Kirin, Patung Mahluk Mitologi di Titik Nol Jepang

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
11 Juli 2020 11:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Patung Perunggu Kirin saat malam hari | Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Patung Perunggu Kirin saat malam hari | Pixabay
ADVERTISEMENT
Jembatan Nihonbashi amat dikenal sebagai salah satu titik tersibuk di Distrik Nihonbashi, Kota Tokyo, Jepang. Dahulu, saat Tokyo masih disebut Kota Edo, jembatan ini pertama kali dibangun dengan bahan kayu pada tahun 1603. Lalu sekarang, jembatan ini dihiasi sebuah patung yang sama terkenalnya, yaitu kirin.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1911, jembatan tersebut mengalami kebakaran dan menyebabkannya harus direkonstruksi. Dalam proses pembangunan ulang jembatan, Tsumaki Yorinaka bertanggung jawab sebagai perancang, dengan mengubah bahan pembuatan jembatan yang awalnya kayu menjadi batu dengan kerangka baja. Saat prosesnya, ada patung perunggu yang sengaja dibuat untuk menghiasi sisi jembatan, dan dibuat mirip dengan wujud dari makhluk yang bernama kirin.
Foto: Jembatan Nihonbashi | Wikimedia Commons
Meskipun dalam bahasa Jepang modern, kirin berarti “jerapah”, namun kirin yang dimaksud Yorinaka merujuk kepada mahluk mitologi dan bukan hewan biasa. Dalam kepercayaan tradisional Jepang, kirin atau yang juga disebut qilin memiliki tubuh rusa, wajah naga, ekor banteng, dan kuku kuda bersisik, serta memiliki tanduk lebih dari satu buah.
Kirin sebetulnya tidak digambarkan memiliki sayap di punggungnya, namun untuk patung perunggu kirin dari Yorinaka memang dibuat bersayap sehingga menjadi lebih mirip naga. Hal tersebut didasarkan atas keinginan pematung Osao Watabene, yang melihat Kota Tokyo pada saat itu akan tumbuh, seakan-akan naik ke langit, dan Jembatan Nihonbashi akan menjadi saksi atas hal tersebut.
Foto: Patung Perunggu Kirin Dilihat Lebih Dekat | Wikimedia Commons
Saat ini, Distrik Nihonbashi juga digunakan sebagai penanda nol kilometer untuk jalan raya nasional di Jepang. Distrik ini juga sering disebut sebagai “pusat Jepang”, di mana banyak jalanan sibuk dan padat yang dipenuhi dengan toko-toko dan restoran.
ADVERTISEMENT