Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cerita 300 Sparta, Pertempuran Thermopylae, dan Misi Bunuh Diri
16 September 2020 21:59 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tahun 480 SM, Persia menginvasi Yunani. Pasukan Persia yang saat itu dipimpin Kaisar Xerxes telah menaklukan kota demi kota dan terus meluncur ke selatan untuk menguasai kawasan Yunani lainnya. Saat mendekati Thermopylae, Pasukan Persia terhenti. Mereka melihat sebuah jalur sempit yang telah dipenuhi pasukan Yunani, yang dipimpin oleh Raja Leonidas.
ADVERTISEMENT
Walaupun Jumlah Pasukan Yunani hanya sekitar 7000 orang, dengan 300 Sparta sebagai intinya, Persia tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan mudah. Ruang sempit membuat Persia tidak dapat menggunakan jumlah mereka yang besar untuk menghancurkan Yunani.
Demi memusnahkan Yunani, pasukan Xerxes bahkan harus langsung berbentrokan secara brutal dengan lawan dari jarak dekat. Dengan kata lain, mereka dipaksa mengikuti cara bertempur Yunani. Lebih buruk lagi, banyaknya pasukan Persia di ruang terbatas ini membuat mereka berisiko saling melukai satu sama lain.
Untuk melanjutkan invasi ke selatan, Xerxes pun harus mengambil jalan pintas. Sayangnya, waktu tidak berpihak padanya. Saat itu akhir musim panas, sehingga invasi harus diselesaikan sejauh mungkin sebelum musim dingin datang, agar tidak menghadapi masalah pasokan. Tidak ada pilihan selain berusaha mengalahkan Pasukan Yunani dan tetap melewati jalur sempit Thermopylae.
ADVERTISEMENT
Menyerah untuk pulang
Selama dua hari, Xerxes mengirim pasukan demi pasukan untuk menghadapi lawan secara bergilir. Namun, Pasukan Yunani tidak berhasil ditumbangkan.
Sampai kemudian Xerxes mengetahui ada jalan setapak yang melewati perbukitan dan satu jalur khusus yang mengarah ke belakang garis pertahanan Yunani. Xerxes pun mengirimkan korps elitnya yang terdiri dari 10.000 "dewa" untuk bersiap mengepung orang Yunani dari belakang.
Ketika Leonidas mengetahui tentang pengepungan pada hari ketiga, dia mengadakan pertemuan. Mereka masih memiliki waktu untuk mundur, tetapi Leonidas dan yang tersisa dari 300 Spartanya bersikeras untuk tetap tinggal. Sementara, sisa pasukan Yunani lainnya memilih untuk pergi.
Leonidas tahu bahwa keputusan tersebut berarti misi bunuh diri untuknya dan untuk pasukannya, yang bertahan sampai akhir dalam pertempuran. Namun, memang itu tujuan utamanya: mereka berperang untuk mati, bukan demi kemenangan. Tujuan Leonidas dan sisa pasukannya adalah harus menahan Persia dan mengulur waktu bagi pasukan Yunni yang mundur agar selamat.
Thermopylae adalah kekalahan Yunani. Pada akhirnya Persia mampu melanjutkan misinya untuk menduduki Yunani tengah.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, terlepas dari kekalahan, Pertempuran Thermopylae membuktikan bahwa mesin perang Persia bisa dihentikan. Pertempuran ini sukses menguji strategi Yunani dalam menggunakan ruang terbatas untuk menetralkan ketidakseimbangan jumlah pasukan.