10 Spesies Hewan yang Akan Punah Sebelum Tahun 2030

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
8 Januari 2020 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hampir satu dekade ini masyarakat dunia berkampanye terkait pelestarian satwa liar yang berisiko punah. Tahun berganti, populasi manusia meningkat, Bumi semakin krisis. Ada banyak kekhawatiran tentang masa depan Bumi. Diperkirakan ketika kita memasuki tahun 2030 nanti ada ribuan spesies hewan langka yang punah tanpa tersisa. Beberapa di antaranya bahkan belum sempat diketahui.
ADVERTISEMENT
Keadaan ini sungguh memprihatinkan, sebuah peringatan bahwa alam tidak lagi sehat bagi kehidupan manusia.
Para ilmuwan menyayangkan lambatnya respons pemerintah di seluruh dunia dalam menghadapi keadaan ini. Menyelematkan hewan dari kepunahan haruslah menjadi kewajiban kita karena kehidupan manusia sendiri berkaitan langsung dengan mereka.
Berdasarkan analisis Curry, berikut adalah 10 spesies hewan yang paling berisiko punah sebelum tahun 2030.
Foto: Badak Sumatra
Badak Sumatra adalah mamalia herbivora yang habitatnya membentang dari kaki pegunungan Himalaya Timur di Bhutan, India Timur, Myanmar, Thailand, Indonesia dan diperkirakan telah hidup di Vietnam, Cina, serta Semenanjung Melayu.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1986, terdapat 800 ekor Badak Sumatra yang hidup di alam liar. Namun, pada tahun 2008 menurut Save The Rhino, habitatnya turun menjadi 275 ekor. Kini, mereka hanya terdapat 100 ekor dan bahkan ada yang menyebutkan jumlahnya bisa jadi di bawah 30 ekor. Sungguh mengkhawatirkan!
Curry pun menyatakan, "Badak Sumatra dan Badak Jawa adalah spesies yang sangat terancam punah. Pada tahun 2008, Badak Jawa diperkirakan hanya ada 46 hingga 66 ekor yang masih hidup dan mereka hanya terdapat di satu taman pelestarian di Indonesia."
Foto: Kupu-kupu Lange's Metalmark
Akibat pengembangan kota dan penambangan di Antioch Dunes, Utara San Francisco, pada tahun 1976 serangga ini terdaftar menjadi salah satu spesies terancam punah. Populasi mereka turun dari 25.000 menjadi 2.000 pada tahun 1977, dan tahun 1986 turun drastis menjadi 154.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1999, sempat ada upaya konservasi yang meningkatkan jumlah habitatnya menjadi 2.342. Namun, pada 2010 kembali turun menjadi hanya 28 ekor dan pada 2013 tersisa hanya 78 ekor di alam liar.
Menurut Curry, "Walaupun pembangunan dan pertambangan sejak itu dihentikan, tetapi kebakaran hutan, perubahan iklim, dan gangguan ekosistem masih menjadi ancaman. Banyak spesies kupu-kupu lainnya berada dalam bahaya kepunahan dengan populasi kecil yang tersisa, termasuk Kupu-kupu Biru Gunung Charleston di luar Las Vegas, Kupu-kupu Miami Blue dari Florida, dan Kupu-kupu Nakhoda Dakota dari Great Plains."
Foto: Lumba-lumba Maui
Mamalia laut yang hidup di lepas pantai Pulau Utara, Selandia Baru, ini hanya terdapat 60 ekor di Bumi.
Kematian populasinya diakibatkan oleh ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Mereka menangkap dengan jaring ikan untuk dikonsumsi atau dipelihara, dan berbagai ulah lainnya yang membuat populasi Lumba-lumba Maui semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
Foto: Serigala Merah
Serigala Merah biasa berkeliaran melintasi Amerika Serikat bagian tenggara. Peneliti memperkirakan keberadaan mereka sekarang hanya tersisa 12 ekor saja di alam liar Nort Carolina. Penembakan legal dan ilegal telah mengancam sebagian besar kehidupan Serigala Merah ini. Ditambah lagi, hibridisasi dengan Coyote juga berperan membunuh mereka.
Curry menyatakan, "Untuk menyelamatkan Serigala Merah, Fish and Wildlife Service AS perlu mengambil langkah-langkah pemulihan yang terbukti efektif seperti sterilisasi Coyote dan pelepasan Serigala Merah dan area hutan lindung baru untuk reintroduksi hewan."
