Ainu, Suku Pribumi Hokkaido yang Dipinggirkan oleh Jepang

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
12 Juli 2020 17:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Kelompok Ainu Pada Tahun 1904 | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Kelompok Ainu Pada Tahun 1904 | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Senasib dengan suku Indian dan Aborigin, Ainu juga memiliki sejarah panjang dengan diskriminasi di tanah kelahirannya sendiri. Etnis pribumi yang menetap di Pulau Hokkaido, pulau paling utara di Jepang, ini sering ditindas dan dipinggirkan oleh pemerintah Jepang selama berabad-abad lamanya.
ADVERTISEMENT
Suku ini juga menjalani kehidupan yang sangat sulit sejak lama. Mereka senantiasa terhambat oleh masalah di bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial, akibat kebijakan asimilasi oleh pemerintah Jepang. Dalam hal ini, suku Ainu lama dipaksa untuk melebur dengan orang Jepang kebanyakan (suku Yamato). Pemerintah bahkan mengesahkan undang-undang pada tahun 1899 yang menyatakan bahwa suku Ainu adalah "bekas pribumi". Untuk menghadapinya, banyak orang Ainu sampai menyembunyikan identitas asli mereka. Bahkan, tidak sedikit orang Ainu asli pada saat ini yang tidak menyadari garis keturunan mereka, karena para orang tua dahulu merahasiakannya agar terhindar dari masalah sosial.
Demi bertahan hidup, suku Ainu harus berburu, menangkap ikan, berkebun, dan mengumpulkan bahan makanan di alam liar. Kebanyakan dari mereka tinggal di sepanjang pantai selatan Hokkaido. Namun, ketika Restorasi Meiji dilakukan sekitar 150 tahun yang lalu, orang-orang dari daratan Jepang mulai bermigrasi ke Hokkaido, dan memaksa suku Ainu untuk pergi dari tanah mereka menuju pegunungan yang gersang di tengah pulau.
ADVERTISEMENT
Pindah ke pegunungan membuat mereka beralih ke bidang pertanian. Sebab masalah etnis, mereka juga dipaksa untuk mengubah nama menjadi seperti nama orang Jepang pada umumnya, berbicara bahasa jepang, dan melupakan budaya serta tradisi asal mereka. Alhasil, karena kesulitan beradaptasi, sebagian besar penduduk Ainu terus berada dalam kemiskinan, dan mereka juga kehilangan hak secara politis.
Foto: Pertunjukkan Budaya Ainu di Galeri East-West Center, Hawaii | Flickr/East-West Center
Pada 6 Juni 2008, barulah parlemen Jepang mengesahkan resolusi yang mengakui bahwa suku Ainu adalah "suku pribumi dengan bahasa, kepercayaan, dan kebudayaan yang berbeda" sekaligus membatalkan undang-undang tahun 1899. Lalu, pada April 2019, setelah melakukan musyawarah dan mempertimbangkan pelbagai aspek, akhirnya suku Ainu diakui secara hukum sebagai penduduk asli Jepang oleh pemerintah pusat. Hal tersebut menghasilkan apresiasi yang lebih positif terhadap kebudayaan Ainu dan kebanggaan baru dalam bahasa dan warisan mereka.
ADVERTISEMENT
Saat ini, ada tur khusus bernama Sapporo Pirka Kotan (Pusat Promosi Budaya Ainu) yang mengajak pengunjung untuk lebih mengenal budaya Ainu. Pengunjung akan dibawa untuk melihat penduduk asli, menikmati kerajinan tangan, menonton tarian tradisional, dan membayangkan bagaimana kehidupan Ainu ketika hidup di dalam hutan belantara.
Pemerintah Jepang tampaknya memang sangat berupaya untuk mulai menjaga kebudayaan dan bahasa suku Ainu. Bahkan, Pemerintah Jepang juga berencana untuk memperkenalkan Ainu dalam pagelaran Olimpiade 2020 yang akan diselenggarakan di Jepang, seakan ingin memberitahu dunia bahwa Jepang masih memiliki penduduk asli yang tinggal dan menetap di sana.
Referensi: