Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Keruntuhan Bendungan Marib, Buta Ilmu Pengetahuan atau Azab Tuhan
11 Desember 2018 18:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kisah runtuhnya Bendungan Marib milik Kerajaan Saba tercatat di dalam Alquran.
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Kota Marib, Yaman, yang pernah menjadi pusat Kerajaan Saba mendapatkan kemasyhuran sejak ribuan tahun lalu. Meski dikelilingi oleh padang pasir, tempat ini terkenal akan pertanian subur yang menghasilkan harta melimpah. Sebuah kejaayaan yang diraih berkait inovasi bendungan canggih.
Diperkirakan, Bendungan Marib mulai dibangun dalam bentuk sederhana antara tahun 1750-1700 sebelum Masehi dengan memanfaatkan sumber air dari Bukit Balaq dan Wadi Adhanah. Barulah pada abad ke-7 sebelum Masehi, untuk memungkinkan aktivitas pertanian di lahan tandus, bendungan diperbesar beserta dengan pembuatan jaringan irigasi, penggalian sumur, dan kanal.
Selama bendungan setinggi 4 meter dan panjang 580 meter itu berdiri, jaringan irigasi dalam luas area lebih dari 100 kilometer persegi sanggup mengubah gurun menjadi oasis. Berkatnya, Kota Marib dapat membudidayakan pohon kemenyan dan mur, dua pohon langka yang menghasilkan produk mahal nan sangat berharga di zaman kuno. Bersama dengan kurma, pohon-pohon itu telah menyediakan basis ekonomi yang kuat.
ADVERTISEMENT
Kerajaan Saba juga meningkatkan kekayaannya dengan memanfaatkan Kota Marib sebagai persinggahan bagi para pedagang yang datang dari Jazirah Arab Selatan dan Pelabuhan Gaza. Di sana peniaga akan berhenti untuk beristirahat, saling bertukar barang, serta lazimnya membawa kemenyan dan mur untuk diperdagangkan ke pelbagai pasar.
Tatkala keluar dari Marib, kemenyan dan mur akan digunakan orang-orang Mesir Kuno dalam pembalseman atau mufifikasi. Sementara di Cina, dua produk tersebut menjadi bahan obat-obatan. Secara meluas, kuil-kuil di berbagai kerajaan memanfaatkan kemenyan dan mur untuk dibakar karena aromanya yang menenangkan.
Pada tahun 115 sebelum Masehi, ketika tinggi bendungan ditingkatkan menjadi 14 meter, Kerajaan Saba telah runtuh dan kekuasaan dikendalikan oleh Kerajaan Himyar. Orang-orang Yunani dan Romawi ini pula melakukan konstruksi lebih lanjut dengan membangun kolam-kolam pengendapan, spillway (saluran pelimpah yang memiliki katup), sluice (pintu air), dan tangki-tangki distribusi air yang berasal dari kanal.
ADVERTISEMENT
Teknologi ekstensif orang Himyar di Kota Marib terus berlanjut hingga abad ke-4, namun ekonomi mereka menurun drastis sebab kerajaan yang berasas ajaran Kristen telah melarang produksi kemenyan dan mur. Dua produk andalan itu dianggap merusak iman dan erat dengan asosiasi penyembahan berhala.
Ketika sektor perdagangan jatuh, Marib pun kehilangan kemakmuran. Selain itu, teknik-teknik canggih ilmu hidrolik yang dahulu dikuasai oleh orang-orang Saba guna merawat bendungan rupanya mulai dilupakan oleh Kerajaan Himyar.
Dampak buruknya mulai muncul di pertengangah abad ke-5, dengan bendungan mengalami beragam kerusakan sampai tahun-tahun seterusnya. Hingga akhirnya pada 570, Bendungan Marib benar-benar hancur.
"Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi, mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun-kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr," Alquran, Surat Saba ayat 15-16.
ADVERTISEMENT
Selain oleh banjir dari hujan deras, disebutkan jua keruntuhan Bendungan Marib kemungkinan disebabkan gempa bumi. Terlepas dari hantaman klimaksnya, bendungan itu sebetulnya telah goyah akibat kelalaian perawatan seiring resesi ekonomi. Terlanjur percaya bahwa konstruksi akan bertahan kuat tanpa disertai perbaikan dan peningkatan pengetahuan soal bendungan ialah kesombongan terburuk yang perlahan-lahan menghancurkannya.
Sumber: britannica.com | nationalgeographic.com | ncbi.nlm.nih.gov