Karamnya Kapal Batavia dan Kisah Pemberontakkan Paling Berdarah

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
17 Maret 2020 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: replika Kapal Batavia | commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: replika Kapal Batavia | commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Kepulauan Abrolhos terletak di paling timur Australia dan terbagi menjadi dua pulau yang berbeda. Kedua pulau tersebut bernama Pulau Wallabi Timur dan Pulau Wallabi Barat yang kemudian disatukan menjadi satu kelompok pulau yang bernama Wallabi. Pulau tersebut terkenal dengan karang-karangnya yang besar. Pulau-pulau tersebut kemudian menjadi saksi bisu atas karamnya sebuah kapal dan terjadinya pemberontakkan paling bersejarah bagi Belanda.
ADVERTISEMENT
Awal kisahnya bermula pada malam 4 Juni 1629, saat itu sebuah kapal besar milik Belanda yang bernama Batavia dengan awak sebanyak 332 orang, tak disangka karam di dekat kepulauan Wallabi dan hancur. Empat puluh orang tenggelam dan sisanya berhasil menyelamatkan diri dengan berenang menuju Pulau Beacon yang tidak jauh dari Wallabi. Di antara mereka yang selamat adalah Jerominus Cornelisz, seorang antagonis dan tersangka utama atas terjadinya pemberontakkan.
Pulau Beacon sendiri termasuk pulau yang tidak memiliki air tawar. Akibat persediaan yang semakin menipis, komandan kapal yang bernama Pelsaert dan Kapten Ariaen Jacobsz membawa sekitar 40 orang untuk ikut bersama mereka menuju utara dalam pelayaran penuh bahaya ke kota Batavia (sekarang Jakarta). Mereka bermaksud untuk melaporkan peristiwa yang menimpa mereka dan meminta bantuan. Perjalanan dari Pulau Beacon ke Batavia sendiri memakan waktu 33 hari.
ADVERTISEMENT
Saat komandan dan kapten kapal sudah pergi ke Batavia, Cornelisz yang sebelumnya gagal saat ingin memulai pemberontakkan karena Batavia sudah hancur duluan, kini Ia menyusun strategi baru bersama beberapa orang untuk membajak kapal bantuan yang nanti akan datang dan pergi bersama beberapa kekayaan Batavia yang masih tersisa. Untuk mensiasati rencananya ini, Cornelisz harus menyingkirkan orang-orang yang akan menjadi beban mereka saat pemberontakkan akan dilakukan nanti.
Di antara mereka yang selamat adalah Wiebbe Hayes. Ia adalah seorang prajurit biasa, namun kepemimpinan dan keberaniannya membuat Ia dihormati rekan-rekan yang mendukungnya. Cornelisz melihat Hayes sebagai masalahnya dan ingin menyingkirkannya. Maka, Ia menyuruh Hayes untuk mencari air segar di dua pulau besar, yaitu Wallabi Barat dan Timur. Cornelisz berasumsi bahwa air bersih tidak akan ada di dua pulau tersebut dan membiarkan mereka mati kehausan di sana.
ADVERTISEMENT
Tak disangka, Hayes menemukan apa yang mereka cari di dua pulau tersebut. Namun, saat ingin kembali untuk memberitahukan berita menggembirakan tersebut, beberapa orang datang setelah melarikan diri dan melaporkan apa yang terjadi di Pulau Beacon. Cornelisz sudah memulai pembantaian di sana dan Hayes pun akhirnya mengetahui maksud dan tujuan Cornelisz.
Hayes kemudian merancang senjata darurat dari puing-puing Batavia dan mendirikan benteng kecil dari batu kapur dan balok-balok koral, dan menimbun batu-batu berat dan tajam di dalam agar bisa mereka lempar ke arah penyerang seandainya mereka diserang. Tak lama, Cornelisz benar-benar menyerang pulau tersebut, namun prajurit bawahan Hayes berhasil menahan serangan Cornelisz dan menyanderanya. Saat itu, kebetulan kapal Pelsaert tiba dan Hayes memperingati mereka semua terhadap apa yang telah terjadi.
ADVERTISEMENT
Mengetahui hal ini, Pelsaert marah besar dan menangkap Cornelisz dan para pemberontak yang tersisa dan mengadakan pengadilan dadakan di sana. Pelanggar terburuk dieksekusi, sementara Cornelisz dan beberapa orang dipotong tangannya, sebelum akhirnya digantung. Dengan ini, berakhirlah pemberontakkan mengerikan yang pernah terjadi di tanah Australia.
Sumber:nationalgeographic.com | thevintagenews.com | amusingplanet.com