Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Kemegahan Pagoda Batu Giok di Museum Chicago
11 Juli 2020 17:59 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hampir satu abad yang lalu, sekitar 150 perajin Tiongkok menghabiskan satu dekade untuk mengukir dan memoles sebuah mahakarya yang tidak tertandingi. Mereka membentuk pintu miniatur, balkon, dan lonceng, serta menambahkan 400 pilar di dalamnya. Itu adalah miniatur pagoda yang terbuat dari batu giok, berdiri setinggi hampir 1,5 meter di atas altar jati.
ADVERTISEMENT
Mahakarya ini sebenarnya merupakan ide dari seorang pengukir dan pengumpul batu giok bernama Chang Wen Ti. Pria kelahiran 1886 ini memiliki impian untuk menciptakan sebuah monumen miniatur yang terbuat dari batu giok. Ia pun kemudian berhasil membeli batu giok berwarna hijau sebanyak tiga belas buah dengan total berat 3,1 kilogram.
Dengan material yang sudah ada di tangannya, Chang benar-benar harus memikirkan apa yang ingin ia buat. Ia pun teringat akan cita-citanya untuk mereplikasi lambang kedamaian di Tiongkok, yakni sebuah bangunan Pagoda. Pagoda di Tiongkok dibangun dengan tujuan untuk mengenang orang-orang heroik yang memperjuangkan perdamaian dan kebaikan, sehingga menurutnya mereplikasi bangunan tersebut merupakan hal yang tepat.
Ia pun pergi ke banyak tempat di Tiongkok untuk mengamati berbagai macam arsitektur Pagoda yang ada di sana. Setelah menetapkan Pagoda mana yang akan direplikasi, ditambah dengan dukungan investor, ia merekrut 150 perajin untuk bekerja sama dalam membangun sebuah miniatur pagoda dengan batu giok berharga miliknya.
ADVERTISEMENT
Pagoda dan altar yang dibuat mencakup lebih dari seribu ukiran dan selesai pada April 1933. Menara pusatnya menyerupai Pagoda Lunghwa kuno di Shanghai. Bangunannya berongga sehingga memungkinkan cahaya untuk masuk dan menerangi warna hijau yang indah, dan masing-masing dari tujuh tingkat menampilkan delapan jendela dengan balkon yang rumit. Sebuah gerbang tiga lengkung setinggi 16 inci juga berdiri di depannya, dan diapit oleh dua singa penjaga.
Pada tahun 1933 di Chicago World's Fair, mahakarya ini memulai debutnya, dan kemudian di beberapa kota besar lainnya di Amerika Serikat selama dua dekade. Pada tahun 1964, Chang meninggal dunia karena stroke. Tujuh tahun setelah kematiannya, pihak keluarga menyumbangkan Altar Pagoda Batu Giok Hijau tersebut ke Museum Oakland di California. Namun sayang, dalam 50 tahun terakhir, eksistensi pagoda giok ini seakan memudar dari pandangan publik, karena seringnya berpindah-pindah tempat penyimpanan antara satu museum dengan museum yang lain.
ADVERTISEMENT
Sekarang, pagoda giok terbesar di dunia ini kembali dipajang. Mulai pada bulan November 2019 lalu, Museum Lizandro di Chicago dibuka kembali dengan memperkenalkan mahakarya yang satu ini sebagai pusat koleksinya.