Nihilisme: Berdiri di Tebing Ketiadaan

Abrar Rizq Ramadhan
Hanya seorang pelajar yang tenggelam di lautan Humaniora. Mahasiswa Ilmu Sejarah - FIS - Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
13 Juni 2023 8:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abrar Rizq Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi buku "Nietzsche: Sebuah Biografi", hal. 182. Karya Emhaf/ foto: dok pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buku "Nietzsche: Sebuah Biografi", hal. 182. Karya Emhaf/ foto: dok pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Terdapat satu paham filsafat eksistensialisme yang kiranya cukup membuat penulis merasa terjatuh kepadanya. Sebuah pemikiran tentang kehidupan yang tidak kalah pentingnya dengan Stoikisme, paham filsafat yang cukup terkenal di masa ini. Paham ini disebut ‘Nihilisme’, yang sering dikaitkan oleh salah seorang filsuf paling berpengaruh di era modern, Friedrich Nietzsche.
ADVERTISEMENT
Banyak tafsiran dari berbagai pengamat humaniora soal nihilisme yang kontroversial. Beberapa menyebut bahwa nihilisme adalah paham yang pesimistik dan tidak cocok untuk diterapkan dalam hidup.
Ada juga yang menafsirkan bahwa nihilisme harus ditentang karena bertentangan dengan syariat agama. Berikut adalah pandangan penulis soal nihilisme yang coba disampaikan oleh Nietzsche, dan bagaimana kita harus memaknainya.

Mengerti Nihilisme

Ilustrasi Bumi. Foto: NASA
Apa tujuan manusia hidup di muka bumi? Apa hanya untuk hidup, makan, tidur, dan terus berulang hingga menemui ajal? Hidup di dunia ini tidak ada maknanya, sekiranya itu gambaran kasar dari nihilisme. Yakni pemikiran hidup yang melihat dunia sebagai ketiadaan, sebagai kekosongan, sebagai nihil.
Manusia hidup di muka bumi ini hanya untuk mati tanpa ada tujuan yang harus dicari. Pencarian makna akan hidup hanya akan membawa manusia kembali mengulangnya dan akan berhenti pada tebing nihilisme, yakni ketika manusia sadar bahwa pencarian makna hanya akan menjadi sebuah siklus tanpa henti yang tuhan berikan kepadanya sebagai alasan agar tetap hidup.
ADVERTISEMENT

Nietzsche dan Nihilisme

Nietzsche bukan yang pertama kali mencetus istiliah nihilisme namun ia sering dikaitkan kepadanya. Sehingga orang sering menyebut Nietzsche sebagai seorang nihilis dan pesimistik sehingga tidak patut dicontoh.
Ditambah, terdapat satu pernyataan kontroversial Nietzsche yang berkaitan pada ketidakadaan juga metafisika dalam berfilsafah yakni, “Tuhan telah mati”. Pernyataan ini menuai banyak kontroversi terutama dari pihak beragama, namun apa yang sebenarnya dimaksud dari “Tuhan telah mati”?
Nietzche memang merupakan pemikir anti metafisika meskipun ia juga banyak terinspirasi dari pemikir metafisik seperti Plato. Meski begitu, Nietzsche lebih condong pada Socrates, dan kemudian Kant yang dimana keduanya mengingkari metafisika karena dianggap tidak dapat dibuktikan oleh ilmu pasti.
Pernyataan “Tuhan telah mati” sering diartikan sebagai bentuk sukacita Nietzsche karena ia seorang atheis. Namun, satu hal yang harus diketahui adalah bahwa Nietzsche merupakan penentang nihilisme meski ia sering dikaitkan pada paham ketiadaan itu. Karenanya, ketika “Tuhan telah mati” dinyatakan olehnya, ia merasakan perasaan sedih yang berlebih.
ADVERTISEMENT
Agama dan tuhan telah menghiasi hidup manusia selama berabad-abad silam. Dan agama telah menjadi salah satu produk dalam pencarian makna hidup. Manusia memiliki tujuan hidupnya yakni menuju dan menyembah kepada tuhan agar menerima pengampunan dan berkahnya.
Ketika pencerahan telah sampai kepada nalar manusia, maka secara tidak sadar manusia telah membunuh tuhan karena efek dari sains yang berkembang pesat. Tuhan bukan lagi tujuan manusia dalam menjalani hidup di titik ini. Karenanya Nietzsche bersedih melihat manusia kehilangan makna hidupnya dan berbentrokan dengan nihilisme.
Dapat dipahami bahwa Nietzsche sangat berlainan dari nihilisme. Ia benci rasa pesimistik yang lahir dari pikiran manusia. Bahkan Nietzche sendiri menjadi sosok yang sangat kuat ketika ia sakit menjelang pada kematiannya.
ADVERTISEMENT
Ia berpikir bahwa ketika sakit, maka manusia berada pada titik puncaknya dalam melawan ketiadaan karena manusia memiliki tujuan baru pada hidup yakni untuk sembuh. Ditambah orang sakit itu hidupnya semakin teratur dan lebih sehat dari orang sehat. Pada tahap ini ia telah menjadi Ubermensch, atau manusia super yang sesuai dengan pemikirannya.

