Konten dari Pengguna

Kubah Garam di Teluk Persia

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
17 April 2019 13:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: commons.wikimedia.org
zoom-in-whitePerbesar
Foto: commons.wikimedia.org
ADVERTISEMENT
Jutaan tahun silam, Teluk Persia merupakan wilayah perairan yang jauh lebih luas dari pada yang dapat dilihat saat ini. Luas Teluk Persia meliputi bagian selatan semenanjung Arab hingga ke Iran sebelah barat. Seiring berjalannya waktu, air di Teluk Persia menguap dan perlahan surut, hal ini menyebabkan garam-garam dari air laut mengendap.
ADVERTISEMENT
Endapan garam tersebut semakin menumpuk karena air hujan yang mengalir dari pengunungan menyebabkan sendimen dari endapan garam menebal. Karena itu juga tumpukan garam itu menggunung dan dapat membuatnya bergerak secara alami. Fenomena itu disebut "garam tektonik".
Gunung garam tersebut bergerak naik melalui bebatuan, dan seiring waktu mengubahnya menjadi berbentuk kubah yang (oleh penduduk lokal) disebut Diapir. Terkadang Diapir menembus ke permukaan dan menyebar secara horizontal seperti sebuah gletser.
Kubah garam merupakan fenomena yang alami, banyak ditemui di beberapa tempat. Namun, di Teluk Persia merupakan kubah garam yang paling kumulatif. Oleh karenanya, UNESCO sedang mempertimbakan Kubah garam di Teluk Persia ini sebagai salah satu Situs Warisan Dunia.
Tepatnya, kubah dan gletser garam tersebut berada di wilayah selatan dan barat daya Iran, dan penampakannya yang paling jelas dapat ditemukan di pegunungan Zagros yang membentang di sisi Teluk Persia. Di bagian selatan pegunungan Zagros terdapat lebih dari 130 kubah garam, juga terdapat gua garam yang memiliki panjang hingga 6.4 km.
ADVERTISEMENT
Kubah garam di Teluk Persia itu juga memungkinkan untuk dieksploitasi di masa depan, karena bebatuan yang menjadi pondasi kubah garam dapat menjebak minyak yang berada di bawah lapisan tanah. Kadangkala, ekpoitasi besar-besaran sering dilakukan hingga menyebabkan kerusakan alam, semua itu hanya untuk satu tujuan; memenuhi hasrat manusia yang tidak ada habisnya.
Sumber: whc.unesco.org |amusingplanet.com | geology.com