Konten dari Pengguna

Abu Simbel, Kuil yang Berpindah Tempat

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
14 Oktober 2020 21:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Kuil Abu Simbel awalnya terletak di sepanjang sungai Nil, diukir dari batuan pegunungan yang kokoh. Dibuat atas tugas dari Ramses II, Firaun Ketiga dari Dinasti Ke-19 Mesir, yang sering dianggap sebagai Firaun terbesar dan paling kuat dari Kerajaan Baru.
ADVERTISEMENT
Selama masa pemerintahannya, Ramses II membangun banyak kuil di seluruh Mesir dan Nubia, untuk membuat orang-orang Nubia terkesan atas keperkasaan orang Mesir. Yang paling terkenal adalah kuil-kuil di dekat desa modern Abu Simbel.
Lalu pada abad ke-20, pemerintah Mesir merencanakan bendungan baru melintasi Sungai Nil, sekitar 230 km di hulu dari tempat patung kolosal Ramses berdiri. Dengan panjang 4 km dan tinggi 110 meter, Bendungan Tinggi Aswan yang baru akan menjadi bendungan tanggul terbesar di dunia kala itu. Mesir membutuhkannya karena bendungan sebelumnya terbukti tidak mampu mengendalikan banjir tahunan Sungai Nil.
Bendungan baru tidak hanya akan memungkinkan Mesir untuk menjinakkan sungai, tetapi waduk yang dibuat akan membantu mempertahankan lahan pertanian dan orang-orang di wilayah itu selama periode kekeringan. Namun,waduk sepanjang 5.250 km persegi, bernama Lake Nasser itu, akan mengancam keberadaan kuil-kuil di Abu Simbel yang telah berusia 3.300 tahun. Secara historis dan budaya, kuil-kuil itu terlalu penting untuk dibiarkan musnah.
ADVERTISEMENT

Abu Simbel dipindahkan

Wikimedia Commons
Jadi, pada tahun 1959, pemerintah Mesir mendekati UNESCO untuk meminta bantuan. Menyadari keseriusan masalah tersebut, UNESCO memulai upaya penyelamatan internasional kolaboratif pertamanya. Proyek penggalangan dana internasional diluncurkan pada tahun 1960. Untuk mengumpulkan dukungan, Mesir menyelenggarakan pameran perjalanan beberapa benda dari makam Tutankhamun. Pameran "Tutankhamun Treasures" ditampilkan di seluruh Amerika Utara, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Jepang. Uang yang dihasilkan membantu membiayai, tidak hanya proyek Abu Simbel tetapi banyak kampanye UNESCO pada masa depan.
Banyak ide tentang cara menyelamatkan bait suci diusulkan. Dengan berbagai pertimbangan, diputuskanlah untuk memotong batu menjadi potongan-potongan kecil, memindahkannya, dan menyusunnya kembali seperti blok Lego.
Pekerjaan dimulai pada November 1963. Gergaji tangan dan kabel baja digunakan untuk memotong situs tersebut agar saat disatukan kembali tidak terlihat bekas belahannya. Kuil yang besar menghasilkan 807 blok dan yang kecil 235. Setelah dipotong, setiap blok dilapisi pelindung agar tidak retak selama transportasi.
ADVERTISEMENT
Situs baru terletak sekitar 200 meter lebih jauh ke pedalaman dan 65 meter lebih tinggi. Sebelum penyusunan kembali dimulai, sebuah bukit artifisial dibuat menggunakan sekitar 330.000 meter kubik batu, untuk menyerupai bukit berbatu alami di mana kuil-kuil berdiri di situs aslinya. Kemudian blok-blok itu disatukan kembali dengan presisi ekstrem, diamankan satu sama lain dengan bar penguat dan sendi yang diisi dengan bahan buatan. Semua proses pemindahan Kuil Abu Simbel itu selesai pada tahun 1968.
"Penyelesaian proyek yang begitu besar dan kompleks membantu UNESCO menyadari bahwa kami mampu melakukan tiga hal utama," jelas Dr. Mechtild Rössler, direktur dari UNESCO World Heritage Centre and the Heritage Division. "Pertama, menyatukan keahlian terbaik yang ditawarkan dunia. Kedua, mengamankan kerja sama internasional anggotanya. Dan ketiga: memastikan tanggung jawab komunitas internasional untuk menyatukan pendanaan dan dukungan yang akan membantu warisan dunia secara keseluruhan. Kami menyadari bahwa satu negara saja tidak mampu."
ADVERTISEMENT