Kertas yang Terbuat dari Kotoran Gajah

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
15 November 2019 16:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Gajah yang dipelihara di kebun binatang
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Gajah yang dipelihara di kebun binatang
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Anda boleh saja menganggap kotoran gajah atau hewan apapun sebagai hal yang menjijikan. Namun di baliknya, ternyata kotoran bisa dimanfaatkan menjadi sesuatu yang berguna bagi manusia.
ADVERTISEMENT
Sri Lanka adalah contoh bagus dari bagaimana kotoran hewan berubah menjadi benda yang bermanfaat. Di sana, kotoran gajah diolah menjadi kertas yang siap dipakai untuk berbagai keperluan.
Pabrik Eco Maximus di kawasan Randeniya adalah salah satu yang melakukan pengolahan kotoran gajah menjadi kertas. Semua berawal 20 tahun lalu dari seorang pria bernama Thusita Ranasinghe yang melihat sejumlah kotoran hingga memiliki ide untuk mengolahnya.
Proses pertama dari pembuatan kertas ini adalah membawa kotoran gajah ke satu tempat untuk kemudian dikeringkan di bawah terik matahari hingga baunya hilang. Selanjutnya kotoran kering dikumpulkan ke dalam ketel uap panas untuk kemudian direbus guna memastikannya bebas kuman. Selanjutnya, jadilah bubur kertas yang siap dicetak dan diberi pewarna.
Foto: Pabrik Eco Maximus adalah salah satu produsen dari kertas berbahan dasar kotoran gajah
Bubur kertas buatan Eco Maximus tidak seratus persen terdiri dari kotoran gajah, melainkan dicampur dengan kertas sisa dari gudang yang tak terpakai. Sebetulnya membuat kertas dengan bahan seratus persen dari kotoran gajah bisa dilakukan, namun nantinya kertas yang dihasilkan akan memiliki tekstur berserat sehingga sulit dipakai untuk menulis dan menggambar.
ADVERTISEMENT
Eco Maximus menjadi pionir dari produsen kertas berbahan baku kotoran gajah di Sri Lanka. Kini, alat tulis buatan mereka tidak hanya dijual sebatas di pasar lokal, melainkan di 30 negara di berbagai penjuru dunia.
Sumber: worldwildlife.org | atlasobscura.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org