Konten dari Pengguna

Belajar Jadi Negara Bersih ala Singapura

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
11 Juni 2021 9:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Singapura menjadi "oasis dunia pertama di kawasan dunia ketiga" dan menyabet salah satu penghargaan sebagai negara terbersih di dunia.
Gang atau jalan kecil di Singapura tampak bersih dan rapi | Unsplash/Bna Ignacio
zoom-in-whitePerbesar
Gang atau jalan kecil di Singapura tampak bersih dan rapi | Unsplash/Bna Ignacio
Setelah berpisah dari Malaysia pada tahun 1965, Singapura, yang dipimpin oleh perdana menteri saat itu Lee Kuan Yew, memiliki ambisi yang tinggi untuk menjadi "oasis dunia pertama di kawasan dunia ketiga".
ADVERTISEMENT
Demikian dia menyebutnya. Sebagai negara kota yang baru merdeka, yang ingin menarik investasi asing, Lee Kuan Yew percaya, dengan benar, bahwa hal-hal ini akan membedakan Singapura dari negara-negara lain di Asia Tenggara.
Dan instingnya benar. Singapura menjadi "oasis dunia pertama di kawasan dunia ketiga" dan menyabet salah satu penghargaan sebagai negara terbersih di dunia.
Fakta itu jadi menarik, karena warga Singapura sendiri cenderung dengan rendah hati mengabaikan anggapan bahwa negara mereka sangat bersih. Para pemimpinnya, menurut BBC Travel, telah melakukan segala yang mereka bisa untuk mendapatkan dan mempertahankan citra publik yang murni.
Sungai Singapura | Wikimedia Commons/William Cho (CC)
Donald Low, seorang akademisi dan sarjana kebijakan publik Singapura, menyebut reputasi bersih Singapura adalah sesuatu yang secara sadar ingin dipromosikan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Semula kebersihan itu setidaknya memiliki dua konotasi. Pertama kebersihan fisik atau lingkungan; dan kedua adalah pemerintahan yang bersih dan masyarakat yang tidak menoleransi korupsi.
Tapi kebersihan lebih dari sekedar estetika ideal di sini. Di negara kota kecil ini, dengan usia hanya di bawah 56 tahun pasca-kemerdekaan, kebersihan telah identik dengan kemajuan sosial yang besar. Kebersihan juga berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dan, yang terbaru, pengendalian pandemi virus korona yang terkoordinasi.
Temple Street di Singapura | Wikimedia Commons/Bahnfrend (CC)
Dalam istilah praktis, mencapai kebersihan berarti mengembangkan sistem pembuangan limbah yang berkualitas. Menciptakan program untuk memerangi demam berdarah dan penyakit. Memastikan pembersihan Sungai Singapura yang sangat tercemar selama satu dekade. Menanam pohon di seluruh pulau. Dan transisi dari pedagang makanan jalanan, yang dulu ada di mana-mana, menjadi pedagang kaki lima yang terpusat.
ADVERTISEMENT
Ini juga berarti memberlakukan banyak kampanye kebersihan publik secara nasional, yang mengimbau warga Singapura untuk melakukan bagian mereka.
"Menjaga kebersihan komunitas membutuhkan orang-orang yang sadar akan tanggung jawab mereka," kata Lee Kuan Yew pada peresmian Keep Singapore Clean pada 1968, sebuah prakarsa anti-membuang sampah sembarangan tahunan.
Pidato Lee Kuan Yew berusaha membangkitkan rasa kebanggaan nasional baru di antara orang Singapura. Menarik semangat kolektivis, komunitarian yang dia anggap penting untuk mencapai tujuan bangsa.
Walhasil, ketika kondisi lingkungan negara kota itu membaik, begitu pula daya tarik Singapura bagi investor asing dan turis. Periode panjang pertumbuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya pun dimulai dari sana.
Saat ini, Singapura secara teratur menduduki peringkat teratas dalam jajak pendapat yang memeringkat kondisi sosial, seperti keamanan pribadi dan kualitas hidup, di antara kota-kota global. Sementara ekonomi pasar bebasnya yang sangat berkembang menempati peringkat sebagai salah satu yang paling kompetitif di planet ini. [*]
ADVERTISEMENT