Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Monster Ciptaan Frankenstein dan 3 Fakta di Balik Kemunculannya
8 Agustus 2020 20:41 WIB
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam mayoritas deskripsi modern, mahluk yang diciptakan oleh ilmuwan Victor Frankenstein senantiasa langsung digambarkan sebagai sosok yang bengis, pembunuh berdarah dingin, dan lebih layak disebut monster yang tidak lagi berkeprimanusiaan. Padahal, dalam novel yang ditulis oleh Mary Shelley, mahluk ini lebih lembut dan lebih cerdas dari yang kita kira (setidaknya pada awal cerita).
ADVERTISEMENT
Bukan hanya gemar membaca buku, Shelley mendeskripsikan mahluk ciptaan Frankenstein sebagai sosok yang pandai berbicara dalam beberapa bahasa. Tentunya, kebanyakan dari kita juga tidak tahu bahwa sang mahluk yang tidak bernama itu merupakan seorang vegetarian.
Selain itu, masih ada lagi informasi yang jarang publik ketahui tentang Frankenstein, seperti lima fakta di bawah ini.
Tercipta dari pengaruh Letusan Gunung Tambora
Novel tentang Frankenstein dibuat oleh Mary Shelley pada tahun 1816, di dekat Danau Jenewa yang dingin dan dengan lingkungannya yang lembap. Kala itu, dalam periode yang disebut "tahun tanpa musim panas", langit Eropa (bahkan Amerika dan Kanada pula) sedang kelam-kelamnya nan sering bergemuruh. Ini adalah kondisi suram global yang diakibatkan oleh Letusan Gunung Tambora di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Suasana tersebut amat membantu Mary Shelley untuk mendapatkan segala inspirasi tentang romantisme yang gelap.
Mary Shelley juga takut terhadap Frankenstein
Jika kita semua, yang pernah melihat berbagai film dan membaca cerita Frankenstein, merasakan takut dan tegang di sepanjang alurnya, tidaklah mengejutkan. Toh, sang pencipta pun pernah amat ketakutan terhadap sosok dalam imajinasinya ini.
Obrolan masyakarat kelas atas tentang hal-hal supernatural, asal usul kehidupan, dan teori-teori tentang listrik, membuat Mary sangat sibuk berfantasi pada saat menghabiskan liburannya di Danau Jenewa. Pada suatu malam, ia pun berbaring sambil membayangkan Frankenstein menghidupkan kembali potongan mayat. Mengira-ngira bagaimana rasanya jika seorang ilmuwan menghidupkan sesuatu yang sudah mati dan bagaimana mahluk ciptaannya ini akan bereaksi ketika mulai bergerak.
ADVERTISEMENT
Karena terlalu dalam berfantasi, Mary sampai bisa merasakan kehadiran Frankenstein yang sedang berada di samping tempat tidurnya. Seakan-akan ilmuwan muda itu benar-benar hadir di sana bersama mayat yang akan dihidupkan. Mary sangat takut pada khalayannya sendiri, sehingga ia terenyak dari lamunannya.
Mahakarya iseng-iseng
Mary sedang berlibur di Jenewa, Swiss, bersama kekasihnya, Percy Bysshe Shelley, dan putra mereka yang baru berusia empat bulan (William). Ada juga teman mereka Lord Byron, beserta dokternya, John Polidori.
Lantaran bosan dan frustrasi dengan cuaca musim panas yang buruk (akibat pengaruh letusan Gunung Tambora), yang membuat mereka terkurung di dalam ruangan, Byron menantang teman-temannya untuk menulis cerita yang menyeramkan. Mary pun terpilih sebagai yang terbaik dengan menulis cerita Frankenstein.
ADVERTISEMENT
Ada lagi fakta yang kamu tahu tentang Frankenstein?