Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Mengenang Tugas Oshiya, Pendorong Penumpang Kereta di Jepang
12 September 2018 18:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Foto: Oshiya pada tahun 1962
Bagi yang menetap di Jakarta dan terbiasa naik Kereta Rel Listrik (KRL) untuk bepergian, fenomena berdesakan di dalam gerbong bukan lagi hal asing. Berdiri membatu tak mampu bergerak atau sangat berdesakan hingga kesulitan turun di stasiun tujuan, sudah menjadi risiko wajar ketika naik KRL.
ADVERTISEMENT
Jakarta bukan satu-satunya kota dengan jumlah komuter yang membludak, hal serupa juga terjadi di subway Tokyo, Jepang. Bahkan, dahulu, untuk 'merapikan' kepadatan penumpang, stasiun-stasiun di Tokyo membutuhkan bantuan oshiya.
Profesi oshiya alias pusher kali pertama diperkenalkan oleh Stasiun Shinjuku, Tokyo, dengan jabatan 'staf pengatur penumpang'. Lazimnya, mereka bekerja sambil mengenakan sarung tangan putih dan sebagian besar dari mereka masih pelajar yang bekerja paruh waktu di stasiun.
Tugas utama oshiya memang hanya untuk mengatur --lebih tepatnya mendorong-- penumpang, agar tidak ada seorang pun yang berdiri di pintu gerbong.
Bila perlu, ketika sangat membludak, oshiya akan menekan orang-orang yang berdiri di pintu sampai gerbong sanggup memuat dua kali lipat jumlah penumpang dari kapasitas sebenarnya.
ADVERTISEMENT
Setelah kehadiran pintu otomatis, profesi khusus oshiya dihilangkan. Tugas mendorong penumpang cenderung menjadi beban tangung jawab staf keamanan, meski terkadang juga masih dilakukan oleh pekerja paruh waktu.
Sumber: Japan Info | The Straits Times