Kencan, Pacaran, dan Pernikahan dalam Lini Masa di Eropa

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
7 April 2020 10:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar dari commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Gambar dari commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Dahulu, dalam budaya barat, hanya pernikahan yang dapat menghasilkan keturunan yang sah. Merayu pasangan telah menjadi bagian yang paling mendasar dari keberadaan manusia. Praktik pacaran pada masa dahulu pun sering terikat oleh aturan-aturan tertentu, terutama bagi kelas bangsawan. Namun, seiring berjalannya waktu, konsep pernikahan berevolusi; begitu pula dengan proses pacaran.
ADVERTISEMENT
Selama berabad-abad di Eropa, tujuan pernikahan adalah untuk membentuk hubungan dari dua keluarga yang berbeda, yang berarti memang tujuannya adalah fokus pada gelar dan kekayaan dari dua keluarga tersebut. Orang tua memegang kontrol penuh dalam perjodohan anak mereka, semua dinegosiasikan dengan keluarga pasangan. Tidak ada waktu untuk saling mengenal, semua dilalui setelah proses pernikahan.
Pada abad ke-18, terjadilah sebuah perubahan besar. Mulai muncul penolakan terhadap pernikahan yang semakin dikaitkan dengan urusan kekuasaan dan harta benda dari dua keluarga. Hampir tidak ada lagi dasar kasih sayang dan cinta dari dua pasangan. Banyak pasangan muda pun dengan berani menolak perjodohan yang dilakukan oleh orang tua mereka, sembari berharap dapat menemukan pasangan yang benar-benar cocok.
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi segera mengantarkan peluang besar dalam dunia percintaan. Saat media cetak sedang berkembang dengan pesat pada abad ke-19, orang-orang mulai memasang iklan “hati ini kesepian”. Ketika tahun 1840-an, layanan surat pos membuka jalan lebar untuk melakukan hubungan pacaran dalam jarak jauh.
Bagaimanapun, pada abad ke-20, mindset pacaran berubah ke arah yang lebih intim. Di tahun 1960-an dan 1970-an, pacaran menjadi standar keseimbangan antara dua insan, dan menempatkan rasa cinta mereka pada sebuah ranjang, bahkan tanpa membutuhkan sebuah pernikahan.
Tak semua orang setuju, banyak yang masih menolak secara tegas, kendati praktik semacam itu kian diadaptasi oleh pelbagai lapisan masyarakat.
Pada zaman modern saat ini, perkembangan dari aplikasi pesan instan sangat membantu antara dua insan untuk saling berkomunikasi sehingga dapat lebih mengenal satu sama lain. Dari sini, proses pendekatan atas dasar cinta telah berubah seutuhnya.
ADVERTISEMENT
Iklan-iklan “hati ini kesepian” pun tak lagi dipajang di media cetak, melainkan secara lumrah terpampang di akun media sosial atau di aplikasi kencan individu terkait. Tak semuanya baik, banyak yang tak laik (seperti mereka yang memanfaatkannya untuk tujuan "kencan singkat": prostitusi).
Sumber: historyextra.com | thelist.com