Solusi Menghadapi Nihilisme

ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Penulis memaknai nihilisme tidak berbeda jauh dengan Nietzsche yang dimana manusia harus mencari makna dalam hidup dan jangan sampai terjatuh pada ketiadaan. Biasanya pemikiran nihilisme lahir pada manusia dengan mental yang tergolong lemah dan pesimistik yang tinggi.
Tidak heran kalau banyak nihilis itu berakhir pada aksi bunuh diri. Anggapannya adalah bahwa hidup ini tidak bermakna ditambah jika beban hidup yang dipikulnya sudah kelewat batas. Karenanya perlu pendekatan psikologis dalam hal ini demi mencegah manusia untuk terjun dari tebing ketiadaan.
ADVERTISEMENT
Agama adalah salah satu solusi dalam melawan nihilisme. Dengan agama, maka manusia memiliki arti hidupnya sendiri. Dengan agama, maka hati manusia terasa sejuk.
Ikuti ajaran agama maka nihilisme akan hilang dalam pikiran dan manusia kini lebih terfokus dalam kegiatan beribadah demi kepentingan agama. Sesuai dengan apa yang Nietzsche harapkan dan tuhan tidak mati.
Selain agama, pendekatan dengan cara sosial juga bisa menjadi jadi salah satu solusinya. Manusia memang dilahirkan untuk bersosialisasi satu sama lain. Dengan sosialisasi maka manusia bisa memiliki perasaan terhadap individu lain sehingga tujuan hidupnya telah tertanam pada lingkup sosial yang tengah dijalaninya. Emosi bermain jika sudah bersangkut paut pada hal ini.
Atau dengan upaya pendekatan Marxis. Yang satu ini memang ekstrem tapi manusia bisa terbebas dari nihilisme karena tujuannya kini adalah mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Tujuannya adalah untuk menjunjung kerakyatan dan kaum pekerja sebagai kaum tertindas.
ADVERTISEMENT
Ya sebenarnya banyak cara pada manusia dalam menjalani dan mencari makna hidup. Tergantung pada kita sebagai seorang pribadi mau menanggapinya seperti apa. Saran dari penulis adalah perbanyak bersosialisasi dan perbanyak membaca atau belajar lebih soal filsafat hidup yang lebih baik.
Nihilisme adalah bentuk negatif dalam hidup yang harus dilawan. Jangan sampai kita sebagai insan terjatuh pada dunia tanpa makna yang penuh dengan kekosongan. Alangkah baik hidup ini dijalani sebaik mungkin karena hidup ini penuh dengan makna yang berarti.[]