Foto: Burung Kauai Akepa
Burung Madu asal Hawaii dan beberapa spesies lainnya, termasuk Akuiwi, ​​Maui Parrotbill dan Kauai berada di ambang kepunahan akibat perubahan iklim. Perubahan iklim Bumi yang semakin panas memungkinkan nyamuk membawa penyakit malaria kepada burung-burung tersebut, walaupun beberapa di antaranya hidup di dataran lebih tinggi. Menurut Curry, Burung Kauai yang memiliki risiko paling tinggi untuk punah karena mereka menghuni pulau yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Foto: Trenggeling Pangolin Cina
Pangolin Cina adalah trenggiling, makhluk paling bersisik di dunia yang sering disebut "buah pinus dengan kaki" karena penampilannya yang aneh, tapi menggemaskan. Kedelapan spesies trenggiling berada dalam daftar terancam punah.
Penelitian menunjukkan bahwa populasi trenggiling di Tiongkok telah menurun tajam dalam beberapa tahun terakhir ini. Kepunahan mereka diakibatkan oleh perilaku masyarakat Cina dan Vietnam yang suka mengkonsumsi daging trenggiling, sementara sisiknya digunakan sebagai pengobatan tradisional yang dianggap memiliki sifat kuratif (dapat menolong menyembuhkan penyakit).
Foto: Ayam Prairie Attwater
Dahulu, jutaan ayam ini telah hidup di padang rumput pesisir Texas dan Louisiana. Pada tahun 1967 hingga 2013, populasi mereka turun dari 1.118 menjadi 100 ekor. Dan yang lebih mengenaskan lagi pada 2017, hanya tersisa 7 ekor di alam liar.
ADVERTISEMENT
Curry menyatakan, "Unggas ini telah terancam oleh hilangnya habitatnya, yaitu Padang Rumput Tallgrass akibat ekspansi pertanian, perkotaan dan industrinya, penyakit, parasit, dan cuaca buruk mungkin juga berkontribusi pada penurunan spesies."
Foto: Belalang Florida
Belalang ini biasa hidup di padang rumput di Florida. Namun, ketika manusia mulai membangun jalanan, perumahan, pertanian, dan peternakan mereka kehilangan rumahnya. Ditambah lagi, sebagian padang rumput rusak akibat kebakaran. Akibatnya, 85% populasinya anjlok dan terancam punah.
Pada tahun 1997, populasi mereka diperkirakan ada 1.000 ekor, tahun 2008 mencapai 700 ekor, tahun 2014 tersisa 240 ekor, dan 2017 hanya 84 ekor.
Foto: Vaquita
Vaquita adalah Cetacean (sejenis lumba-lumba) terkecil di dunia. Mamalia akuatik ini tinggal di Teluk California Utara, Meksiko. Pada 2019, spesies mereka hanya tersisa 10 ekor dan kemungkinan pada 2021 mereka akan punah.
ADVERTISEMENT
Penyebab kepunahannya adalah penangkapan ikan ilegal, yang berdasarkan penjelasan Curry, "Lumba-lumba kecil itu terbunuh oleh jaring ikan ilegal yang dibuat untuk menangkap Totoaba, seekor ikan raksasa yang kandung kemihnya didambakan di Tiongkok karena diyakini memiliki sifat kuratif.
Foto: Ikan Alabama
Berkat pembangunan bendungan, polusi, dan perusakan habitat di Sungai Alabama, Ikan Alabama Sturgeon belum terlihat lagi sejak 2007. Padahal ikan ini berasal dari 250 juta tahun lalu. Tak hanya Ikan Alabama yang terancam, spesies lainnya seperti Chub Ramping dari Tennessee dan Virginia serta berlian dari Arkansas dan Oklahoma juga ikut terancam.
Berdasarkan analisis Curry, kita tetap harus optimis dan bertindak cepat agar ribuan spesies yang terancam punah tersebut dapat terselamatkan. Ditambah lagi, mulai banyak bermunculan komunitas pecinta hewan dan organisasi dunia sepeti Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) dan Endangered Species Act.
ADVERTISEMENT
IUCN sebelumya telah berupaya mencegah kepunahan 6.000 spesies dan Endangered Species Act telah membantu upaya konservasi angsa terlangka di dunia bernama Nene. Pada tahun 1967, populasi Nene hanya tersisa 30 ekor di alam liar dan saat ini sudah ada lebih dari 3.000 ekor di seluruh dunia.
Curry dan para ilmuwan lainnya berharap, "Siapa pun dapat membantu memerangi kepunahan dengan menghubungi pejabat setempat atau organisasi perlindungan hewan ketika mengetahui tentang keberadaan mereka. Kita harus bertindak serta berpikir untuk melindungi, bukan membunuh atau memelihara yang justru malah menghambat kebebasan mereka untuk berkembang biak di alam liar."
Sumber: wildfor.life | usgs.gov/| fws.gov | newsweek.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org