakan daripada merasakan kekalahan dalam sebuah pertandingan.
ADVERTISEMENT
Bagi Fernando Torres, kekalahan 0-6 yang dialami oleh Atletico Madrid dari Barcelona, 20 Mei 2007, adalah hal paling mengecewakan yang pernah ia alami. Namun, selayaknya takdir, kekecewaan Torres membawanya ke garis nasib yang lain.
Pada awalnya, kekalahan itu seperti halnya hasil buruk yang lain. Namun, satu-satunya hal yang terlintas di kepalanya hari itu hanya kecewa. Kecewa karena ia tidak bisa mencetak gol, kecewa karena ia tidak bisa memberi kemenangan, dan kecewa karena ia mengecewakan pendukungnya.
Dua hari setelah pertandingan itu, Torres mengawali hari seperti biasanya: berjalan di bulevar Fuenlabrada; sambil menggiring dua anjing jenis bulldog-nya. Belum seperempat jam, telepon genggamnya bergetar. Ada panggilan dari nomor yang diawali oleh kode internasional Inggris.
ADVERTISEMENT
Torres mengira itu kawan dekatnya dan kemudian mengangkat panggilan itu. Ia kaget ketika mendengar suara yang keluar dari sisi telepon yang lain. Mereka kemudian berbincang dan membicarakan sebuah hal.
“Aku lupa apa yang ia ucapkan saat itu. Aku tidak ingat dia berkata, ‘Hai, ini Rafa’ atau ‘Hai, ini Benitez,’” kata Torres. “Apa yang ia katakan membuat aku berada di dimensi berbeda. Lalu, aku mengambil kesimpulan bahwa ia tertarik atas penampilanku.”
Orang yang menelepon Torres pagi itu adalah Rafael Benitez—yang saat itu menjabat sebagai manajer Liverpool—dan yang mereka bicarakan adalah kemungkinan Torres untuk pindah ke Inggris.
Musim panas 2007, Torres memilih meninggalkan Atletico untuk bergabung dengan Liverpool.
Proses kepindahan Torres ke Liverpool berlangsung cepat. Tes medis lulusan akademi Atletico Madrid ini bahkan hanya tak sampai berjalan dua hari. Setelah menandatangani kontrak, Torres pun diperkenalkan sebagai pemain Liverpool.
ADVERTISEMENT
“Liverpool mencari momen yang pas untuk memperkenalkanku. Untuk menjaga kerahasiaan, mereka menyewakan sebuah apartemen di Albert Dock dan memberi banyak DVD serta buku, juga majalah tentang Liverpool.”
“Tak ada yang bisa mengalahkan perasaanku bergabung Liverpool saat itu. Hingga kemudian aku tahu bahwa tak didatangkan oleh sebuah kesebelasan sepak bola, melainkan sebuah komunitas raksasa dan kota.”
Keberadaan beberapa pemain yang paham bahasa dan kultur sepak bola Spanyol membuat adaptasi Torres berjalan mudah. “Aku tak kesulitan beradaptasi di sini, karena ada Xabi Alonso dan Pepe Reina. Selain itu, mereka juga punya Yossi Benayoun dan Fabio Aurelio, yang juga memahami budaya kami.”
Torres tak butuh waktu lama untuk unjuk gigi. Ia bahkan langsung mencetak gol pada pertandingan ketiganya berseragam Liverpool, ketika mereka menghadapi Chelsea di Anfield, 19 Agustus 2007.
ADVERTISEMENT
Gol tersebut membuat Torres banjir pujian. Sejak saat itu, ia tak hanya menjadi anak yang paling disayang Benitez dan jajaran manajemen. Tapi juga pemain yang diidolakan oleh pendukung Liverpool.
Kegemilangan Torres di luar bersambut dengan statistiknya di dalam lapangan.
Musim pertamanya tak hanya berakhir dengan total 24 gol di Premier League. Tapi juga menjadikannya pemain Liverpool pertama yang mencetak 20 gol di Premier League sejak Robbie Fowler pada musim 1995/96 dan menjadikannya pemain kedua sejak Michael Owen yang memiliki jumlah gol terbanyak dalam satu musim.
Catatan individual Torres yang lain tak kalah mengesankan. Pada akhir musim, ia masuk ke tiga nominasi penghargaan pemain terbaik, pesepak bola terbaik versi FWA, pemain muda terbaik dan tim terbaik versi PFA, di mana ia hanya menang di kontes yang disebutkan terakhir.
ADVERTISEMENT
Produktivitas Torres menurun pada musim kedua dan ketiganya. Total 17 dan 22 gol yang ia buat pada dua musim tersebut membuat banyak pendukung Liverpool kecewa, kendati masih ada sebagian golongan yang menunjukkan dukungannya.
