Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Lima Perempuan Kulit Hitam Pejuang Kesetaraan Hak Suara
14 Oktober 2020 23:24 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ratifikasi amandemen ke-19 merupakan potret keberhasilan para perempuan dalam menuntut suaranya, dalam protes yang sudah berjalan kurang lebih 70 tahun lamanya. Terutama untuk perempuan kulit hitam, yang kala itu sering dipandang sebagai manusia kelas dua, hal ini merupakan secercah harapan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, perjuangan wanita kulit hitam tidaklah berakhir kala itu. Bagi mereka, persitiwa tersebu justru merupakan awal. Bahkan setelah ratifikasi amandemen ke-19 berlalu, para perempuan kulit hitam masih berjuang menuntut hak-hak mereka yang belum terpenuhi.
Siapa saja para perempuan kulit hitam yang layak dikagumi perjuangannya itu? Berikut ialah lima yang vokal pada masanya.
Frances Ellen Watkins Harper (1825–1911)
Ellen ialah perempuan kelahiran 1825 di Baltimore, Amerika Serikat, dan merupakan perempuan yang kerap mengalami kekerasan serta ketidakadilan.
Berangkat dari kesengsaraan, ia kemudian menempuh pendidikan di akademi Watkins, sebuah lembaga pendidikan khusus untuk perempuan keturunan ras negroid, yang didirikan oleh pamannya sendiri, yakni William Watkins.
Suara Ellen mulai menggema dan dikenal banyak orang ketika ia rajin mengirimkan rangkaian puisi yang bertema penghapusan perbudakan. Salah satu karya puisinya yang terkenal adalah Autumn Leaves pada tahun 1845.
ADVERTISEMENT
Mary Ann Shadd Cary (1823–1893)
Diceritakan bahwa Mary Ann aktif menggunakan rumah orang tuanya sebagai tempat perlindungan bagi para budak buronan. Mary Ann juga tercatat sebagai perempuan pertama yang mendirikan media surat kabar di Amerika Utara, yang bernama The Provincial Freeman.
Mary Church Terrell (1863–1954)
Tak jauh berbeda dengan Mary Ann, Terrell juga seorang terpelajar yang aktif di bidang jurnalistik. Dalam kehidupannya, ia begitu aktif untuk memerangi hukuman mati, sistem kerja paksa, hingga penyewaan narapidana. Terrell juga merupakan perempuan yang pertama kali menyandang gelar sarjana dan master di Oberlin College.
Nannie Helen Burroughs (1879–1961)
Nannie Helen Burroughs tercatat sebagai anggota aktif di berbagai asosiasi, seperti di Asosiasi Nasional Wanita, Asosiasi Nasional Penerima Upah, dan Asosiasi Studi Kehidupan dan Sejarah Orang Negro.
ADVERTISEMENT
Apa yang ia perjuangkan? Ia menyuarakan bahwa pemungutan suara kerap disabotase oleh segelintir oknum. Kemudian, kisah perjuangannya yang paling dikenal ialah Helen merupakan pendiri dari Sekolah Pelatihan Nasional untuk perempuan dan anak di Washington DC.
Ida B. Wells (1862–1931)
B. Wells pun mirip dengan Terrell yang begitu kuat menyuarakan antihukuman mati. Ia pun seorang jurnalis kawakan nan kritis. Ia tercatat juga sebagai pendukung keras pemenuhan hak perempuan kulit hitam dan pendiri dari banyak asosiasi HAM.