Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Cerita Persahabatan Tentara AS dan Uni Soviet di Medan Perang
3 Juni 2020 11:01 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Tanggal 25 April 1945 akan senantiasa dikenang sebagai momen istimewa dalam Perang Dunia Kedua. Pada tanggal tersebut, pasukan AS (Amerika Serikat) yang bergerak maju dari arah barat, dan Tentara Merah Uni Soviet (Rusia saat ini) yang bergerak maju dari arah timur, bertemu satu sama lain di Sungai Elbe, di dekat Kota Torgau (100 km dari selatan Berlin), untuk sama-sama menghancurkan sisa-sisa Reich Ketiga (Nazi Jerman).
ADVERTISEMENT
Tentu langka terjadi, apalagi saat masa peperangan, mereka berjabat tangan, bertukar souvenir, dan berfoto bersama. Peristiwa itu pun dikenal sebagai Hari Elbe.
Selama bertahun-tahun lamanya, pasukan Soviet telah mendorong mundur Nazi di sepanjang Front Timur. Sementara itu, pasukan AS dan Inggris juga membuka front kedua di Eropa dengan melakukan invasi di Normandia dan mulai membebaskan Eropa dari cengkeraman pasukan Adolf Hitler dari sisi Barat. Pada 25 April 1945, mereka pun bertemu satu sama lain. Pertemuan yang menandakan bahwa perang akan segera berakhir.
Sebenarnya, pasukan AS telah tiba pertama kali di Elbe, beberapa minggu sebelum Soviet. Tetapi, sebab komando Sekutu telah membatalkan rencana untuk menyerang ibukota Jerman, Amerika Serikat tidak menyeberangi sungai dan menunggu pasukan Soviet.
ADVERTISEMENT
Pertemuan keduanya diawali di sebuah jembatan yang hancur di Kota Torgau. Saat itu, patroli AS di bawah Letnan 2 William Robertson bertemu dengan patroli Soviet yang dipimpin oleh Letnan Alexander Silvashko. Awalnya, pasukan Soviet mengira bahwa pasukan AS adalah pasukan Jerman. Namun, dengan cepat mereka segera menyadari bahwa itu adalah sekutu.
“Saat mereka mengenali kami, kami tahu bahwa semua adalah teman,” kenang Kopral James J. McDonnell. “Kami tidak bisa berbicara bahasa Rusia, mereka pun tidak bisa berbicara bahasa Inggris, namun pelukan dan jabat tangan telah mengatakan itu semua,” tambahnya.
Mereka kemudian mengabadikan momen tersebut dengan berfoto dan saling menyapa satu sama lain berlatarkan bendera AS dan Uni Soviet, ditambah dengan sebuah poster bertuliskan “Timur bertemu Barat”. Para prajurit lain juga saling bergembira satu sama lain. Seakan tidak percaya bahwa perang sudah selesai dan dimenangkan, mereka saling berpelukan, bertukar barang, seragam, dan senjata.
Kembali ke keadaan normal, setelah perang usai, hubungan antara AS dan Uni Soviet kembali memburuk saat Perang Dingin. Namun, Elbe Day tetap menjadi simbol persatuan yang kuat antara Timur dan Barat, mengingatkan orang-orang bahwa musuh yang paling sengit sekalipun mampu berdamai dan bersahabat.
ADVERTISEMENT
Di samping ketegangan antara dua negara dalam Perang Dingin, Robertson dan Silvashko tetap berteman baik selama sisa hidup mereka.