Freikörperkultur dan Alasan Orang Jerman Suka Telanjang di Depan Umum

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
14 Desember 2020 6:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tempat publik di Jerman | Pixabay/Manuel Alvarez
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tempat publik di Jerman | Pixabay/Manuel Alvarez
ADVERTISEMENT
Freikörperkultur atau "budaya tubuh bebas" telah sejak lama terkait erat dengan kehidupan rakyat di Republik Demokratis Jerman (Jerman Timur). Sementara itu, nudisme, gerakan kultural dan politik yang mempraktikkan, menganjurkan, dan mempertahankan pergaulan telanjang, juga bukanlah tradisi baru di Jerman. Praktik publik ini sudah ada sejak akhir abad ke-19.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, FKK (yang seiring waktu diganti oleh istilah nudisme) sebetulnya tidak banya sekadar melepas pakaian. Tingkah laku ini mencakup gerakan Jerman yang lebih luas, dengan semangat yang berbeda-beda. Pada dasarnya, menelanjangi esensi manusia di dunia yang alami merupakan sebuah tindakan pertolongan dan perlawanan secara historis.
“Nudisme telah memiliki tradisi panjang di Jerman,” kata Arnd Bauerkämper, profesor sejarah modern di Universitas Freie, di Berlin.
Setidaknya tradisi itu mencapai popularitasnya pada pergantian abad ke-20, ketika Lebensreform (reformasi kehidupan), sebuah filosofi yang menganjurkan makanan organik, pembebasan seksual, pengobatan alternatif, dan hidup sederhana lebih dekat dengan alam, sedang mengudara.
Selain itu, bagi orang Jerman, yang saat itu tinggal di wilayah komunis Jerman Timur, di mana perjalanan, kebebasan pribadi, dan penjualan barang-barang konsumsi, dibatasi, FKK seakan menjadi cara untuk melepaskan ketegangan, dengan memberikan sedikit "gerakan kebebasan" dan keleluasaan.
ADVERTISEMENT
“Nudisme adalah bagian dari gerakan yang lebih luas ini, yang diarahkan untuk melawan modernitas industri, melawan masyarakat baru yang muncul pada akhir abad ke-19,” lanjut Bauerkämper.

Tak sepopuler dahulu

Foto: Wikimedia Commons
Kini, budaya FKK telah menurun. Pada 1970-an dan 1980-an, ratusan ribu nudis kerap memadati bumi perkemahan, pantai, dan taman. Pada 2019, The Deutscher Verband für Freikörperkultur hanya mencatat lebih dari 30.000 anggota terdaftar. Kebanyakan di antara mereka pun telah berusia 50-an dan 60-an, yang menandakan minimnya anggota baru dengan usia lebih muda.
Meski demikian, FKK masih meninggalkan kesan kuat dalam budaya Jerman, khususnya di wilayah bekas Jerman Timur. Tradisi lama ini telah mewariskan toleransi yang meluas di seluruh negeri untuk ruang bebas pakaian dan ketelanjangan umum sebagai bentuk kebugaran. Dalam banyak hal, warisan FKK memberi para pelancong wawasan tentang nilai-nilai yang masih menyatukan banyak orang Jerman Timur.
ADVERTISEMENT
Bahkan, bagi Sylva Sternkopf, yang tumbuh di wilayah pantai dengan tradisi FKK di Jerman Timur, budaya tubuh bebas telah mencerminkan dan menanamkan nilai-nilai tertentu yang ia wariskan kepada anak-anaknya kemudian, khususnya tentang keterbukaan terhadap tubuh mereka sendiri.
“Saya pikir ini masih sangat mengakar dalam generasi saya di Jerman Timur,” kata Sternkopf. "Saya juga mencoba memberikan (pemahaman) ini kepada anak-anak saya, untuk membesarkan mereka dengan cara terbuka terhadap tubuh mereka sendiri, tidak malu menjadi diri sendiri, dan telanjang."
Menurut Sternkopf, melihat tubuh telanjang dengan cara nonseksual juga membantu orang belajar melihat orang lain di luar penampilan luar mereka. Dengan memamerkan semuanya, akan lebih mudah untuk melihat manusia tidak hanya berdasarkan tubuhnya, tetapi juga sebagai individu.
ADVERTISEMENT
"Jika Anda terbiasa melihat orang telanjang, Anda tidak terlalu memikirkan penampilan," paparnya. “Saya pikir ini adalah sesuatu yang lebih tersebar luas di Jerman Timur secara umum: kami mencoba menilai orang bukan karena penampilan luarnya, tetapi kami selalu mencoba untuk melihat ke dalam.”
Acuan: