Konten dari Pengguna

Mengenal Anjing dalam 5 Fakta Biologis

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
15 Juli 2020 13:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai hewan yang telah didomestikasi, anjing senantiasa menarik untuk ditelusuri ihwal-ihwal biologisnya. Tentunya, karena banyak manusia yang memeliharanya, penelusuran tersebut dapat memberikan manfaat. Salah satunya, untuk memahami kondisi mereka pada saat tertentu.
ADVERTISEMENT
Berikut ini adalah 5 fakta biologis tentang anjing yang selaiknya kamu tahu, terutama bagi kamu yang menganggapnya sebagai "teman sejati" manusia.

Bukan turunan serigala modern

Serigala Amerika dan Eropa pada saat ini hanyalah sepupu jauh bagi anjing. Meskipun DNA mereka mirip 99%. Anjing sebenarnya diturunkan dari sejenis serigala kuno yang telah menghilang dari alam liar ribuan tahun lalu.

Mamalia dengan ukuran paling variatif

Karena campur tangan manusia dalam seleksi alam, khususnya dalam proses penjinakkan, ras anjing pun hadir dalam berbagai ukuran berbeda. Variasi ini merupakan yang paling banyak ketimbang mamalia lainnya. Bagaimanapun, ada batasan dalam kemungkinan variasi fisik anjing dan semua fisiologinya didasarkan pada pola serigala kuno.

Memiliki "hidung" kedua

Anjing memiliki organ vomeronasal, yang terletak di ruang antara lubang hidung dan atap mulut. Para ilmuwan masih belum yakin tentang fungsi organ ini bagi anjing. Akan tetapi, berdasarkan penelitian dari karnivora lain, seperti kucing, kemungkinan anjing menggunakannya saat mengendus aroma yang ditinggalkan oleh anjing lain.
ADVERTISEMENT

Tidak mutlak buta warna

Berlainan dengan anggapan umum, anjing sebenarnya tidak mutlak buta warna. Hewan ini masih bisa melihat hijau, kuning, dan biru, sama seperti manusia. Hanya saja, mata mereka tidak peka terhadap warna merah, yang bagi anjing lebih tampak seperti warna abu-abu gelap.

Kembali menjadi hewan liar tanpa manusia

Jika seekor anjing tidak bertemu manusia, terhitung sejak dilahirkan sampai berumur lebih dari tiga bulan, kemungkinan akan menjadi hewan liar (atau bersifat liar) seumur hidupnya. Contoh paling ekstrem dari hal ini adalah dingo Australia, yang awalnya merupakan jenis anjing peliharaan dan menjadi liar sekitar empat ribu tahun yang lalu.
Foto: Dingo Australia | Pixabay
Jadi, jika kamu memiliki anjing sebagai hewan peliharaan, sebaiknya jangan pernah menelantarkannya, apalagi sejak dilahirkan hingga usia tiga bulanan. Karena hewan ini kemungkinan akan memiliki perilaku yang sama sekali tidak harapkan tanpa kehadiranmu.
ADVERTISEMENT