Kisah Penyelam yang Mengangkat Katedral Hampir Tenggelam Seorang Diri

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
19 Maret 2021 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
William Warker | Dok. situs resmi Katedral Winchester
zoom-in-whitePerbesar
William Warker | Dok. situs resmi Katedral Winchester
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih dari seabad yang lalu, Katedral Winchester, yang merupakan salah satu katedral terbesar di Eropa dan yang terpanjang dari semua katedral Gotik, diselamatkan oleh karya heroik seorang penyelam. Ia bekerja tanpa lelah untuk memperkuat fondasi dari struktur bersejarah ini. Berkat ia pula, salah satu bangunan terbesar dan paling ikonik di seluruh Inggris dapat kokoh berdiri hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Penyelam itu adalah William Walker. Ia begitu kesohor sebagai penyelamat Katedral Winchester dari keruntuhan. Ia menjadi pahlawan dalam cerita rakyat Winchester serta untuk seluruh negeri. Penghargaan kepada dirinya diberikan sedemikian rupa sehingga ada banyak patung dirinya di sekitar katedral. Dan di setiap hari St. Swithin, doa syukur dipersembahkan kepada penyelam berpengalaman ini.
Pekerjaan penting yang telah dilakukan Walker bermula pada awal 1900-an, ketika arsitek katedral John B. Colson menyampaikan laporan yang mengkhawatirkan. Colson menyebut bangunan katedral terancam runtuh. Retakan besar mulai muncul di dinding besar katedral dan langit-langit berkubah, beberapa di antaranya bahkan cukup lebar sehingga burung hantu dapat bertengger. Dari retakan ini, bongkahan batu dan beton jatuh ke tanah.
ADVERTISEMENT
Katedral Winchester memang terletak di dataran banjir Sungai Itchen; dan berdiri di atas tanah gambut dengan permukaan air yang tinggi. Uskup Walkelin, Uskup Winchester, mungkin sudah menyadari kondisi tanah yang buruk ini, tetapi masih memilih Winchester sebagai lokasi proyek konstruksi ambisiusnya, karena sifat bergengsi dan bersejarah dari situs yang berdekatan dengan para penambang Saxon. Tempat itu juga idealnya terletak dekat dengan sungai untuk persediaan air dan berada di seberang istana kerajaan.
Para pembangun abad pertengahan mencoba menstabilkan tanah yang basah dengan meletakkan kayu pohon beech di bawah fondasi, untuk menyebarkan beban tembok besar. Kayu untuk pondasi ini, serta lantai dan langit-langit katedral, berasal dari Hutan Kayu Rami. Tetapi, lapisan gambut di bawah permukaan air terus-menerus mengganggu para pembangunnya.
ADVERTISEMENT
Seorang arsitek Thomas Jackson dan seorang insinyur sipil bernama Francis Fox dengan sigap dibawa masuk. Solusi Fox dan Jackson adalah menggali parit sempit di bawah dinding bangunan, menyingkirkan kayu beech yang membusuk dan mengisinya dengan beton untuk memperkuat fondasinya.
Tetapi ketika para pekerja menggali di bawah permukaan air, parit-parit tersebut terisi dengan air dengan cepat. Bahkan pompa uap tidak dapat menahannya cukup lama. Kemudian insinyur Francis Fox mendapat ide cemerlang. Mengapa tidak menggunakan penyelam laut dalam untuk melakukan pekerjaannya?
William Warker | Dok. situs resmi Katedral Winchester
Dipilihlah William Warker. Mantan penyelam tentara Inggris, yang bekerja tanpa lelah, dan menghabiskan hampir enam jam sehari di bawah air. Ia mengangkat katedral secara menopangnya dengan 900.000 batu bata, 114.900 balok beton, dan 25.800 kantong semen.
ADVERTISEMENT
Dia bekerja dalam kegelapan total, karena air terlalu keruh untuk menembus cahaya di bawah permukaan 6 meter, di kedalaman tempat dia bekerja. Pakaian selamnya yang besar dan berat (yang beratnya 90,7 kilogram) membutuhkan banyak waktu untuk dipakai. Tak heran, setiap kali dia istirahat, dia akan kesusahan melepas helmnya hanya untuk makan siang dan mengisap pipanya. Repot sekali.
Beruntung bagi semua pihak, setelah Walker menyelesaikan pekerjaannya, air tanah mampu dipompa keluar dengan aman dan beton yang dipasang Walker mampu menahan dinding pondasi. Berkat kondisi ini, para tukang batu dapat leluasa memperbaiki dinding yang rusak.
Untuk merayakan selesainya pekerjaan tersebut, sebuah kebaktian syukur, yang dipimpin oleh Uskup Agung Canterbury, diadakan pada tanggal 15 Juli 1912, dan Walker dihadiahi mangkuk mawar perak oleh Raja George V. Kemudian, Walker dianugerahi Royal Victorian Order (MVO).
ADVERTISEMENT
Nahas, Walker meninggal pada tahun 1918, setelah tertular Flu Spanyol. Pandemi yang merenggut banyak nyawa pada saat itu.
Pada tahun 1964, sebuah patung dibuat untuk menghormati Walker. Tetapi ketika patung itu dibuka untuk dilihat publik, ternyata itu adalah Francis Fox, sang insinyur, dalam pakaian selam. Rupanya, seseorang telah menyerahkan foto yang salah kepada pematung. Kesalahan tidak diperbaiki hingga tahun 2001, ketika patung baru dipasang. [*]