Kisah Pemberontakan Orang Kulit Hitam di Republik Dominika

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
17 Desember 2020 22:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang Afro-Dominika | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang Afro-Dominika | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Rasisme dan perbudakan terhadap orang-orang berkulit hitam nyatanya memang pernah terjadi dan tidak akan dapat dilupakan dari catatan sejarah. Mereka yang berkulit gelap, sering ditindas, diperbudak, dan dibedakan, baik dari status sosial, ekonomi, dan tempat tinggal.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1500-an, misalnya, mereka yang tinggal di Santo Domingo, Dominika, juga mendapatkan hal yang serupa. Sebagaimana pada kisah Micaela, seorang wanita Afro-Dominika yang dikenal sebagai pahlawan dari dehumanisasi perbudakan pada waktu itu.
Nama aslinya tidak pernah diketahui, sekalipun banyak orang yang menyebutnya sebagai Micaela di dalam ceritanya. Ia digambarkan sebagai orang yang pantang menyerah dan selalu bersemangat. Dengan berbekal kemampuan medisnya, ia selalu berusaha untuk mengobati orang-orang miskin yang tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
Gubernur Spanyol saat itu, Nicolás de Ovando, sampai-sampai terinspirasi oleh Micaela untuk membangun rumah sakit pertama di sana. Padahal, semua orang tahu betapa kejinya perlakuan Ovando terhadap Anacaona dan para pengikutnya di Haiti.
ADVERTISEMENT
Kisah lainnya muncul di Barat Daya kota Santo Domingo, di mana terdapat kota kecil yang bernama Nigua. Kota ini pernah menjadi jantung perkebunan dan pabrik tebu yang dikelola oleh koloni Spanyol. Di situlah, pada pada tahun 1796, ada sekitar 200 orang Afrika yang diperbudak mendadak memimpin sebuah pemberontakan terbesar. Mereka mencari keadilan terhadap rasisme yang amat menyiksa.
Pemberontakan tersebut kabarnya terinspirasi dari Revolusi Haiti pada tahun 1791. Dengan pemberontakan pertama terjadi di perkebunan tebu milik putra tertua Christopher Columbus.
Momen penting lainnya dalam gerakan perlawanan Republik Dominika datang dari Juan Sebastian Lemba. Saat masih kecil, ia dibawa secara paksa oleh para penjual manusia dan berhasil melarikan diri dari perbudakan. Ia kemudian memulai perjalanan heroiknya selama 15 tahun, mengumpulkan 200 hingga 400 pasukan orang Afrika yang bertujuan untuk membebaskan komunitas mereka, yang telah diperbudak di seluruh negara.
ADVERTISEMENT