Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Haneda Ōtorii, Gerbang Terkutuk ke Alam Suci
15 November 2020 17:23 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kuil Anamori Inari dibangun pada tahun 1804. Subjek utama dari kuil ini adalah Toyoukebime, Dewi Pertanian, yang disinkretisasi dengan Inari Ōkami (Dewa Kesuburan). Setelah sumber mata air panas ditemukan tepat di depannya, kuil pun menjadi sangat populer dari akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
ADVERTISEMENT
Awalnya Kuil Anamori Inari berdiri di bagian barat. Lantas ia dipindahkan, karena tempatnya yang dahulu dijadikan Bandara Haneda. Akan tetapi, ada satu bagian dari kuil yang tidak dipindahkan hingga sekarang; dan ini adalah bagian paling menarik yang berkaitan dengan hal mistis.
Gerbang terkutuk
Selama pendudukan sekutu di Jepang, setelah Perang Dunia II, Jenderal Douglas MacArthur mengambil alih kendali Lapangan Udara Haneda, yang dibangun pada tahun 1931. MacArthur mengubahnya menjadi Pangkalan Udara Tentara (di) Haneda, tetapi pangkalan itu terlalu kecil untuk militer Amerika Serikat. Maka dia memperluas pangkalan udara; dan memaksa ribuan orang yang tinggal di daerah barat pangkalan untuk mengosongkan rumah mereka dalam waktu 48 jam.
Pekerjaan konstruksi perluasan pangkalan udara lalu dimulai pada November 1945 dan selesai pada Juni 1946. Kuil Anamori Inari dipindahkan ke tempat di mana kuil itu berdiri sekarang, tetapi torii merahnya, yang dibangun sekitar 1920-1930-an, tetap berada di tepi pangkalan udara.
ADVERTISEMENT
Dalam istilah arsitektur tradisional Jepang, torii adalah gerbang lengkung pintu masuk Kuil Shinto. Secara simbolis gerbang ini mewakili portal munuju ke alam suci para dewa.
Menurut buku sejarah yang diterbitkan Keikyu Group, ketika para pekerja berusaha untuk menurunkan torii Anamori Inari, tali yang menopangnya putus sehingga melukai para pekerja. Pembongkaran pun dibatalkan untuk sementara. Segera setelah pekerjaan dilanjutkan, direktur konstruksi tiba-tiba meninggal karena sakit.
Para pekerja Jepang jadi merasa ngeri akan kecelakaan dan kematian yang berurutan itu, karena mereka percaya bahwa struktur itu sakral. Akhirnya, atas dasar keyakinan akan kutukan, pemindahan torii merah dibatalkan.
Teori lain mengatakan bahwa torii itu sebenarnya sengaja ditinggalkan di sana oleh para pekerja Jepang. Mereka menggunakannya sebagai simbol pembangkangan. Mereka tak senang karena banyak penduduk yang telah diusir dari daerah tersebut dan dipekerjakan secara paksa.
ADVERTISEMENT
Selama tahun 1990-an, perluasan Bandara Haneda direncanakan kembali dan torii merah akan dihapus dari situs tersebut. Namun, sebagaimana dilansir oleh Atlas Obscura, pada tahun 1999 diputuskan bahwa torii tersebut hanya boleh direlokasi, bukan dibongkar.
Pekerjaan relokasi berlangsung pada hari yang cerah, tetapi seolah-olah “kutukan” berlanjut, tiba-tiba angin bertiup dan mulai turun hujan. Setelah dua hari pekerjaan. Butuh waktu sampai dua hari sampai akhirnya torii merah dipindahkan ke Tenkūbashi, di ujung terjauh daerah Haneda.