Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Konten dari Pengguna
Mitos Tanaman Domba yang Menghasilkan Kapas
15 Mei 2020 23:32 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Ketika pertama kalinya kapas datang ke daratan Eropa dari Asia Tengah di Abad Pertengahan, banyak orang terpesona dengan benda halus tersebut. Mereka menganggap bahwa benda ini mirip sekali dengan wol yang sering mereka gunakan.
ADVERTISEMENT
Mereka sebenarnya sudah tahu kapas tumbuh dari pohon, namun mereka tidak tahu bagaimana cara pengelolaannya. Mereka juga belum pernah melihat sebuah tanaman yang bunganya mengembang dan menghasilkan kapas. Banyak dari mereka beranggapan bahwa kapas berasal dari domba. Ya, tetapi bukan domba di peternakan, melainkan domba yang tumbuh di pohon.
Kedengaran konyol, bukan? Namun itulah yang mereka percayai saat itu. Mengingat bahwa sangat sedikit orang-orang di sana yang paham dengan lingkungan pada saat itu. Bahkan, banyak orang yang tidak bisa membedakan variasi buah-buahan dan sayuran yang sering mereka konsumsi.
Mitos tentang pohon penghasil domba ini dapat ditelusuri sampai pada abad ke-5, hal tersebut disebutkan pertama kali dalam teks Yahudi yang disebut Talmud Ierosolimitanum oleh Rabi Jochanan. Teks tersebut bercerita tentang tumbuhan yang memiliki bentuk seperti domba yang melekat dengan tanah, dengan tangkai batangnya yang mengarah ke pusar. Dikatakan daging buah tersebut lembut, disukai banyak orang dan serigala, rasanya seperti ikan, dan darahnya semanis madu.
ADVERTISEMENT
Ada dua variasi dalam mitos tumbuhan domba ini. Mitos pertama, tumbuhan akan menghasilkan banyak biji buah seperti polong yang berbeda-beda, masing-masing akan menghasilkan satu domba kecil. Mitos lainnya, seekor domba tunggal muncul di atas tanaman dan berayun-ayun dibawa angin. Tangkainya sangat fleksibel, jadi ketika domba sedang lapar, ia dapat dengan bebas mengarahkan tubuhnya dan memakan tumbuhan di sekitarnya. Jika tumbuhan di sekitarnya habis, ia akan mati kelaparan.
Di masa itu ada juga pikiran-pikiran skeptis, seperti pada seorang polimatik besar Italia bernama Girolamo Cardano, yang pada tahun 1557 mengatakan bahwa tanah tidak memiliki cukup energi panas yang diperlukan domba untuk bertahan hidup. Sebelum itu juga beberapa ahli botani bertanya-tanya kemungkinan memang ada tanaman yang menyerupai domba namun salah diidentifikasikan. Hampir seabad kemudian, seorang sarjana dan dokter Jerman, Engelbert Kaempfer, pergi berburu tanaman mitos ini dan tidak menemukan bukti fisik apapun, sehingga Ia menyimpulkan bahwa hal tersebut hanyalah mitos atau legenda.
ADVERTISEMENT
Pada masa-masa penuh kepercayaan itu, gagasan tentang kapas yang berasal dari tanaman domba bukanlah hal yang tidak masuk akal bagi orang-orang berpendidikan rendah. Contoh lain, di masa itu mereka juga percaya bahwa angsa teritip merupakan hewan yang tumbuh di pohon. Angsa-angsa akan jatuh dari dahan pohon ke air, lalu terbang ke alam bebas.
Hal mendasar yang mereka percaya mengenai pasal kapas ini adalah karena kebetulan ada bunga putih dari genus raoulia yang tumbuh di daerah pegunungan Selandia Baru. Tumbuhan tersebut tumbuh liar dalam kelompok yang besar dan padat, sehingga apabila dilihat dari kejauhan akan tampak seperti domba yang sedang merumput.