Konten dari Pengguna

Adze, Mitos Serangga Pengisap Darah yang Membawa Penyakit dan Kematian

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
17 November 2020 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Terkadang adze berubah menjadi Kunang-kunang | Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Terkadang adze berubah menjadi Kunang-kunang | Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Telah sejak lama adze menjadi mitos dalam cerita rakyat yang berkembang di Togo dan Ghana. Saat malam, konon adze akan berubah menjadi nyamuk, kumbang, kunang-kunang, atau sekadar bola cahaya. Mereka akan masuk ke rumah-rumah warga untuk menghisap darah, terutama darah anak-anak.
ADVERTISEMENT
Selama berabad-abad, masyarakat di sana hidup dalam ketakutan terhadap adze. Menurut legenda, tidak ada obat, ramuan, mantra, atau senjata sekalipun, untuk menangkalnya. Tidak ada pula obat untuk mengobati gigitannya. Saat terkena gigitan adze, seseorang akan menjadi "gila" dan hidup dalam ketidaknyamanan.
Pada abad ke-19, setelah misionaris Kristen dari Eropa mendirikan koloni di Afrika Barat, citra adze dibengkokkan. Ia menjadi objek kambing hitam atas segala hal-hal yang kurang menyenangkan. Apabila seseorang menunjukkan penyakit mental, mengalami nasib buruk, kecanduan, masalah pernikahan, atau tidak bisa memiliki anak, maka adze akan dianggap sebagai pelakunya.
Meskipun hanya sedikit yang dapat dilakukan untuk melawan adze, namun beberapa orang percaya bahwa ada cara untuk membunuhnya. Caranya adalah dengan memaksa adze untuk keluar dari bentuk jelmaannya. Dikatakan bahwa bentuk asli adze seperti manusia semu, yang bungkuk dengan cakar dan kulit hitam yang legam. Tetapi, dikatakan juga cara ini sangat sulit untuk dilakukan, karena adze yang telah berubah akan menjadi sangat gesit, sulit ditangkap, dan sangat berbahaya.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, tidak ada catatan sejak kapan mitos adze ini dimulai. Bukti arkeologis hanya menunjukkan bahwa orang-orang di sana memang telah menetap di pantai Afrika Barat, yang sekarang menjadi Ghana dan Togo, sejak sekitar abad ke-13.
Di sisi lain, menurut penjelasan Atlas Obscrura, para sejarawan percaya bahwa adze hanyalah analogi atas peringatan terhadap bahaya malaria dan penyakit yang ditularkan melalui serangga lainnya.