Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Konten dari Pengguna
Dua Orang Buta Huruf Pemalsu Barang Antik
16 Oktober 2019 6:08 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
![Foto: commons.wikimedia.org](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1571180660/mpgyvmgbjtbu27zwvais.jpg)
ADVERTISEMENT
Pasar barang antik di Kota London, Inggris, pernah dibanjiri banyak artefak peninggalan abad pertengahan. Tak diketahui dari mana asal barang-barang tersebut sehingga ada keraguan mengenai keasliannya. Meski demikian, secara umum publik menganggapnya sebagai barang asli yang memang berasal dari era kuno.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, akhirnya diketahui bahwa sejumah barang ternyata palsu. Salah satu kasus pemalsuan barang antik yang pernah ada bahkan melibatkan orang buta huruf sebagai pelakunya.
Kasus itu dikenal sebagai Pemalsuan Shadwell. Awalnya, dua orang bernama William Smith dan Charles Eaton sedang menjelajahi tepi Sungai Thames untuk mencari barang berharga yang bisa mereka jual. Namun alih-alih terus melakukan pencarian, keduanya kemudian justru punya ide untuk membuat sendiri barang antik palsu.
Smith dan Eaton mulai memproduksi barang antik palsu pada tahun 1857. Menggunakan alat bantu berupa cetakan, keduanya membuat barang-barang dari material timah yang mereka klaim berasal dari Abad Pertengahan. Metode yang mereka digunakan dalam memproduksi barang palsu sebetulnya termasuk kuno, tulisan-tulisan yang dicantumkan pada barang juga dibuat secara asal karena Smith dan Eaton sama-sama buta huruf. Untuk membuat barang palsu ciptaannya terlihat antik, Smith dan Eaton menggunakan zat asam dan lumpur.
ADVERTISEMENT
Aksi Smith dan Eaton akhirnya diketahui oleh orang-orang. Konyolnya, kejahatan mereka ini ketahuan karena kesalahan mereka sendiri akibat ketidakmampuan mereka dalam baca-tulis. Smith dan Eaton mencantumkan keterangan waktu dibuatnya barang dengan meniru angka Arab. Mereka memberi keterangan waktu bahwa barangnya dibuat antara abad ke-11 hingga 16, padahal angka Arab baru mulai dipakai di Eropa pada abad ke-15.
Kekonyolan tidak berhenti pada Smith dan Eaton saja. Barang palsu buatan keduanya ternyata mampu menipu para pakar saat itu. Seorang pakar dari British Archaeological Assocation bernama Charles Roach Smith bahkan yakin itu adalah barang asli karena bentuknya yang kasar yang tidak rapi. Padahal, bentuk barang yang tidak keruan itu disebabkan oleh cara kerja Smith dan Eaton yang memang buruk.
ADVERTISEMENT
Pada 1858, barulah kecurigaan atas keaslian barang-barang antik yang ada di pasaran dipaparkan ke publik. Sekretaris British Archaelogical Assocation, Henry Syer Cuming, dalam ceramahnya secara terang-terangan mengecam beredarnya barang-barang antik palsu.
Selain Cuming, orang yang juga menaruh curiga adalah seorang politikus bernama Charles Reed. Ia kemudian mendatangi dan menyelidiki sendiri tempat bernama Shadwell Dock di mana Smith dan Eaton mengaku menemukan benda-benda antik.
Smith mengaku mendapatkan barang antik di Shadwell Dock dengan menyelinap ke sebuah situs peninggalan jaman kuno setelah menyogok petugas penjaga. Namun, saat Reed pergi ke sana ternyata keadannya berbeda jauh dengan apa yang dikatakan Smith. Tak ada satupun orang yang bisa membantu menemukan barang antik.
Reed hanya bertemu dengan seorang pemulung yang kemudian memberikan informasi bahwa Smith dan Eaton adalah pembuat barang antik palsu. Reed kemudian membayar pemulung tersebut untuk pergi ke tempat Smith dan Eaton bekerja dan mencuri cetakan barangnya. Dari sini kemudian kejatan Smith dan Eaton tertungkap melalui barang bukti berupa cetakan barang antik palsu.
ADVERTISEMENT
Sumber: discovery.nationalarchives.gov.uk | amusingplanet.com