Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mencari Keadilan dengan Cara Berduel
13 November 2019 7:31 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Drama abad pertengahan seperti Game of Thrones pasti meningkatkan imajinasi kita tentang pertempuran di masa lalu ketika mendengar kata "Duel". Sejarah membuktikan berduel adalah cara paling sederhana dan tertua dalam menyelesaikan perselisihan. Jika terjadi ketidaksepakatan atau meludahi kehormatan, penggugat dan terdakwa akan berperang menggunakan senjata sederhana-tidak jarang sampai mati.
ADVERTISEMENT
Praktik hukum ini pertama kali diberlakukan di Jerman, duel yudisial menjadi topik hangat yang menuntut pada banyaknya perangkat peraturan berbeda. Dari mulai jenis senjata, baju besi yang digunakan, waktu konfrontasi, dan pijakan semua bisa diputuskan dengan surat hukum. Di dalam arsip kuno "Kodeks Dresden" tertulis aturan yang membuat para petarung tidak memulai duel sebelum matahari terbit, berapa kali tebasan pedang dan seperangkat aturan lainnya.
Duel ini tidak hanya diperuntukkan bagi perselisihan laki-laki saja. Duel perempuan dan laki-laki juga lumrah terjadi, biasanya adalah sepasang kekasih yang sudah menikah untuk menyelesaikan pertengkaran. Sang suami akan dimasukkan ke lubang yang dalamnya sepinggang, salah satu lengannya diikat ke belakang dan diberi tongkat atau gada. Sementara sang istri diizinkan menggunakan alat yang ukurannya panjang dan berat.
Lain dengan di Jerman yang memberi insentif keadilan, para kesatria di Inggris dapat membawa persenjataan lengkap mereka kepada rakyat jelata, karena rakyat tersebut hanya memiliki akses ke peralatan paling dasar ketika berduel. Meskipun duel yudisial akhirnya tidak disukai oleh pengadilan Inggris, Ratu Elizabeth II masih mempertahankan seorang juara kerajaan untuk mempertahankan takhta jika seseorang menantangnya ke pengadilan dengan cara bertarung memperebutkan takhta. Pria yang memegang jabatan "Juara Ratu dan Pembawa Standar Inggris" hari ini bernama Francis John Fane Marmion Dymoke. Dia berusia 64 tahun dan sebagian besar bekerja sebagai akuntan.
ADVERTISEMENT
Kini sistem hukum modern lebih mengutamakan mediasi dari pada pertempuran. Uniknya, pada tahun 2002, ada seorang warga negara Inggris mencoba memilih persidangan pelaggaran kendaraan bermotor dengan cara berduel. Walaupun di Inggris peradilan dengan cara berduel masih memengang peran, namun jarang sekali penduduknya memilih sistem peradilan dengan cara seperti itu.
Kira-kira apa jadinya jika di Indonesia berduel berlaku dalam sistem hukum kita?
Sumber: historic-uk.com | bbc.com | ripleys.com
Sumber foto: commons.wikimedia.org
Live Update