Jejak Wabah Mematikan di Eropa pada Abad Ke-14

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2019 19:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Sejarah peradaban umat manusia mencatat adanya masa-masa di mana wabah menyakit memakan banyak korban jiwa. Salah satunya terjadi pada abad ke-14 saat wabah bubonic merebak di Eropa.
ADVERTISEMENT
Wabah bubonic disebabkan oleh bakteri bernama Yersinia pestis yang terbawa oleh kapal dari Laut Hitam yang merapat di Italia. Saat kapal-kapal itu tiba, sebagian besar pelaut bahkan sudah mati sementara mereka yang masih hidup tubuhnya dipenuhi oleh bisul hitam yang disertai darah dan nanah.
Akibat wabah bubonic, sebanyak 20 juta orang mati dalam waktu hanya lima tahun. Angka itu adalah sepertiga dari populasi Eropa saat itu.
Beabad-abad kemudian, para peneliti tergelitik untuk mencari tahu dari mana bakteri penyebab wabah itu berasal. Para peneliti melakukan rekonstruksi atas genom bakteri yang diekstrasi dari 34 sisa-sisa jasad yang ditemukan di situs pemakaman di Inggris, Prancis, Jerman, Swiss, dan Rusia.
Hasil pengambilan sampel genom bakteri menunjukkan bahwa tidak ada keragaman genomik dan nenek moyang bakterinya ternyata berasal dari Rusia.
ADVERTISEMENT
Bakteri yersinia pestis menyebar melalui udara serta gigitan kutu dan tikus. Orang yang terpapar akan mengalami gejala seperti demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit kelenjar getah bening. Seandainya bakteri itu menyerang orang saat ini, maka antibiotik akan mengobatinya dengan mudah, namun pada jaman dulu tidak ada orang yang tahu penyebab serta cara mengobatinya sehingga jatuhnya korban pun tidak terhindarkan.
Bakteri ini ternyata masih ada sampai sekarang. Dalam beberapa tahun terakhir, keberadan bakteri tersebut diketahui ada di pelosok China dan Mongolia setelah ada pendudukan yang memakan marmut mentah. Sementara itu di Madagaskar, bakteri ini membunuh belasan orang.
Sumber: health.harvard.edu | iflscience.com