Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Busana Mewah nan Abadi dari Rumah Kimono Jepang Berusia 466 Tahun
15 Februari 2021 20:20 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika Yozaemon Chikiriya membangun bisnis garmennya pada tahun 1555, Chiso, di Kyoto, pelanggan utamanya adalah para biksu yang membutuhkan jubah klerus yang bagus. Lebih dari empat abad kemudian, jubah berpotongan rumit ini didambakan sebagai pakaian mewah.
ADVERTISEMENT
Chiso — setelah bertahan melalui ekonomi yang menyusut, tren yang bergeser, perang, dan banyak lagi— telah menemukan dirinya di antara rumah kimono pesanan Jepang yang tersisa. Masih dijalankan oleh keturunan klan Chikiriya, ia berhasil bertahan dengan tetap menghormati tradisi dan menghindari model bisnis fast fashion yang mengutamakan volume dan keuntungan daripada kualitas.
Proses pembuatan kimono Chiso sangat melelahkan sehingga perusahaan hanya membuat sekitar 25 kimono saja per tahun. Pakaian biasa membutuhkan waktu tiga bulan untuk diproduksi, dan pesanan khusus dapat memerlukan waktu lebih dari satu tahun untuk merealisasikannya. Setiap kimono membutuhkan teknik khusus termasuk mewarnai, mengukus, membilas, dan menjahit. Chiso mempekerjakan lebih dari 600 pengrajin, beberapa di antaranya termasuk yang terakhir terlatih dalam metode mereka.
ADVERTISEMENT
Chiso hanyalah salah satu dari banyak bisnis keluarga multigenerasi di Jepang yang telah bertahan dengan beradaptasi sambil berpegang pada prinsip mereka. Keputusan bisnis secara konsisten dipandu oleh nilai inti perusahaan, bi hitosuji atau "tidak lain adalah keindahan".
Bagaimanapun keuangan masihlah harus tetap stabil. Pada awal era Meiji (1868-1912), ketika kebijakan negara anti-Buddha, menyebabkan penghancuran luas kuil dan relik serta pemecatan biksu, keluarga ini harus mencari pelanggan baru.
Bertekad untuk terus menciptakan tekstil berseni, Chiso pun berfokus pada pembuatan pakaian untuk bangsawan dan anggota istana kekaisaran, sambil secara bertahap membangun klien asing yang kaya. Banyak pelanggan lama, yang menjadi bagian dari keluarga, yang telah membeli kimono Chiso selama beberapa generasi.
ADVERTISEMENT
Sebagian pakaian yang dipajang di studio begitu menonjol, hal itu karena Chiso menjadi rumah kimono pertama yang bekerja dengan seniman terkenal. Dimulai pada tahun 1870-an, secara khusus, Chiso mempekerjakan seniman yang berspesialisasi dalam nihonga, gaya lukisan Jepang klasik yang mengutamakan bahan-bahan alami, dari pigmen organik hingga kanvas yang terbuat dari kayu, kertas, sutra, dan rami. Ditugaskan untuk membuat pola yang kemudian diterjemahkan ke dalam kain taktil, para pelukis ini memvisualisasikan motif grafis modern, seperti baju besi samurai yang menggugah dan sungai yang mengalir menghipnotis.
Saat ini, kimono Chiso memamerkan tujuh teknik khusus, termasuk sulaman, stensil daun emas, dan pewarnaan yūzen, yang menggunakan pasta beras sebagai penghalang warna. Kamachi Yutaka, salah satu pengrajin Chiso, mengembangkan teknik tahan pasta pada tahun 1990-an, sebagai metode pewarna yang efisien — dan putranya terus menyempurnakannya.
ADVERTISEMENT
Walaupun pasar kimono sedang menyusut, Chiso masih memiliki keyakinan bahwa masih ada tempat untuk daya tarik abadi dari kerajinan Chiso.