Desa Dogon di Tebing Bandiagara

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
6 Juli 2018 16:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Situs di Bandiagara dianggap sebagai salah satu fitur paling mengesankan di wilayah Afrika Barat.
Diperkirakan sejak abad ke-15, pemukiman di Tebing Bandiagara telah menjadi rumah bagi kelompok etnis Dogon. Mereka sebelumnya berasal dari sekitar Burkina Faso dan Ghana (saat ini), bermigrasi lantaran tempat asalnya sering diserbu suku-suku beragama Islam.
ADVERTISEMENT
Ketika Suku Dogon sampai di Bandiagara, area tebing sudah dihuni oleh 'orang-orang merah kecil' dari Suku Tellem. Adalah orang-orang Tellem yang juga terlebih dahulu membangun tempat tinggal di sekitar pangkal tebing yang curam dan memahat gua-gua di atas tebing.
Lokasi yang tampaknya mustahil untuk diakses itu, membuat Suku Dogon percaya bahwa Suku Tellem dapat terbang. Kedua suku ini awalnya saling berbagi wilayah, tetapi secara bertahan orang-orang Tellem menghilang (diperkirakan berasimilasi dengan budaya Dogon atau bermigrasi ke sekitar Burkina Faso).
Eksistensi Suku Dogon, baru diketahui oleh dunia barat pada awal 1930-an. Ketika seorang antropolog muda Prancis, Marcel Griaule, meneliti seluruh Afrika Barat selama 15 tahun.
Tebing Bandiagara diklaim UNESCO sebagai warisan dunia, karena keindahan fitur geologis, arkeologis, dan kekayaan etnologinya. Terletak di Mali bagian tengah, wisatawan mesti menempuh jarak sekitar 90 kilometer dari Kota Mopti untuk dapat sampai di Desa Dogon.
ADVERTISEMENT