Napoleon Kalah karena Sembelit dan Cerita Menarik tentang Usus

Absal Bachtiar
Pencinta Cerita dan Asal-usul Kata
Konten dari Pengguna
29 Agustus 2020 17:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Absal Bachtiar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Napoleon Bonaparte | Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Napoleon Bonaparte | Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Tak akan jauh-jauh, kalau bicara soal usus ya pasti bicara soal kesehatan. Sejak zaman Mesir Kuno, manusia sudah tahu bahwa organ tubuh yang satu ini juga esensial dan perlu dijaga dengan baik, sebagaimana jantung dan organ lainnya. Informasi yang didapatkan manusia tentang organ ini tidak sekonyong-konyong gamblang, ada rentang waktu amat lama sampai kita betul-betul memahaminya.
ADVERTISEMENT
Pemahaman manusia terhadap usus, rupanya menarik untuk disimak. Dalam The Gut Instinct: A Social History, fotografer dan penulis kuliner, Tim Hayward, menelusuri perjalanan sejarah mengenai hubungan manusia dan usus. Berikut ini ialah sedikit rangkumannya:

Ada Dewa Usus di Mesir Kuno

Canopic Jar | Wikimedia Commons
Sudah bukan hal aneh, jika kita melihat hasil mumifikasi sosok penting yang meninggal pada masa Mesir Kuno. Tubuh mereka dibalsem, dibungkus dengan kain linen, dimasukkan ke dalam peti khusus, dan ditempatkan di ruangan yang biasanya tersembunyi. Kita semua sudah tahu akan praktik lazim mereka.
Yang jarang kita tahu adalah mumi-mumi Mesir itu ternyata sudah diambil ususnya. Sebelum dimumifikasi, usus sosok penting akan dikeluarkan dari tubuhnya dan ditempatkan dalam wadah khusus yang disebut canopic jar. Hal ini ditempuh demi mendapatkan perlindungan dari Dewa Usus, Qebehsenuef.
ADVERTISEMENT

Emosi berasal dari usus, kata orang Yunani Kuno

Orang Yunani Kuno | Wikimedia Commons
Sekarang, kita senantiasa merujuk hati sebagai tempat muncul dan bergejolaknya emosi. Makanya kita pun punya istilah sakit hati dan patah hati.
Tetapi, dahulu di Yunani Kuno, mula pergolakan emosi justru dianggap berasal dari usus. Orang-orang pada masa itu yakin bahwa belas kasihan, kemarahan, kedamaian, kemurkaan, dan kasih sayang, diolah dari kondisi usus kita. Kemungkinan dari sinilah asalnya mengapa kata gut juga digunakan untuk menyebut "keberanian" dalam bahasa Inggris.

Luka usus dijahit dengan semut

Dorylus | Wikimedia Commons
Dalam pengobatan India Kuno, semut berukuran besar sering digunakan untuk menjahit atau setidaknya menyatukan tepi luka usus. Terutama genus semut Dorylus yang agresif biasanya akan mengapitkan rahang besarnya saat disodorkan ke dekat luka. Tubuh semut kemudian akan dipelintir dan yang ditinggalkan hanya kepalanya.
ADVERTISEMENT
Karena jahitan semut bersifat organik, ia dianggap aman sebagai penyembuhan. Metode ini bahkan masih sering digunakan hingga akhir abad ke-16, selain di India.

Sejak kapan manusia mulai paham usus secara medis yang laik?

Alexis St. Martin | Wikimedia Commons
Jawabannya, sejak Alexis St. Martin tertembak. Ia adalah seorang penjelajah dari Kanada, yang tertembak dari jarak dekat oleh senapan. Kecelakaan itu membuat sisi tubuhnya berlubang dan menciptakan akses langsung menuju isi perutnya melalui fistula (aluran abnormal yang terbentuk antara dua organ dalam akibat luka atau tindakan bedah).
Seorang ilmuwan dan ahli bedah tentara, William Beaumont, lantas melihat hal tersebut sebagai kesempatan untuk melaksanakan eksperimen. Ia pun mencoba berbagai eksperimen dengan isi perut pasien dan mengamati hasilnya.
ADVERTISEMENT
Upaya Beaumont membuahkan hasil baik. Ia dapat membantu para tenaga medis untuk mendapatkan pemahaman dasar tentang fisiologi isi perut, termasuk soal cara kerja lambung dan usus.

Napoleon Bonaparte kalah karena sembelit

Napoleon Bonaparte | Wikimedia Commons
Menurut catatan historis, Napoleon sering bermasalah dengan perut dan buang air besar, sebagai akibat dari masalah pencernaan dan bawasir. Ia pun kerap mengalami sembelit karenanya. Penyakit itu cukup parah ia derita, sehingga pada hari-hari sebelum Pertempuran Waterloo, ia tidak bisa naik kuda dan mengawasi pasukannya.
Sial, dokter pribadi Napoleon malah memberi terlalu banyak laudanum untuk meredakan rasa sakitnya. Alhasil, pemimpin dari Prancis ini menunda dimulainya pertempuran dan ia pun kalah.
Karena dampak Letusan Gunung Tambora pada tahun 1815 juga turut berperan dalam kekakalahan Napoleon di Waterloo, permasalahan sembelit memang bukan satu-satunya penyebab. Namun, ini masih termasuk salah satu faktor utama.
ADVERTISEMENT