Di balik itu semua, Torres termasuk ke dalam golongan pesepak bola terbaik yang pernah memperkuat Liverpool. 81 gol dari 142 penampilannya menjadikannya sebagai salah satu pemain yang memiliki raihan gol dengan jumlah penampilan tercepat.
Kisah Torres bersama Liverpool tak bertahan dalam waktu yang lebih lama. Hasil mengecewakan yang didapatkan oleh The Reds pada musim 2009/10, membuat mereka hanya mampu mengakhiri musim di urutan ketujuh.
Pada akhirnya, selain membiarkan beberapa pemain pergi, manajemen Liverpool mengambil keputusan besar: memecat Benitez dari kursi pelatih dan menunjuk Roy Hodgson sebagai penggantinya.
ADVERTISEMENT
Seminggu setelah Piala Dunia 2010, Christian Purslow, Direktur Teknik Liverpool, mengajaknya bertemu via pesan singkat. Meski demikian, Purslow tak menyebutkan apa agenda pertemuan keduanya dan hanya mengatakan bahwa Torres ditunggu di ruang kerjanya.
“Purslow membicarakan masa depan kesebelasan ini denganku dan Hodgson—pelatih baru Liverpool. Purslow juga menceritakan soal proses penjualan Liverpool ke pemilik baru yang sedikit lagi akan menjadi kenyataan.”
“Hal itu memantik kekecewaanku. Aku merasa, keputusan manajemen tak lagi searah. Target kesebelasan pun jauh berubah dengan apa yang ditetapkan oleh Benitez, yang menurutku cukup tepat.”
Dua hari lamanya, Torres memikirkan masa depannya bersama Liverpool. Pada satu sisi, ia ingin menunjukkan sikap selayaknya Steven Gerrard. Namun, di sisi lain, ia merasa tak lagi memiliki visi yang sama dengan manajemen.
ADVERTISEMENT
Torres pada akhirnya bertahan. Bagi Torres saat itu, alasan untuk bertahan hanya dua: Gerrard dan Hodgson. Kendati ia juga tahu bahwa ia memiliki pandangan yang berbeda soal kedua orang tersebut.
Selayaknya hubungan buruk yang terus dijaga, kondisi Torres dengan Liverpool tak kunjung memuaskan. Mundurnya Hodgson membuat ia makin tak nyaman. Tak pelak, ia kerap menunjukkan kekecewaannya kepada jajaran manajemen.
Kedatangan Kenny Dalglish sempat membuat asa Torres kembali membumbung. Harapan tersebut rupanya tak pernah terjadi. Seringnya Torres melakukan protes membuat manajemen Liverpool mengiyakan tawaran Chelsea yang hadir pada musim dingin 2011.
“Sebelum saya aku pergi, hanya Dalglish yang menginginkanku bertahan. Dia hanya punya keinginan, sementara aku tahu yang menentukan adalah orang-orang lain yang memiliki kuasa lebih tinggi.”
ADVERTISEMENT
Pada 28 Januari 2011, Torres resmi menjadi milik Chelsea. Sembilan hari setelah bergabung, ia langsung dipercaya tampil oleh Carlo Ancelotti. Meski demikian, debutnya tak berjalan menyenangkan: ia harus menghadapi Liverpool dan menelan kekalahan 0-1.
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Fernando Torres ketika memperkuat Chelsea (Foto: Pixabay)
Musim perdana Torres bersama Chelsea berlangsung buruk. Selain gagal mencetak gol dalam 903 menit, Torres juga tak mampu meyakinkan Ancelotti untuk memilihnya menjadi penyerang utama.
Nasib sial Torres tak berhenti pada musim 2010/11. Pada musim berikutnya, kembali menyuguhkan hal yang sama, di mana kebuntuannya di depan gawang lawan tetap terlihat dan tak mampu meyakinkan pelatih untuk memilihnya setiap pekan.
18 September 2011, kebuntuan Torres akhirnya berakhir. Ia mencetak satu-satunya gol Chelsea, ketika kalah dari Manchester United. Pekan berikutnya, ketika menghadapi Swansea, Torres kembali mencetak gol. Sialnya, 10 menit setelah mencetak gol, ia diganjar kartu merah karena menekel Marc Gower menggunakan dua kaki.
ADVERTISEMENT
Kepindahan ke Chelsea menjadi awal karier yang buruk. Sejak saat itu, Torres dikenal sebagai penyerang yang sama sekali tidak bisa diharapkan untuk memecahkan kebuntuan. Sejak itu juga, ia dikenal sebagai pemain depan yang nyaris selalu menyia-nyiakan peluang.
Meski demikian, di balik nasibnya yang berubah, ia menjelaskan kepada Independent bahwa ia tak menyesal. “Saya tak menyesal pindah ke Chelsea. Keputusan ini selayaknya dua sisi mata uang, ada sisi yang bisa kita lihat dan ada sisi yang tak bisa kita lihat.