Konten dari Pengguna

APD Dokter Wabah Abad Ke-17, Aneh Namun Efektif

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
11 April 2020 9:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi APD dokter wabah abad ke-17 | Foto oleh Kuma Kum di unsplash.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi APD dokter wabah abad ke-17 | Foto oleh Kuma Kum di unsplash.com
ADVERTISEMENT
Mengenakan jubah panjang dan topeng burung yang aneh, para profesional medis hadir laiknya sosoknya misterius di Eropa abad ke-17. Bagaimanapun, fungsi dan tujuannya cukup jelas dan efektif, kendati menarik banyak sorotan dan perhatian.
ADVERTISEMENT
Kostum tersebut memang lazim digunakan oleh para dokter di Eropa, ketika wabah merenggut banyak nyawa manusia. Topeng eksentriknya berfungsi sebagai masker gas yang dirancang untuk melindungi pemakainya dari bau busuk (biasanya bau lingkungan kotor dan tubuh pasien penderita wabah). Dokter pun melengkapi penampilannya dengan topi lebar, mantel panjang, dan tongkat kayu, yang memungkinkan mereka untuk memeriksa pasien tanpa jarak terlalu dekat.
Laporan pertama mengenai APD (Alat Pelindung Diri) semacam itu dituliskan oleh Charles de Lorme, dokter Keluarga Medici dari Republik Firenze (sekarang bagian Italia), pada tahun 1619:
Sementara moncong bengkok pada topeng berisi beberapa zat, termasuk lavender, kapur barus, spons cuka, atau laudanum, yang dianggap dapat menangkal "wabah penyakit" di udara yang buruk.
ADVERTISEMENT
Foto dari commons.wikimedia.org
Meskipun APD pada abad-17 didokumentasikan dengan baik, dalam banyak catatan dan gambar, tidak semua dokter di Eropa pernah memakainya. Misalnya di London, Inggris, di mana beberapa wabah telah merenggut banyak korban, kostum aneh tersebut bahkan hampir tidak pernah dipakai oleh para profesional medis.
"Tidak ada bukti kuat bahwa kostum itu pernah dipakai (di ibukota Inggris)," tulis Matt Brown di HistoryExtra.
Bukti-bukti meyakinkan tentang penggunaan APD antik itu paling banyak dilaporkan dari Italia, dengan beberapa tambahan bukti pendukung dari Prancis dan Jerman.
Sumber: