Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Abu Hureyra, Tempat Pertama Manusia Belajar Menjadi Petani
29 Januari 2020 9:45 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk yang pintar berinovasi dan beradaptasi terhadap lingkungan hidupnya. Puluhan ribu tahun manusia telah belajar untuk bertahan hidup dari mulai menjadi perburu-pengumpul hingga akhirnya bercocok tanam. Ternyata 13.500 tahun yang lalu ada sebuah desa yang menjadi tempat pertama manusia belajar ilmu bercocok tanam, desa itu bernama Abu Hureyra.
ADVERTISEMENT
Abu Hureyra dahulunya merupakan daerah yang terdiri dari gundukan tanah setinggi 8 meter yang terletak di sisi selatan lembah Eufrat, sekitar 120 km timur Aleppo, Suriah. Penemuan situs ini terjadi pada tahun 1970-an ketika proses penciptaan Danau Assad yang merupakan reservoir dari Bendungan Tabqa. Para arkeolog kemudian menggali situs ini untuk mencari tau misteri dibalik gundukan tanah tersebut, untungnya penggalian telah dimulai sebelum terjadinya banjir pada tahun 1975. Sehingga para arkeolog telah menyelamatkan material sebanyak mungkin dari Abu Hureyra dan daerah sekitarnya yang diperkirakan bagian dari permukiman kunonya.
Disana para arkeolog menemukan banyak reruntuhan rumah-rumah kuno, puing-puing dan benda prasejarah yang terkubur selama ribuan tahun. Diperkirakan terdapat dua desa yang pernah menempati daerah itu dan diberi nama Abu Hureyra 1 dan Abu Hureyra 2. Kedua desa itu telah ada sekitar 4.000 tahun antara 13.000 dan 9.000 tahun yang lalu. Penduduk desa Abu Hureyra 1 diduga berasal dari era Epipaleolitik yang kebanyakan bertahan hidup sebagai perburu-pengumpul. Sedangkan penduduk desa Abu Hureyra 2 berasal dari periode awal Neolitik yang sebagian besar bertahan hidup dengan bercocok tanam. Dua perbedaan cara hidup dari kedua penduduk desa itu membuktikan bahwa masyarakat desa Abu Hureyra pada awalnya hidup dengan cara berburu dan secara bertahap pindah menjadi bercocok tanam. Itulah sebabnya mereka disebut sebagai satu-satunya penduduk tertua yang paling awal mengenal ilmu bercocok tanam.
Berdasarkan rekonstruksi dari bukti arkeolog, desa Abu Hureyra terdiri dari gubuk-gubuk bundar kecil yang diukir di batu teras lembut. Atapnya ditutupi semak belukar dan alang-alang yang ditopang oleh tiang kayu. Ketika penduduk desa masih bertahan hidup sebagai pemburu-pengumpul, setiap gubuk memiliki area bawah tanah yang dapat menyimpan makanan dari hasil berburu, memancing dan mengumpulkan tanaman liar. Ditambah lagi selama musim panas, banyak kijang yang melewati daerah itu untuk migrasi tahunan, yang kemungkinan sering diburu oleh penduduk. Hewan itu kemudian dikuliti dan dagingnya diproses agar dapat disimpan untuk musim dingin, sedangkan untuk tanaman yang dikumpulkan dan disimpan terdiri dari tanaman liar seperti gandum einkorn, gandum emmer, dan gandum hitam. Ketersediaan sejumlah besar makanan dalam waktu singkat menjadi salah satu alasan para penduduk desa memilih untuk menetap secara permanen.
ADVERTISEMENT
Transisi dimulai ketika periode Younger Dryas, periode terdingin dan tercepat yang ditandai dengan kembalinya gletser (sekitar 12.900 dan 11.700 tahun yang lalu). Iklim dingin dan kering itulah yang telah menghancurkan sebagain besar tanaman yang dapat dimakan dan menganggu migrasi kijang dan rusa. Keadaan ini memaksa penduduk desa Abu Hureryra 1 untuk pindah, Selama proses pengasingan itu mereka belajar bercocok tanam. Bukti menunjukkan bahwa sereal pertama yang dibudidayakan adalah gandum hitam.
Ketika iklim menjadi lebih baik, sekitar 11.000 tahun yang lalu penduduk desa kembali lagi ke daerah Abu Hureryra dan menerapkan sistem bertahan hidup dengan bercocok tanam. Para arkeolog menemukan adanya sejumlah besar varietas benih yang dibudidayakan kala itu seperti gandum dan lentil. Bukti lain juga diperkuat oleh penemuan fosil gigi dari manusia yang menduduki daerah itu. Dimana gigi mereka menujukkan kausan mikroskopik konsisten yang berasal dari makanan matang (makanan yang sudah dimasak). Kerangka tubuhnya juga menujukkan adanya cacat kerangka yang disebabkan oleh beban akibat berlutut selama berjam-jam, diduga karena terlalu lama menggiling biji-biji sereal. Penyakit rematik sepertinya turut menjangkit para penduduk karena harus mempersiapkan biji-bijian sebagai persediaan makanan untuk musim dingin. Apalagi teknik pengolahan makanan di masa lalu masih sangat tradisonal sehingga diperlukan waktu beberapa jam penggilingan untuk dapat menghasilkan tepung yang cukup untuk satu kali makan.
Kini peninggalan prasejarah itu telah dipajang di Museum Nasional Aleppo yang terletak di kota Aleppo, Suriah. Museum terbesar di Suriah ini didirikan pada tahun 1931 yang menyimpan banyak koleksi barang-barang peninggalan Zaman Besi serta Periode Islam. Untuk dapat mengunjunginya, Anda tinggal datang ke jantung kota bagian Utara Baron Street yang berdekatan dengan Baron Hotel dan Menara Jam Bab Al-Faraj.
ADVERTISEMENT
Sumber:cambridge.org | britannica.com | amusingplanet.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org