Kintsugi, Seni Memperbaiki Tembikar yang Pecah

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
24 Desember 2018 12:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto: commons.wikimedia.org
Sejarah kemunculan Kintsugi diyakini bermula pada abad ke-15, ketika seorang shogun bernama Ashikaga Yoshimasa mengirim kembali mangkuk yang berasal dari Tiongkok untuk diperbaiki. Namun, dia kecewa akan hasil perbaikan yang hanya direkatkan menggunakan staples logam karena mengurangi keindahaan mangkuk.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Yoshimasa meminta seorang pengrajin Jepang untuk memberikan solusi lebih bagus; dari sinilah Kintsugi terlahir. Alih-alih menyamarkan kerusakan seadanya, seni ini menyisipkan estetika pada tembikar yang dipulihkan dan menjadikannya benda yang lebih berkesan antik.
Perekatan tembikar oleh Kintsugi awalnya menggunakan getah pohon resin pernis dari Tiongkok, dicampur dengan bubuk emas, perak, tembaga atau perunggu, untuk menghasilkan sesuatu yang lebih memesona dari tampilan aslinya.
Sementara saat ini, berkat teknologi polimer modern, kintsugi dapat dilakukan dengan bahan-bahan perekat lebih kuat dan lebih tahan lama.
Keindahan Kintsugi sebetulnya tak hanya terletak pada hasil perbaikannya, karena pengajaran tentang kesabaran dan ketekunan ialah hal lebih utama yang hendak disampaikan oleh seorang pengrajin.
Melalui seni tradisional ini, diajarkan ihwal ekspresi kejiwaan yang positif terhadap hal-hal yang telah retak dalam hidup --yang sebelumnya dianggap tak dapat diperbaiki.
ADVERTISEMENT
Sumber: artsy.net | nippon.com