Mengenang Kemegahan Kota Baghdad Abad ke-8

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
29 Oktober 2018 1:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ketika Kekhalifahan Abbasiyyah dipimpin oleh Al-Mansur, dia memilih pembangunan pusat pemerintahan di dekat Sungai Tigris dan berjarak sekitar 35 kilometer dari Kota Ctesiphon, Iran. Saat itu, dia baru saja mengalahkan Bani Umayyah dan ingin memiliki tempat khusus untuk pemerintahannya di Baghdad, Irak.
ADVERTISEMENT
Al-Mansur ingin Baghdad menjadi kota yang sempurna, menjadi ibu kota Kerajaan Islam di bawah Dinasti Abbasiyyah. Demi tujuannya tersebut, dia mendatangkan ribuan arsitek, surveyor, tukang kayu, pandai besi, dan lebih dari seratus ribu buruh. Dia juga berkonsultasi dengan astrolog untuk meminta saran tas peletakkan batu bata pertama pada 30 Juli 762.
Kota sengaja dibentuk dalam pola lingkaran dengan diameter 2 kilometer, sebuah bentuk yang merupakan tanda penghormatan Al-Mansur terhadap ajaran Euklides--yang dia kagumi. Pusat kotanya ialah sebuah Mesjid Agung dan kediaman khalifah, sementara empat gerbang kotanya mengarah ke pusat peradaban lain (Basra, Kufa, Khurasan dan Damaskus).
Sangat disayangkan bagi kita yang hidup di zaman sekarang tak dapat lagi melihat kemegahan Kota Baghdad yang didirikan Al-Mansur. Jejak terakhir peninggalan bersejarah itu dihancurkan pada 1870-an, tatkala Midhat Pasha menjadi Gubernur Ottoman di Baghdad.
ADVERTISEMENT
Sumber: britannica.com | theguardian.com