Mendeteksi Penyakit Parkinson Sejak Dini

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
12 Juli 2019 18:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Foto: pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Selama ini, dunia medis dihadapkan pada satu persoalan pelik terkait penanganan Parkinson; ini ialah karena tidak diketahuinya penyebab penyakitnya. Akibatnya, Parkinson yang diidap oleh seseorang tidak bisa didiagdonis sejak dini dan mesti menunggu hingga gejalanya mulai muncul.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, tidak lama lagi, agaknya hambatan itu akan hilang berkat temuan terbaru yang mampu mengindentifikasi tanda awal Parkinson. Dengan penemuan ini, dokter akan mampu mendeteksi adanya resiko Parkinson bahkan hingga 20 tahun sebelum efeknya dirasakan oleh si pengidap.
Orang yang mengidap Parkinson cenderung mengalami penumpukan protein yang disebut dengan a-synuclein di otak. Mendeteksi adanya penumpukan protein ini adalah yang hampir mustahil untuk dilakukan. Meski demikian, ada beberapa orang dengan mutasi gen yang membuat mereka sangat rentan terhadap penyakit ini.
Para peneliti kemudian mengamati 14 orang dengan mutasi gen yang relevan dengan Gen SNCA. Dari ke-14 orang tersebut, tujuh di antaranya sudah mengalami gejala Parkinson sementara tujuh lainnya tidak.
ADVERTISEMENT
Pengamatan ini dilakukan dengan memindai otak ke-14 orang tersebut menggunakan teknik yang disebut positron emission tomography. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan 65 pengidap Parkinson lain yang tidak memiliki mutasi genetik serta 25 orang lainnya yang tidak berada dalam kondisi itu.
Melalui tulisan dalam The Lancet Neurology, diuraikan bahwa sebagian besar gejala Parkinson seperti penurunan keterampilan motorik dan fungsi kognitif ternyata punya kaitan dengan kurangnya hormon dopamin yang berfungsi sebagai neurotransmiter atau penyalur sinyal antara neuron atau sel-sel saraf pada otak. Di samping itu, ada pula pengaruh dari serotonin, yaitu zat neurtransmitter yang ada di otak dan usus manusia.
Dari hasil pemindaian, diketahui pengidap Parkinson mengalami hilang neuron dopamin dan serotoninnya, terlepas dari apakah mereka membawa mutasi gen SNCA. Di sisi lain, orang yang membawa gen SNCA namun tidak punya gejala Parkinson mengalami kekurangan neuron serotonin di otaknya, namun tidak ada kekuarangan pada neuron dopaminnya. Orang pembawa gen SNCA tanpa gejala Parkinson kehilangan sekitar 34 persen sel-sel penghasil serotonin pada 15 atau 20 tahun sebelum gejala Parkinson diperkirakan bisa muncul.
ADVERTISEMENT
Semua ini akhirnya berujung pada pernyataan dari salah satu peneliti, Marios Politis dan King's College London, bahwa Parkinson secara tradisional dianggap terjadi karena kerusakan sistem dopamin, namun ternyata perubahan pada sistem serotonin sebenarnya adalah penyebab utamanya dan itu terjadi selama bertahun-tahun sebelum gejala Parkinson muncul.
Dengan demikian, deteksi dini pada sistem sorotonin dianggap sebagai jalan bagi pengembangan metode terapi yang akan berguna untuk menghambat dan mencegah penyakit Parkinson.
Sumber: iflscience.com | bbc.co.uk