Industri Kulit Tradisional Kota Fez

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
9 Desember 2018 19:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: Wikimedia Commons
Didirikan pada abad ke-8, Fez--kota terbesar ketiga di Maroko--memiliki karakter tradisional yang masih dijaga sangat baik hingga sekarang. Khususnya di lokasi penyamakan kulit The Souq, di mana industri tersebut telah berjalan hampir seribu tahun.
ADVERTISEMENT
Setiap hari, banyak pria akan bekerja di bawah terik matahari untuk memproses kulit sapi, domba, kambing, dan unta. Guna melunakkan kulit, mereka menggunakan campuran rendaman air kencing sapi, kapur, air, dan garam.
Untuk melembutkan kulit, mereka memanfaatkan campuran rendaman air dan kotoran merpati. Sementara demi meraih warna natural, mereka merendamnya dalam pewarna vegetasi alami, layaknya bunga poppy (merah), nila (biru), kayu cedar (coklat), daun mint (hijau), dan kuma-kuma (kuning).
Kemudian, masih di Kota Fez, kulit-kulit itu akan diubah menjadi produk berkualitas tinggi, seperti tas, mantel, sepatu, dan sandal. Semuanya dilakukan secara manual, tanpa perlu mesin modern, dan metode tersebut hampir tidak berubah sejak abad pertengahan.
Sebagian dari bahan kulit tersebut juga dijual kepada pengrajin lain yang tersebar di kota lain di Maroko; banyak pula yang diekspor ke pasar Eropa.
ADVERTISEMENT
Sumber: atlasobscura.com | lonelyplanet.com