Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Bahasa Kuno Tsakonia yang Digunakan Orang Sparta di Yunani Kuno
16 April 2021 6:54 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Desa pegunungan Pera Melana terletak di Semenanjung Peloponnesia, di selatan Yunani. Di sana, kita tidak hanya bisa menikmati suasana pedesaan yang tenang nan asri, mendengar kicauan burung, tetapi juga bisa mendengar percakapan dengan salah satu bahasa terkuno berusia 3.000 tahun.
ADVERTISEMENT
Biasanya ialah para tetua yang masih menggunakan bahasa Tsakonia itu. Bahasa yang pernah digunakan oleh orang-orang Sparta, salah satu wilayah paling ikonik di Yunani kuno.
Saat ini, hanya tersisa sekitar 2.000 anggota komunitas Tsakonia. Mereka tidak selalu menggunakannya, tetapi para tetua masih berbicara bahasa Tsakonia dalam kesehariannya. Wilayah penutur bahasa ini terbatas di 13 kota, desa, dan dusun, yang terletak di sekitar Pera Melana.
Meskipun bahasa Yunani adalah bahasa resmi di kawasan tersebut, Tsakonia sering digunakan di rumah dan di ruang umum. Itu tak ubahnya bahasa daerah, yang biasa digunakan orang-orang lokal di Indonesia.
Namun, masa depan nasib bahasa Tsakonia tidak pasti. Kondisi ini amat disayangkan, mengingat bahasa Tsakonia adalah satu-satunya warisan kaum Sparta. Bahasa Tsakonia juga merupakan bahasa tertua yang masih hidup di Yunani, mendahului bahasa Yunani modern, bahkan menjadi salah satu bahasa tertua di Eropa.
ADVERTISEMENT
Tsakonia pun termasuk dalam kelompok bahasa Doric, yang diucapkan oleh orang Sparta kuno; dan satu-satunya dialek yang tersisa dari cabang Doric barat dari rumpun bahasa Hellenic. Sebaliknya, bahasa Yunani diturunkan dari dialek Ionik dan Attik dari cabang timur.
Meskipun masing-masing bahasa itu menggunakan alfabet yang serupa, Tsakonia memiliki lebih banyak simbol fonetik dan berbeda dalam struktur dan pelafalan. Tidak mengherankan, Tsakonia lebih dekat dengan bahasa Yunani kuno daripada bahasa Yunani modern. Ironisnya saat ini, tidak satu pun penutur dari bahasa-bahasa ini yang dapat saling mengerti satu sama lain.
Ada sebuah cerita yang cukup terkenal dalam sejarah lokal. Disebutkan Tsakonia berawal dari penggunaan bahasa yang dipilih Leonidas I, sang raja Sparta pada 480 SM, saat Pertempuran Thermoplae.
ADVERTISEMENT
Kala itu, ia memimpin pertarungan melawan Persia. Meninjau kekuatan yang tidak seimbang (dengan 300 pasukan Sparta dan 1.000 orang Yunani harus melawan 500.000 orang), komandan Persia menuntut Leonidas I segera menyerahkan semua senjatanya atau memilih mati.
Leonidas lantas menjawab dalam bahasa Laconia (dialek Doric yang umum digunakan di Sparta): "Datang dan dapatkan mereka!"
Dialek itulah yang pada Abad Pertengahan kemudian dikenal sebagai Tsakonia atau Tsakonika.
"Tsakonia adalah bukti utama hubungan kami dengan Sparta," kata Eleni Manou, seorang guru dan penulis Tsakonia, yang tinggal di kota terdekat Leonidio, ibu kota de facto Tsakonia.
“Dan dalam istilah [yang dikaitkan dengan] hati, kami adalah keturunan langsung [orang Sparta]. Bagi saya dan banyak Tsakonia lainnya, saat kami pergi ke Sparta, rasanya seperti di rumah,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Komunitas Tsakonia kini terus berupaya mengajarkan bahasa ini kepada generasi muda, baik dengan pengajaran di sekolah atau penerbitan kamus. Media online dan radio pun dijadikan sarana agar bahasa ini tetap bertahan dan tidak hilang digerus perkembangan zaman. [*]