Konten dari Pengguna

Arrhichion, Atlet yang Menang tetapi Mati saat Bertarung

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
8 September 2020 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertandingan terakhir Arrhichion | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Pertandingan terakhir Arrhichion | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Dalam Olimpiade Yunani Kuno, cabang olahraga pankration, Arrhichion tiga kali menyabet gelar juara. Ia salah satu petarung paling terkenal pada masanya. Setelah sukses tampil garang pada tahun 572 SM (Sebelum Masehi) dan 568 SM, Arrhichion pun menutup kariernya dengan kemenangan pada 564 SM. Akan tetapi, ada yang janggal dalam pertandingan terakhirnya: Kala itu Arrhichion memang menang, namun ia juga mati.
ADVERTISEMENT
Hampir tidak ada aturan berarti dalam pankration. Seperti MMA (Mixed Martial Arts) pada zaman sekarang atau seni bela diri campuran, pankration mengombinasikan tinju dan gulat secara brutal. Demi satu tujuan: Mengalahkan lawan dengan cara apa pun. Petarung boleh memukul, menendang, memelintir anggota badan, dan bahkan mencekik lawan.
Petarung pankration hanya dilarang melakukan dua hal: menggigit atau mencungkil mata lawan. Kontes pun berakhir ketika salah satu petarung mengakui kekalahan atau pingsan. Dengan cara seperti itu, tidak mengherankan banyak atlet Yunani Kuno telah kehilangan nyawanya karena bermain pankration, termasuk Arrhichion.
Pada pertandingan terakhirnya, Arrhichion bertarung sangat gigih. Kendati lawan (yang tidak disebutkan namanya) telah mencengkeram leher Arrhichion secara kuat, dan dengan mantap memberikan tekanan dalam upaya membuat Arrhichion menyerah. Namun, Arrhichion tidak mau menyerah. Ia terus berjuang melepaskan diri.
ADVERTISEMENT
Keadaannya semakin terjepit. Sampai kemudian sang pelatih berteriak kepada Arrhichion:
Epitaf, tulisan singkat pada batu nisan untuk mengenang orang yang dikubur, pun dijanjikan akan bertuliskan: Dia yang tidak pernah dikalahkan di Olympia.
Mendengar kata-kata tersebut, semangat Arrhichion terdongkrak lebih tinggi. Ia merasakan kekuatan tambahan. Tepat saat ia akan pingsan, Arrhichion memberikan tendangan keras pada kaki lawannya, mematahkan pergelangan kakinya, dan memberikan rasa sakit yang begitu parah sehingga lawan terpaksa melepaskan cengkaraman dan menyerah.
Para juri memutuskan lawannya kalah. Arrhichion adalah pemenang sejati. Akan tetapi, Arrhichion sudah tidak bernyawa lagi.
Pertandingan terakhir Arrhichion | Wikimedia Commons
Berdasarkan pemaparan ilmu forensik, dipercaya bahwa Arrhichion telah meninggal karena patah leher dan bukan akibat sesak napas. Alasannya, sebelum seseorang meninggal karena kehilangan oksigen, ia semestinya pingsan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Jika Arrhichion hanya mengalami sesak napas, ia semestinya bisa tersadar kembali setelah berhasil mematahkan pergelangan kaki lawannya. Suplai darah ke otak Arrhichion akan pulih tak lama kemudian.
Kematian Arrhichion, menurut sejarawan modern, pasti terjadi seketika, dan ini hanya mungkin terjadi jika lehernya patah. Adapun teori lain menyatakan bahwa Arrichion telah meninggal karena serangan jantung.