Konten dari Pengguna

Sarinah Usai Transformasi dan Kisah yang Diungkapnya

Abrar Rizq Ramadhan
Hanya seorang pelajar yang tenggelam di lautan Humaniora. Mahasiswa Ilmu Sejarah - FIS - Universitas Negeri Semarang
12 Juli 2023 9:13 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Abrar Rizq Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Relief Marhaen di lantai dasar gedung Sarinah. (foto: dokumen pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Relief Marhaen di lantai dasar gedung Sarinah. (foto: dokumen pribadi)
ADVERTISEMENT
Siapa tidak mengenal Sarinah? Gedung besar kelolaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) itu telah menghiasi memori banyak warga terutama di daerah Jakarta dan sekitarnya. Orang-orang pergi mengunjungi Sarinah baik untuk berbelanja kebutuhan maupun sekadar berkuliner.
ADVERTISEMENT
Tentunya jika berbincang soal kuliner di Sarinah, McDonald’s menjadi yang pertama kali terngiang di kepala banyak orang. Meski sudah ditutup pada 2020 lalu, McDonald’s Sarinah telah memberikan banyak kenangan yang memorable bagi segelintir orang.
Dalam beberapa tahun terakhir, menteri BUMN, Erick Thohir mengadakan proyek transformasi Sarinah. Hal ini bermula ketika Erick mengunjungi Sarinah pada 2019 lalu untuk membeli peralatan kantor. Erick berpikir bahwa harus terdapat perbaikan dalam Sarinah dari banyak aspek sehingga Sarinah bisa bertahan dalam persaingan ekonomi dalam negeri.

Relief Marhaen

Hal yang mengejutkan ketika proses transformasi ini selesai adalah hadirnya relief yang menggambarkan sekumpulan petani dan pedagang tradisional Indonesia. Sebelumnya relief tersebut tidak terdapat di dalam Sarinah, namun pasca transformasi, relief tersebut terpampang jelas di atrium utama gedung sebagai ikon.
ADVERTISEMENT
Ternyata relief tersebut telah dibuat sejak era kepemimpinan Presiden Soekarno ketika Sarinah pertama kali didirikan. Relief itu diduga diukir oleh tiga seniman yaitu: Batara Lubis, Djoni Trisno, dan Trubus. Ketiganya berasal dari organisasi seni, Sanggar Pelukis Rakyat, Yogyakarta yang merupakan organisasi seni dengan ideologi kiri.
Namun kehadiran relief disembunyikan semasa orde baru dan kehadirannya diungkap kembali pada 2022 lalu. Alasan rezim orba menyembunyikannya boleh jadi karena keterkaitan relief tersebut dengan Marhaenisme, sebuah paham hasil pemikiran Soekarno terkait kaum kecil di Indonesia yang tidak bisa menghidupi dirinya sendiri meskipun telah memiliki alat produksi.
Ketum PDIP, Megawati membenarkan pernyataan bahwa relief tersebut merupakan gambaran dari kaum Marhaen. Begitu juga ia menyadari mengapa relief brilian itu disembunyikan semasa orde baru (orba) hingga sebelum transformasi. Tidak lain karena Marhaen sendiri identik dengan pemikiran kiri sehingga tidak heran mengapa rezim orba berusaha untuk menutupinya.
ADVERTISEMENT

Surat Amanat Presiden Soekarno pada Pemancangan Tiang Pertama Sarinah

Surat amanat Sukarno saat pemancangan tiang pertama Sarinah, yang terpampang di samping relief Marhaen. (foto: dokumen pribadi)
Di samping relief Marhaen yang terpampang jelas pada lantai dasar gedung Sarinah, terdapat sedikit foto-foto penampakan gedung Sarinah dari berbagai masa, mulai dari tahun 1960-an hingga 2000-an. Selain itu juga terdapat gambar dari surat resmi pernyataan amanat presiden Soekarno ketika proses pemancangan tiang gedung. Dari surat ini, dapat kita pahami tujuan hingga sejarah Sarinah sebagai department store pertama di Indonesia melalui idealisme sang bung besar.
ADVERTISEMENT
Presiden Sukarno menyebut bahwa memang ia yang memerintahkan pembangunan department store Sarinah. Pembangunan ini termasuk pada target proyek mercusuarnya yang kontroversial itu. Presiden Sukarno menyebut bahwa pendirian Sarinah tidak lain adalah demi:
Ekonomi dalam suatu masyarakat sosialis tidak bisa berjalan tanpa barang distribusi. Karenanya, Presiden Sukarno memilih department store sebagai sarana dalam mendistribusikan barang-barang keperluan hidup bagi rakyatnya. Karenanya juga Sukarno menentang anggapan yang mengatakan bahwa proyek department store merupakan proyek yang foya-foya atau bermewah-mewahan serta merugikan rakyat kecil. Justru sebaliknya, Sukarno menyebut bahwa Sarinah diperuntukkan untuk pembangunan bagi masyarakat sosialis. Dari tourisme yang dihasilkan Sarinah, maka hasilnya diperuntukkan demi membangun sosialisme Indonesia. Dan sistem department store tidak hanya di Indonesia saja melainkan seluruh negeri-negeri sosialis di penjuru dunia memiliki department store sehingga salah kalau menganggap Sarinah sebagai sarana foya-foya borjouis di masa awal pendiriannya.
ADVERTISEMENT
Dengan berdirinya Sarinah, maka Sukarno menganggap bahwa ini merupakan salah satu upaya bangsa Indonesia dalam berjuang pada penderitaan rakyat. Masyarakat yang serupa dengan idealisme Sukarno seperti yang telah disebut tidak bisa diwujudkan tanpa distribusi aparat dan salah satu bentuknya adalah department store yang Sukarno sebut sebagai price stabilisator atau penyeimbang harga. Contoh adalah jika Sarinah menyediakan peralatan dengan harga Rp10, maka pedagang diluar Sarinah tidak akan berani menjual dengan harga yang lebih tinggi. Karenanya department store kerap disebut sebagai price stabilisator pada masa itu.
Sementara itu, Presiden Sukarno mengambil nama Sarinah dari salah satu tokoh wanita yang paling penting dan ia muliakan sepanjang hidupnya. Saat masih kecil, Sukarno dititipkan dengan seorang wanita bernama Sarinah oleh almarhum ibunya. Sarinah ini yang mendidik Sukarno serta membantu seluruh keluarganya. Ia juga yang mengajarkan kepada sang putra fajar bahwa negeri kita ini sangat tergantung pada rakyat jelata. Karenanya department store Sarinah didirikan demi membantu memenuhi kebutuhan rakyat.
ADVERTISEMENT
Demikian sedikit penjelasan dari amanat bung besar. Dapat kita pahami bahwa awal mula tujuan pendirian Sarinah sangatlah mulia yakni demi membantu kesejahteraan rakyat Indonesia serta mewujudkan masyarakat yang berdasarkan atas sosialisme Indonesia. Proyek transformasi dari Erick Thohir ini kembali menyadarkan kita sebagai pengamat akan arti pentingnya nama Sarinah yang tidak hanya sekadar berfungsi sebagai gedung department store, tapi juga memiliki filosofi dan manifestasi ideologi yang sangat kencang.